74

735 73 26
                                    

Yang mau sediain golok boleh,,,hehe,,
*****
Pagi hari yang begitu dingin membuat siapapun malas untuk beranjak dari balik selimut mereka.

Tetapi sepertinya hal itu tidak mengganggu bagi penghuni rumah putih bertingkat dua tersebut.

Canda tawa menghiasi pagi itu, dengan segelas hot chocolate yang berada di tangan mereka cukup membantu untuk menghangatkan diri.

"Hai nona pizza, sepertinya yang kau minum itu sangat lezat" ucap Jack yang telah mendudukkan bokongnya di sebelah Letta.

"Ya, ini sangat lezat. Kau mau?" tawar Letta. Tanpa banyak bicara Jack menyeruput hot choclate yang berada di tangan Letta.

"Kau ini, aku menawarimu untuk di buatkan juga, bukannya meminum milikku" sungut Letta sembari menepuk lengan Jack membuat pemuda itu tergelak.

"Tapi akan terasa lebih nikmat jika meminum yang milikmu, rasanya seperti kita telah terikat satu sama lainnya" Jack menggenggam tangan mungil Letta dan meletakkannya di depan dadanya.

Gadis itu gelagapan dibuatnya. Kenapa pemuda keriting ini jadi bertingkah sangat aneh?

"Dasar aneh" Letta beranjak meninggalkan Jack menuju ke dapur.

Jack tersenyum miring dan kemudian mengedipkan sebelah matanya entah kepada siapa.

Sepanjang hari ini Jack tidak berhenti mengganggu Letta, mulai dari di ruang bersantai, saat Letta dan para gadis sedang memasak, bahkan pemuda itu memaksa untuk mengantarkan Letta untuk pergi berbelanja kebutuhan bulanan.

"Sini kubawakan nona manis, aku tidak ingin kau kelelahan" Jack mengambil tas plastik yang berada di genggaman tangan Letta.

Letta berkacak pinggang menatap punggung Jack. Sebenarnya apa yang terjadi kepada Jack? Sepertinya kepala pemuda itu habis terbentur sehingga mengganggu kerja otaknya.

"Hei, apa yang kau lamunkan? Ayo masuk jika tidak kau akan kedinginan!" seru Jack ketika tidak mendapati Letta di sebelahnya.

Letta mengerjab dan mengikuti pemuda keriting itu masuk kedalam.

Sesampainya di dapur Jack meletakkan belanjaan tersebut diatas meja bar, dengan cekatan tangan Letta menyusun satu persatu belanjaan yang tadi di belinya.

"Letta" panggil Jack.

"Ya?" sahut Letta tanpa mengalihkan pandangannya dari belanjaannya.

"Letta, aku ingin bicara serius" kini Jack telah menggenggam kedua tangan Letta meminta perhatian dari gadis berkacamata tersebut.

"Jack apa kau tidak bisa lihat? Aku sedang sibu,,,"

"Aku suka padamu!" potong Jack membuat Letta terdiam seketika.

"Jangan bercanda Jack" Letta terkekeh kecil. "Sudahlah, aku mau membereskan ini"

"Aku serius Letta, tidak pernah seserius ini di dalam hidupku" Letta menatap hazel milik Jack memastikan jika pemuda berambut keriting ini hanya sedang bercanda tetapi yang terpancar di dalam kedua hazel itu hanyalah sebuah keseriusan.

"Jangan main-main Jack, ini tidak lucu sama sekali" Letta berusaha melepaskan genggaman tangan Jack.

Namun bukannya terlepas justru genggaman itu semakin mengerat. "Tatap mataku dan katakan jika kau melihat aku sedang bercanda"

Letta tidak mengindahkan perkataan Jack dan masih berusaha melepaskan genggaman tangan Jack pada tangannya.

"Whould you be my girl Letta?"

Prang,,,

Terdengar suara pecahan piring yang berasal dari ambang pintu dapur. Disana berdiri Jessie yang menatap nanar kedua insan yang masih bergenggaman tangan tersebut.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang