41. tidak mau berhenti

793 85 27
                                    

Darren menyeringit begitu melihat Daniel melangkah memasuki lobi hotel dengan langkah terburu-buru.

Ia yang sedang duduk bersantai di cafe yang berada di lobi hotel, segera bangkit untuk menyusul Daniel yang tampak sedang menggendong seorang gadis berambut coklat madu.

"Daniel ada apa?" tanya Darren, begitu sampai di dekat Daniel yang sedang menunggu lift.

Daniel melirik Darren melalui ekor matanya. "Bukan urusanmu" jawab Daniel dengan nada dingin.

Darren menyeringit mendengar nada suara itu, sangat bukan Daniel. Meskipun baru mengenal pemuda itu selama beberapa hari, tetapi dia tahu bagaimana Daniel yang sesungguhnya, hanya dengan menatap kedua bola mata pemuda itu.

Ditatapnya Jocellin yang tak sadarkan diri, dengan leher yang terbalut sobekkan baju Daniel.

"Ada apa dengan Jocellin? Kenapa dia jadi seperti ini?" tanya Darren khawatir.

"Sudah kubilang ini bukan urusanmu" desis Daniel, dan kemudian melangkah masuk kedalam kotak besi yang baru saja terbuka pintunya. Darren mengikuti masuk kedalam lift.

Selama di dalam kotak besi itu, hanya keheningan menyelimuti mereka.
Darren memperhatikan wajah Daniel yang tampak tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tetapi berbeda dengan kedua bola matanya yang menunjukkan berbagai macam emosi, khawatir dan kekalutan yang mendominasi di dalamnya.

"Dia mengkhawatirkanmu beberapa hari ini" ucap Darren kembali. Sedangkan Daniel hanya menatap datar ke arah pintu lift.

Ting ...

Kotak besi itu terbuka, kemudian  Daniel melangkah menuju kamar dimana para gadis menginap. Darren membantu mengetuk pintu, kemudian tidak lama wajah Jessie muncul dari balik pintu.

"Sia- astaga! Apa yang terjadi pada Jocellin?" tanya Jessie khawatir.

Darren tersenyum menenangkan. "Dia tidak apa-apa, bisakah kau membiarkan kami masuk dulu?" Jessie segera mempersilahkan mereka untuk masuk.

Hanna, Corbyn, Jack, Zach dan Caitlyn yang berada di dalam sana, seketika berdiri dan menghampiri Daniel yang sudah membaringkan Jocellin di atas ranjang.

"Bisakah kalian mengobatinya?" tanya Daniel masih dengan raut wajah datar.

"Astga! Apa yang sebenarnya terjadi?" Caitlyn menutup mulutnya kaget, begitu melihat kain yang membalut leher Jocellin dipenuhi oleh cairan berwarna merah.

Hanna bergerak cepat dengan mengambil kotak p3k yang selalu dia bawa kemana-mana.

Dia membuka ain yang menutupi luka di leher Jocellin, dan kemudian mulai mengobati luka yang tidak terlalu dalam tersebut.

Daniel mengepalkan tangannya dan kemudian melangkah meninggalkan kamar tersebut dengan langkah lebar.

Darren mencekal tangan Daniel. "Bisakah kau menghentikan ini semua?" kedua mata hitamnya menatap tajam ke dalam safir milik Daniel.

"Apa maksudmu?" tanya Daniel.

"Jangan berpura-pura bodoh Daniel!" desis Darren. "Apa kau tidak lihat, dia sampai terluka seperti itu demi dirimu" lanjutnya.

Daniel menatap Darren tak suka. "Ini bukan urusanmu"

Darren memicingkan matanya. "Sampai kapan kau akan melakukannya? Sampai nyawa seseorang melayang atau sampai dendammu terbalaskan?"

Daniel menghempaskan tangan Darren yang mencekal lengannya, dan kemudian balas memojokkan Darren kedinding.

"Kau berbicara seakan-akan kau tahu segala hal di dunia ini"

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang