Revisi: (14 april 2019)
*****
Di belahan bumi lainnya, seseorang sedang tersenyum misterius sembari menatap foto yang berada di genggamannya. Ia mengelus dengan lembut foto tersebut, seakan-akan benda itu sangat rapuh dan akan hancur jika dia tidak berhati-hati.Sosok itu tertawa layaknya orang gila, tetapi terdapat kerapuhan di dalam kedua bola matanya yang tampak redup. Ia terus memandang foto seseorang yang sedang tersenyum manis ke kamera, menyelami setiap inci dari gambar tersebut, seakan enggan melewatkan setiap detailnya.
"Tentu aku akan mendapatkan harga yang setimpal untuk foto tersebut, bukan?" ucap seseorang yang berada di hadapannya. Ia melipat tangan di depan dada dengan gaya yang angkuh.
Sosok di dalam kegelapan itu mengalihkan pandangan ke arah seseorang di hadapannya tersebut.
Kembali seringai licik itu terbit. Ia membuka laci meja kerjanya dan merogoh sesuatu didalam sana."Tentu saja kau akan mendapatkannya" ucapnya dengan suara serak, yang seakan tak termakan oleh pertambahan usianya, selalu tajam dan menusuk.
Seseorang di hadapannya tersenyum lebar dan menegakkan tubuh dengan semangat, seakan siap menerima sebuah hadiah yang sangat besar.
Sesungguhnya dia tidak tahu, jika sesuatu yang berbahaya sedang menantinya saat ini. Seharusnya dia meminta pengampunan ke pada pria di hadapannya.Doorr ...
Tapi itu semua terlambat.
Karena telah terdengar suara letusan dan desingan peluru yang memecah kesunyian ruangan kelam ini.
"Jadi bagaimana tuan? Apakah kita akan menjalankan rencana berikutnya?" tanya seseorang yang berdiri disebelah kursinya.
"Tunggu beberapa saat lagi" ia tersenyum dengan licik ke arah foto di genggamannya.
"Biarkan dia bersenang-senang terlebih dahulu, setelah itu kita akan menyeretnya pulang, mau tidak mau, suka tidak suka, atau ..." ia mengarahkan pistol yang digenggamannya ke arah foto tersebut, lebih tepatnya kepada orang lain yang juga ada di foto tersebut.
"Tunggu kakekmu ini, cucuku"
*****
Di lain tempat, terdapat lima orang pemuda yang mendengarkan dengan seksama penjelasan dari seorang pria bertato, mengenai stage yang akan mereka pakai untuk konser malam ini.Malam ini adalah konser terakhir mereka sebelum memulai tour benua Amerika dan Eropa.
"Jadi nanti yang akan berdiri di sebelah sini adalah Jack, kemudian Zach, Jonah, Corbyn dan terakhir Daniel. Kalian harus berhati-hati ketika berada di dekat tangga atau di tepi panggung, jangan sampai kalian tergelincir atau terjatuh, oke? Keselamatan itu yang utama" jelas pria bertato tersebut.
Sementara kelima pemuda itu hanya mangut-mangut mendengar penjelasan dari pria bertato yang bernama Jonh tersebut.
"Dan bagaimana dengan api nya? Kira-kira jarak aman untuk kami sampai mana?" tanya Corbyn.
Jonh berjalan beberapa langkah ke depan panggung, dan memperhatikan mesin yang akan mengeluarkan bunga api dari atas panggung.
"Segini" ucapnya sembari membuat garis tak kasat mata dengan ujung sepatunya. "Kalian jangan terlalu dekat dengan mesin itu, oke?" ucapnya kembali, yang hanya diangguki oleh kelimanya.
"Sekarang kalian istirahat lah, masih ada lima jam lagi sebelum konser dimulai. Tapi ingat! Kalian harus kembali kesini dua jam sebelumnya jika tidak mau digantung oleh Paul" gurau Jonh, yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh sang empu nama.
"Oops ... " Jonh menutup mulutnya dengan gaya dramatis, dan segera melarikan diri sebelum dia yang digantung oleh sang maneger galak.
Sementara the boys hanya tergelak melihat kelakuannya. Satu persatu mereka beranjak meninggalkan stage.

KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...