Revisi: (7 april 2019)
******
"Apakah benar sudah tidak apa-apa?" entah sudah berapa kali pertanyaan itu terlontar dari bibir mungil gadis itu. Dia menatap khawatir kepada pemuda yang sedang memboncengnya.
"Untuk yang ke 15 kalinya, aku tidak apa-apa Letta" jawab Jonah dengan gemas.
Sedari tadi gadis itu tidak hentinya bertanya mengenai keadaannya, ia mencemaskan Jonah yang baru saja sembuh harus ikut berpanas-panas untuk mengantar pesanan pizza bersamanya. Memang tadi Jonah yang memaksa ikut dengan Letta, tapi salahkan Letta juga yang tidak mau diantar menggunakan motor oleh Jonah.
Letta tersungut-sungut mendengar jawaban Jonah. bagaimana jika pemuda itu sakit lagi? Apalagi matahari sangat terik siang ini, meskipun angin berhembus dengan kencang, tapi tetap saja untuk orang seperti Jonah yang selalu hidup dengan fasilitas yang mewah, ini terlalu panas.
Lihat saja wajah pemuda itu tampak memerah menahan panasnya sinar matahari.
'Kemana perginya cuaca dingin kemarin?' Gerutu Letta.
Sementara Jonah memasang senyum lebar ketika tidak mendengar suara gadis itu lagi, sungguh dia sangat menikmati momen ini, ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia bersepeda seperti ini, sedari kecil dia terbiasa hidup mewah dan selalu diantar menggunakan mobil.
Jonah bersiul-siul kecil dan kembali tersenyum merasakan hembusan angin menerpa wajahnya, walaupun dia harus menahan teriknya matahari, tapi rasanya itu semua terasa impas dengan apa yang dialaminya saat ini.
Dunianya seakan 180 derajat berputar jadi lebih hidup dan berwarna berkat gadis ajaib yang sedang diboncengnya saat ini.
"Nah kita sudah sampai" Jonah memberhentikan sepeda yang dia kendarai, di depan pagar sebuah bangunan sederhana yang terdapat beberapa anak sedang bermain disana.
Letta menghampiri seorang gadis yang sedang duduk di bawah pohon dekat dengan gerbang kayu bangunan tersebut.
"Permisi" sapa Letta sopan. Gadis itu tampak terperanjat kaget, karena sepertinya gadis itu sedang melamun.
"Ah ya? Ada yang bisa aku bantu?" Tanya gadis itu, sambil menolehkan kepalanya ke arah Letta yang berada di sisi kirinya, sembari tersenyum manis.
'Gadis ini cacat, kasihan sekali'
batin Letta.tatapannya melembut menatap gadis yang tampaknya sebaya dengan Caitlyn tersebut.
"Aku tahu kalau aku cacat, tapi jangan mengasihaniku" ujar gadis itu.
Letta terperanjat kaget, apakah gadis ini mengetahui isi pikirannya. Astaga, bagaimana jika dia membuat gadis ini tersinggung? Atau marah kepada dirinya?
"Jangan panik begitu, aku tidak tersinggung ataupun marah" gadis itu tertawa kecil.
"Aku ingin mengantar pizza" ucap Letta sambil menggaruk tengkuknya dengan kikuk, masih merasa tidak enak kepada gadis ini.
"Oh, iya kau bisa langsung masuk saja, aku akan mengantarmu" tutur gadis itu dan berusaha bangkit dari duduknya, yang dibantu oleh Letta.
"Terimakasih" gadis itu tersenyum ceria dan menggapai-gapai tongkat yang selalu membantunya untuk berjalan.
Gadis itu berjalan dengan tertatih-tatih diikuti oleh Letta dan Jonah yang memegangi 3 buah kotak pizza.
"Bunda, ada yang mengantar pizza" ucap gadis itu begitu memasuki bangunan sederhana tersebut, tampaknya ini sebuah panti asuhan.
Letta memperhatikan dekorasi sederhana yang mengihiasi ruangan kecil tersebut, sepertinya akan di adakan perayaan ulang tahun, tapi kenapa sepi sekali disini? Dimana anak-anak yang tadi bermain di halaman depan?
KAMU SEDANG MEMBACA
why don't we? (COMPLETE)
FanfictionSiapa yang sangka kelima pemuda tampan yang selalu tampak bahagian dan sedikit konyol itu memiliki masalalu yang sangat berat. "Aku ingin melarikan diri dari dunia gelap yang seakan menjadi kutukan abadi bagi keluargaku"--Jonah " Aku ingin melarikan...