Jocellin duduk di depan sebuah minimarket yang buka 24 jam sembari memijat-mijat kakinya yang tiba-tiba terasa keram. Sementara di dalam sana, Caitlyn dan Jessie masih asik memilih makanan apa saja yang akan mereka beli.
Jocellin sudah tidak sanggup mengikuti kedua gadis lincah itu, sehingga memutuskan untuk menunggu keduanya di luar minimarket.
Ia menatap kakinya yang keram dengan sendu. Semenjak kecelakaan yang menimpanya dua tahun yang lalu, membuat dia tidak bisa berjalan dengan normal lagi.
Jocellin menghela napas dan kembali memijit kakinya yang terasa keram, setelah merasa baikan, ia bangkit berniat untuk menyul kedua temannya.
Namun saat akan masuk kedalam mini market, seseorang menarik tangannya dan membawanya ke gang kecil yang berada di sebelah minimarket.
Jocellin memberontak berusaha melepaskan diri, namun usahanya sia-sia, karena orang yang menariknya jauh labih kuat.
"Sstt ... diamlah, jika kau tidak ingin terluka" bisik seseorang, yang ia yakini seorang pria tersebut, tepat di samping telinganya, dengan Sebuah pisau yang telah menempel di leher Jocellin.
Tubuh Jocellin bergetar ketakutan, tapi dia berusaha terlihat setenang mungkin, dan berusaha melihat isi kepala dari seseorang yang sedang membekap mulutnya.
"Sangat tidak sopan membaca pikiran seseorang, nona muda" ucap pria itu.
"Aku hanya ingin berbicara padamu, jadi jangan kau pamerkan kemampuanmu itu, jika masih ingin pulang dalam keadaan utuh" desis pria itu dengan kejamnya.
Jocellin menutup mata dan semakin bergetar ketakutan.
Perlahan bekapan di mulut Jocellin mengendur. "Apa maumu?" tanya Jocellin dengan suara yang tidak jelas.
"Mauku?" tanya si pria. "Aku mau agar kau tidak ikut campur dan biarkan Daniel menyelesaikan tugas nya" lanjut si pria.
"Tidak akan! Dia tidak ingin melakukannya!" hardik Jocellin.
Pria itu kembali terkekeh. "Apa yang kau tahu tentang Daniel nona muda? Kau hanya melihat potongan kecil dari kehidupannya, dan sudah berpikir jika kau lah yang paling mengerti dirinya" ucap pria itu dengan remeh.
"Aku yang mengerti tentang dirinya, aku yang membesarkan dan mendidiknya"
Jocellin menatap tajam pria di hadapannya. "Kau mendidiknya untuk menjadi alat balas dendammu" desis Jocellin. Kedua tangannya sudah mengepal dengan erat.
"Ya, memang itu tujuanku" balas si pria dengan enteng.
"Kau monster"
"Aku memang monster, semenjak tua bangka itu menghabisi wanita yang aku cintai dan anakku" ungkap pria itu.
"Dia menghabisi nyawa mereka dengan kejam dan kemudian hidup tanpa rasa bersalah sedikit pun" pria itu meninju tembok yang berada di samping kepala Jocellin membuat gadis itu menutup matanya.
"Dia bahkan menelantarkan anaknya sendiri" sambung si pria.
"Kenapa harus ke Jonah kalian membalaskan semuanya?" tanya Jocellin dengan lirih.
"Karena si tua bangka itu sangat menyayangi cucu laki-laki nya itu, pewaris tunggal dari clan Leandrov!" sentak pria itu.
"Jika kau ingin menumbangkan kawanan gajah, maka yang harus kau serang yang terlemah terlebih dahulu" tutur si pria.
Jocellin tersenyum miring. "Kau tidak akan bisa menyentuhnya, karena dia memiliki sahabat-sahabat yang rela melakukan apa pun untuk melindunginya" balas Jocellin.
"Kau yakin? Bahkan mereka menyimpan satu pengkhianat di dalam selimut mereka"
Jocellin menggelengkan kepalanya. "Tidak, dia hanya tersesat. Dan aku yang akan menuntunnya untuk keluar dari lubang hitam yang kau ciptakan" balas Jocellin.
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanficSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...