Kring ... kring ...
Suara itu memecah keheningan yang menyelimuti kamar hotel tersebut.
Daniel menggeliat dari tidurnya, ketika merasakan sesuatu di bawah bantalnya bergetar, disertai dengan suara bising.Pemuda itu menyeringit dan merogoh bawah bantalnya. "Sialan kau Corbyn, ponselmu sedari tadi berbunyi" Daniel melempar benda pipih tersebut ke wajah Corbyn.
"What the heck, dude?" protes Corbyn, ketika merasakan sesuatu mendarat di atas wajahnya.
Daniel mengibas-ngibaskan tangannya tak perduli dan kembali memejamkan mata. Membuat Corbyn mendengus keras, ia berusaha membuka kedua mata, guna melihat orang gila mana yang menelponnya pada tengah malam seperti ini.
"Jonah ... " gumamnya, dan segera menggeser tombol ke kanan, untuk menerima panggilan tersebut.
"Yo bro, ada ap-" Corbyn terpaku ketika mendengar suara bergetar di seberang sana. Sedetik kemudian dia melompat turun dari atas ranjang.
Hal itu membuat Daniel menggeram karena tidurnya kembali terganggu.
"What the-" Corbyn melempar jacket milik Daniel, dan bergegas mengenakan jaketnya sendiri."Bangunkan paul dan yang lainnya" titah nya kepada Daniel. Membuat pemuda bermata biru itu menyeringit bingung, tidak biasanya Corbyn bersikap sepanik ini.
"Tenangkan dirimu dude, ada apa sebenarnya?" tanya Daniel.
Corbyn menatap Daniel nyalang, bagaimana mungkin dia bisa tenang sekarang. "Kita harus menyusul Jonah ke rumah sakit sekarang" jawabnya.
"Letta terkena sebuah tembakan, dan saat ini sedang mendapat perawatan di sana" lanjutnya.Tanpa banyak bicara, Daniel bergegas bangkit dari ranjang dan melesat menuju kamar di sebelahnya. Setelah membangunkan Paul, Jack dan Zach, mereka semua segera berangkat menuju rumah sakit tempat Letta dan Jonah berada.
Corbyn sengaja tidak membangunkan para gadis karena ia tidak ingin membuat mereka semua khwatir.
Corbyn berjalan dengan tergesa-gesa, dia mengkhawatirkan Jonah yang emosinya tidak stabil saat ini, pemuda itu memiliki kenangan yang sangat buruk mengenai penembakan. Ia menyaksikan dengan kedua matanya sendiri bagaimana sang ibu mati ditembak oleh ayahnya sendiri.
"Jangan sampai dia berbuat sesuatu yang bodoh" gumamnya.
*****
"Jonah!!" seru mereka semua, ketika mendapati Jonah yang sedang duduk meringkuk di atas lantai di depan ruang UGD.
Pemuda itu memeluk kedua kaki dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut, layaknya seorang anak kecil yang sedang ketakutan.
Corbyn berlutut, diikuti ketiga pemuda lainnya walaupun Daniel tampak enggan, tidak bisa dipungkiri dirinya kini tengah menyalahkan Jonah atas terlukanya Letta, tetapi mendapati kondisi sang sahabat dalam keadaan tidak baik, membuat ia mau tidak mau menahan diri.
"Jonah ... " Corbyn memegang pundak lebar yang tampak layu tersebut. Tidak ada tanggapan, pemuda itu masih bergeming, sayup-sayup terdengar nyanyian lirih dari balik lutut tersebut.
Corbyn menyeringit, dia tahu nyanyian ini. Jonah selalu menyanyikannya ketika ia merasa tertekan atau merindukan sang ibu.
"Jonah ... " sekali lagi Corbyn memanggil nama pemuda itu.
"Salahku, semuanya salahku" kali ini terdengar suara racauan dari pemuda itu.
"Kendalikan dirimu Jo!" Corbyn mengguncang bahu Jonah, agar pemuda itu tersadar dari racauannya.
"Semuanya salahku!" bukannya tenang, Jonah malah semakin histeris.
Daniel menggeram. Direnggutnya dengan paksa kerah piyama Jonah, dan dibenturkannya pemuda itu ke dinding.
![](https://img.wattpad.com/cover/145720359-288-k265368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...