Suara heboh menyapa indra pendengaran Letta, dengan perlahan ia berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat.
"Oh God! Letta, kau sudah sadar?" hal pertama kali yang dia lihat adalah sebuah titik terang, yang lama-lama menjadi sebuah gambaran buram, ia mengerjapkan kembali kedua matanya, kemudian wajah-wajah yang ia kenali tampak memenuhi indra penglihatannya.
"Kau sudah sadar" tiba-tiba saja Caitlyn menerjang, mendekap tubuh Letta yang masih terbaring lemah diatas ranjang.
"Aku sangat takut" lirih Caitlyn. Letta mengusap-usap kepala Caitlyn dengan lembut, berusaha menenangkan gadis itu.
"Dasar kau gadis bar-bar. Dia baru sadar dan kau sudah menerjangnya seperti itu!" Zach menarik kerah kemeja yang dikenakan oleh Caitlyn.
"Lepaskan aku! Apa-apaan kau ini?!" protes Caitlyn seraya berusaha melepaskan dirinya.
Pertengkaran mereka membuat semua yang ada di dalam ruangan itu mendengus, terutama Paul yang sudah memijit pangkal hidungnya dengan frustasi, sangat lelah rasanya mengurus dua balita tersebut.
"Aku sangat lega kau sudah sadar" Jessie mengusap rambut cokelat milik Letta.
"Katakan siapa yang berani melakukan ini kepadamu, akan ku tendang kepalanya!" ucap Hanna dengan menggebu-gebu. Sementara Letta hanya mampu tersenyum simpul mendengar kekhawatiran mereka semua.
"Wow dude. Gadismu sangat ganas" Bisik Jack kepada Corbyn yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi para gadis. Corbyn terkekeh, dia sudah terbiasa akan sikap menggebu-gebu milik Hanna.
"Setidaknya tidak seganas yang itu" Corbyn melirik Caitlyn, yang sukses melayangkan sebuah tendangan pada tulang kering Zach, karena pemuda itu selalu berusaha merangkul bahunya.
Jack tergelak."beruntungnya Jessie tidak seperti mereka" ucap pemuda keriting itu, seakan menegaskan jika ia merasa beruntung memiliki sang asisten.
Corbyn menaikkan sebelah alisnya. "Jadi bagaimana?" tanya Corbyn ambigu.
Jack berhenti tergelak. "Apa yang bagaimana?" tanya Jack balik dengan heran.
"Sampai dimana hubunganmu dengan Jessie?" tanya Corbyn kembali.
Jack memasang wajah datar. "Dia hanya asistenku" jawab Jack penuh penekanan.
Corbyn menghela napas. "Berhenti bermain-main Jack, jangan menganggap semua wanita itu sama" nasehat Corbyn yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Jack.
Corbyn kembali menghela napas dan kemudian beralih kepada Jonah yang masih duduk terpaku di sebelahnya.
"Hampiri dia, bro" Corbyn menyikut lengan Jonah, menyadarkan pemuda itu dari keterpakuannya. Tapi pemuda itu tidak memberikan tanggapan apapun. Membuat Corbyn berinisiatif dengan mengajak yang lainnya keluar, guna memberikan waktu kepada Jonah dan Letta.
Awalnya Daniel menolak ajakan Corbyn mentah-mentah, tetapi beruntung Jocellin berhasil membujuknya untuk meninggalkan ruangan itu, menyisakan sepasang anak Adam dan Hawa yang sedang bergelut dengan pemikiran mereka masing-masing.
Jonah bangkit dari duduknya dan menghampiri Letta yang sedang memainkan selang infus yang menancap pada punggung tangan kanannya.
"Bagaimana keadaanmu?" itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir Jonah.
Pertanyaan macam apa itu? Dasar bodoh kau Jonah. Rutuknya dalam hati. Sudah sangat jelas bahwa Letta sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Aku ... " Letta terbatuk kecil ketika merasakan tenggorokannya sedikit kering dan sakit. Jonah bergerak dengan cepat membantu gadis itu untuk minum dan kemudian membantunya untuk berbaring kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...