Di suatu sore yang cerah tampak seorang gadis kecil yang berusia 12 tampak celingak-celinguk seperti sedang mencari keberadaan seseorang.
Gaun putihnya tampak kusut dan sepatu putih yang membungkus kaki kecilnya terlihat kotor dan basah karena tadi dia memijak beberapa genangan air.
"Ms.anderson? Hiks,,," ia menatap sekelilingnya dengan bingung, isakkan kecil keluar dari mulutnya.
Orang-orang hanya memandangnya sekilas tanpa menghiraukan dirinya yang sudah menangis.
"dimana ms.anderson? Aku takut" gadis itu kembali berjalan menembus keramaian di depannya.
Kaki kecilnya terhenti di sebuah taman yang tampak ramai di sore hari ini.
Ia mendudukkan bokongnya dibawah srbuah pohon, ia memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.
Isakkan kecil lolos dari bibir mungilnya. " Etta takut" lirihnya.
Rencananya untuk berjalan-jalan ke pusat kota hancur ketika ia terpisah dari ms.anderson yang merupakan salah satu pengurus panti tempat dirinya tinggal, mereka terpisah saat berdesak-desakkan di dalam bus.
Sekarang bagaimana caranya ia akan bertemu dengan wanita itu? Bagaimana caranya dia untuk pulang?
"Kenapa kau menangis?" sebuah suara mengalihkan atensinya. Ia mengangkat kepalanya dan mendapati seorang anak laki-laki bertubuh gempal berdiri di hadapannya.
Tangis Letta semakin kencang membuat bocah laki-laki di hadapannya gelagapan.
Ia berlutut di hadapan Letta kemudian menyeka air mata yang membasahi pipi chubby Letta menggunakan dasi merah yang melingkari lehernya.
" jangan menangis, karena menangis tidak akan menyelesaikan masalahmu" ucapnya kemudia menarik kedua sudut bibir Letta keatas.
"Apapun masalahmu tetap tunjukkan senyumanmu, jangan biarkan orang lain melihat kelemahanmu" lanjutnya.
Letta menganggukkan kepalanya mengerti dan kemudian menyeka air matanya dengan kedua tangan mungilnya.
"Kau mau?" bocah laki-laki itu menyodorkan sebatang coklat kepada Letta.
Letta menggelengkan kepalanya. "Kata nenek Etta tidak boleh makan itu, coklat jahat bisa buat kita sakit gigi" ucapnya dengan polos.
Anak laki-laki di hadapannya mengerutkan dahinya tidak setuju.
"Itu jika kau tidak rajin menggosok gigi" bantah anak lelaki itu, kedua pipi gembilnya menggembung membuat Letta tertawa kecil.
"Namamu siapa?" tanya anak lelaki tersebut.
"Etta" ucap Letta dengan mulut yang penuh oleh coklat.
"Namaku mara, sekarang kita berteman ya?" Letta menatap anak lelaki di hadapannya dan kemudian tersenyum manis.
"Eum,, Etta senang karena selama ini Etta tudak punya teman, anak-anak di panti tidak ada yang mau bermain dengan Etta" gadis kecil itu tertunduk sedih.
"Wah, ternyata kita sama. Aku juga tidak memiliki teman, mereka selalu menjahuiku dan mengejekku gendut" Mara tertunduk sedih.
Letta menggelengkan kepalanya dengan keras menyebabkan rambutnya yang di biarkan tergerai berkibaran.
"Mara itu lucu kayak po" bela Letta.
"Itu sama saja, berarti memang aku gendut" dengus Mara.

KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...