8. this is a date?

1.3K 136 7
                                    

Revisi: 2 maret 2019

*****

120 menit yang sangat menyenangkan saat bersama dirinya
~Letta

*****

Jonah meringis ketika sampai di parkiran cafe, ia baru ingat jika tadi dirinya datang bersama Corbyn dan Daniel, sedangkan Zach dan Jack mengendari mobil yang lainnya, pantas saja kedua mobil tersebut sudah menghilang dari parkiran cafe.

Ditatapnya Letta yang berdiri di sebelahnya, lalu dengan apa dia mengantar gadis ini?

"Eum .. Letta" panggilnya sembari menggaruk tengkuk. "Aku tidak membawa kendaraan" ucapnya setelah beberapa saat terdiam.

Letta menyeringitkan dahinya dan kemudian menatap pemuda yang terlihat salah tingkah tersebut.
"Aah .. aku mengerti, tidak apa, aku pulang sendiri saja. Lagi pula frat kami dekat dari sini, hanya perlu berjalan beberapa blok saja" ujar Letta.

Kini gantian Jonah yang mengerutkan dahinya, bagaimana mungkin dia membiarkan seorang gadis berjalan sendirian di malam hari seperti ini, apalagi ini Letta, seorang gadis yang .. ekhem .. mulai mengambil tempat di hatinya.

"Aku akan memesankanmu taksi"

"Tidak usah, lagi pula daerah ini sangat jarang lewat angkutan umum, apalagi di jam segini" tutur Letta.

"Baiklah, aku akan menemanimu pulang" putus Jonah, membuat Letta gelagapan, sungguh dia merasa tidak enak, apakah tidak apa-apa jika pemuda itu ikut berjalan kaki berasamanya?

Maksudnya, Jonah itu seorang penyanyi terkenal, bagaimana jika mereka bertemu dengan fans pemuda itu diperjalanan nanti?

Atau lebih parahnya, mereka tertangkap kamera paparazi dan terjebak di dalam sebuah skandal kencan. Letta bergidik ngeri, dunia entertainmen memang begitu menyeramkan.

Seolah dapat membaca pikiran Letta, Jonah memasang kembali masker dan  topi hodiee nya. "Apakah sudah tidak apa-apa sekarang?" tanyanya.

Letta mengangguk polos, membuat Jonah mengacak rambut kecoklatan miliknya dengan gemas.

Gadis berkacamata itu terkesiap kaget akibat perbuatan Jonah tersebut, ditambah dengan detak jantungnya yang semakin menggila di dalam rongga dadanya.

Jonah yang menyadari hal tersebut, segera menarik tangannya dan menggaruk belakang kepala salah tingkah.

"Maaf" gumamnya. "Baiklah, ke arah mana kita seharusnya?" tanya Jonah, berusaha memecah suasana canggung yang kembali tercipta diatara mereka.

"Kesana" tunjuk Letta.

Mereka berjalan beriringan menikmati suasana malam yang begitu menenangkan, Jonah bahkan baru mengetahui jika ada daerah yang sangat tenang seperti ini di sebuah kota yang selalu penuh dengan hingar bingar tersebut.

Mereka terus berjalan beriringan hingga sebuah suara nyaring memecah kesunyian diantara keduanya.

Letta mengedipkan matanya beberapa kali, ia menoleh lalu mendapati Jonah menyentuh perutnya seraya meringis malu, membuat gadis itu mengetahui suara apa yang baru saja didengarnya tadi.

Gadis itu tergelak kecil dan mengedarkan pandangannya, kedua mata indahnya tertuju pada sebuah foodtruck yang terparkir di pinggir jalan. Ia meraih lengan Jonah dan menariknya kearah foodtruck tersebut.

"Kau mau makan apa?" tanya Letta kepada Jonah.

Pemuda itu menatap bingung foodtruck di hadapannya, jujur saja, dia tidak pernah makan ditempat seperti ini, jadi dia tidak tahu apapun jenis makanan yang sedang dijajakan oleh sang penjual.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang