18. Angry Jonah

1.1K 96 1
                                    

Revisi: (8 april 2019)

*****

Terdengar suara riuh sorak sorai para penonton yang memenuhi arena tempat diselenggarakan nya konser Why Don't We malam ini, para gadis remaja semakin menggila ketika satu persatu personel grup tersebut menaiki panggung dan duduk di atas kursi yang telah disediakan.

Begitulah gaya bernyanyi boyband yang satu ini, mereka lebih memilih menyanyikan lagu-lagu mereka diiringi petikan gitar atau dentingan piano, dari pada menggunakan musik dan koreografi yang memusingkan kepala, just enjoy the show, adalah semboyan mereka dalam menghibur para penggemarnya.

Meskipun begitu, sesekali mereka akan berdiri dan menampilkan koreografi sederhana, atau sekedar berdiri di tepi panggung menyapa para penggemarnya.

"Selamat malam semuanya!!" Teriakan Zach menambah riuh suasana. Para gadis meneriakan nama-nama mereka dengan histeris.

"Baiklah mari kita buat malam ini menjadi meriah!" ucap Daniel sambil mulai memetik senar gitar yang berada di pangkuannya dengan piawai.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, sudah dua jam mereka bernyanyi dan menghibur ribuan pasang mata yang menghadiri konser mereka malam ini, konser ini merupakan konser pembuka tour mereka tahun ini.

"Terimakasih untuk malam yang menakjubkan ini guys! we're Why Don't We, and we love you so much, guys!" Tutup Jonah.

Dan kemudian satu persatu dari mereka menuruni panggung, diiringi oleh teriakan tidak rela dari para fans yang terus meneriaki nama mereka semua.

"What a crazy night!" seru Jack, setelah meloncat turun dari tangga backstage, dia menari sambil melompat-lompat dengan konyol.

Zach dan Corbyn pun tidak mau ketinggalan, mereka bergabung dengan pemuda berambut keriting itu, dan sesekali berteriak membuat perhatian beberapa kru tertuju kepada mereka bertiga.

"Allrigt, guys, ini memalukan. Berhenti melakukan hal bodoh itu" Daniel menatap jengkel ketiga sahabatnya.

"Ugh .. Jonah bisakah kau membantu ku di sini?" Pinta Daniel, pemuda itu sedang memegangi telinga Zach dan Corbyn.

Sementara Jonah hanya diam sambil senyum-senyum sendiri, dia masih memikirkan kejadian beberapa hari lalu bersama Letta, sungguh itu merupakan hal paling indah yang pernah dilaluinya.

Ah, dia jadi merindukan gadis berkaca mata itu. Sudah berapa hari dia tidak bertemu dengan Letta?

"Oh God, jangan bilang kau ikut gila juga" keluh Daniel, seraya menatap Jonah yang masih tetap tersenyum-senyum sendiri. Kini satu-satunya orang yang waras-selain dirinya- di dalam band mereka juga ikut menjadi gila.

"Jangan ganggu dia Niel, Jonah kita sedang dalam fase FILOL" sahut Corbyn.

"FILOL?" Daniel menyeringit heran.

" Yes, Fall In Love Of Letta" seru Jack dan Zach kemudian ber tos ria.

"Letta?" Daniel semakin menyeringitkan dahinya. "Ah, nona pizza itu? But wait, sudah sejauh apa hubungan kalian?" tanya Daniel penuh selidik.

Jonah menatap Daniel dengan tatapan datar, sisi posesifnya menyalakan alarm tanda bahaya.

Jonah menatap Daniel dengan tidak kalah sengit. "Apa urusanmu?" suara dingin dan nada mengintimidasi itu membuat the boys yang lainnya terdiam menatap dirinya, menyadari aura berbeda yang menguar dari Jonah.

"Guys, sebaiknya kita-" ucapan Corbyn yang berusaha menengahi keduanya, terpotong oleh Daniel yang seakan hendak menyulut sumbu amarah Jonah.

"Apa salahnya aku bertanya? Lagi pula aku menyukainya"

Jonah mengepalkan tangannya, kala mendengar ucapan Daniel yang seakan tanpa beban tersebut.

Corbyn bergerak cepat ketika melihat kilatan tajam pada kedua mata biru Jonah. "Woah .. easy dude" Corbyn menahan dada Jonah dan menepuknya pelan.

Jonah mendelik dan aura dominasinya langsung menguar tajam, layaknya seorang alpha yang merasa teritorial nya sedang terancam.

"Kenapa kau sampai semarah itu? Lagi pula aku berhak menyukai siapapun, tak terkecuali dengan Letta" Daniel tersenyum kecil. "Dan kau juga bukan siapa-siapanya" lanjutnya yang seakan belum cukup membuat emosi Jonah melambung tinggi.

Dengan gerakan cepat Jonah menarik kerah baju Daniel. Corbyn, Jack dan Zach segera mencoba menghentikan mereka berdua.

"We are family, remember? Tenangkan dirimu" ucap Corbyn yang berusaha melepaskan cekalan Jonah.

Jonah menghela napas kasar dan menyentak kerah kemeja Daniel dengan kasar, menyebabkan pemuda bermata biru itu terhuyung beberapa langkah. Zach dan Jack memegangi Daniel agar tidak terjatuh.

"She is mine, so you must fucking away from her" desis Jonah sebum berbalik meninggalkan backstage, bersama Corbyn yang masih setia menenangkan Jonah.

Daniel mengepalkan tangannya. "Never" desis Daniel tak kalah tajam.

Zach menepuk pundak Daniel.
"Kenapa kau begitu keras kepala, Niel?" ucapnya.

Jack mengangguk setuju. "Kau cari mati, dude" meninju pelan pundak Daniel.

Daniel hanya menyeringai tanpa membalas ucapan kedua sahabatnya tersebut.

*****

Sial!

Berkali-kali Jonah mengumpat dengan kasar didalam hatinya yang sedang memanas saat ini. Ia terus menendang dengan kasar kerikil yang berada di dekat kakinya.

Corbyn menatap prihatin sahabatnya yang tampak gusar tersebut. Dia dapat menangkap perasaan gelisah dan cemas menjadi satu dengan amarah, di dalam kedua mata biru safir milik Jonah.

Ketakutan yang sama, setelah delapan tahun lamanya berhasil dipendam dengan baik oleh Jonah, seakan menyeruak naik kepermukaan.

"Tenangkan dirimu, Jonah" Corbyn yang masih setia menemani Jonah berusaha menenangkan pemuda itu.

Dia sangat tidak ingin kejadian beberapa tahun silam kembali terulang.

"Tapi kau lihat tadikan?! Dia mau merebut Letta dariku" geram Jonah.

Corbyn menghela napas lelah. Dia tidak bisa melawan api dengan api saat ini, ia harus memadamkan api yang membara itu dengan air.

"Aku mengerti, tapi berusahalah mengendalikan dirimu"

"Bagaimana aku bisa mengendalikan diriku disaat ada seseorang yang ingin merebut sesuatu yang sangat berharga dariku?!" balas Jonah dengan amarah yang menggebu.

Ia kembali mengingat bagaimana tatapan Daniel pada Letta pada saat di cafe, dan perkataan Daniel beberapa saat yang lalu.

Kedua matanya menjadi menggelap. Dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Letta darinya, tidak akan pernah!

"Aku tahu Letta sangat berharga bagimu, tapi kau harus ingat jika Daniel adalah bagian dari kita, ingatlah ketika kita memulai semuanya dari nol, ingat kebersamaan kita selama ini, bahkan kita melalui titik terendah di dalam hidup kita bersama-sama"

Jonah terpekur mendengar perkataan Corbyn, Pemuda itu benar, mereka berlima melewati banyak hal untuk sampai di titik ini, setelah jatuh bangun dan melewati rintangan bersama.

Mereka bukan hanya sebuah grup, mereka juga bukan hanya sahabat, tetapi mereka adalah keluarga.

Tapi tetap saja Jonah tidak bisa membiarkan Daniel merebut Letta dari dirinya. Entah mengapa sisi posesif ini semakin mendominasi dirinya.

"Kau harus mengendalikan dirimu, kau tentu tidak ingin dia tertawa melihat dirimu menjadi seperti inikan?" lanjut Corbyn.

Jonah mengepalkan tangannya. Itu benar. Jonah tidak akan membiarkan dia tertawa senang melihat keadaannya saat ini.

"Pria licik itu tidak akan pernah mendapatkan apapun, bahkan senyuman di bibirnya sekalipun"

*****

Don't copy my story!!

~Weni

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang