57

726 89 16
                                    

"Jangan Niel, jika ada seseorang yang ingin kau bunuh akulah orangnya" suara lemah itu mengagetkan mereka semua.

Serentak mereka menoleh dan mendapati kedua safir yang telah tertutup selama tiga hari itu menampakkan wujudnya.

"Jonah! Kau sudah sadar?" seru Zach dengan nada kebahagiaan yang tidak dapat di sembunyikannya.

"Aku akan panggilkan dokter" ucap Corbyn.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja" ucapnya nyaris berbisik. Tenggorokkannya terasa sangat kering dan nafasnya juga terasa sangat berat.

"Tapi Jou,,,"

"Aku baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkanku" ucap Jonah meyakinkan sahabat blonde-nya tersebut.

Dengan lemah di gerakkannya kepalanya menoleh kepada Daniel yang hanya berjarak beberapa langkah darinya.

"Apa lagi yang kau tunggu Niel? Lakukanlah, aku tidak keberatan sama sekali" ucapnnya dengan lirih.

"Baiklah, jika itu kemauanmu" Daniel mengarahkan senjata api di genggamannya kepada Jonah.

"Kumohon hentikan Daniel, kembalilah menjadi Daniel kami"  ucap Zach yang telah menitikkan setetes air mata melalui sudut matanya.

begitu juga dengan Jack dan Corbyn yang tampak begitu frustasi, kedua mata mereka telah memerah.

" kembalilah menjadi Niel kami yang konyol, yang selalu bernyanyi apapun kondisinya"  Corbyn terkekeh miris.

"Daniel yang selalu mengganggu kami menonton bola. Aku rela kau lempar dengan seluruh cat dan kuas milikmu asalkan kau kembali menjadi Niel kami" ucap Jack dan melangkah mendekati Daniel.

Daniel bergeming di tempatnya, ia memejamkan matanya ketika merasakan sesuatu yang menyesakkan terasa menghimpit dadanya.

"Aku berjanji tidak akan memakai sikat gigimu lagi, memebersihkan kamar  dan tidak akan bangun terlambat lagi" sahut Zach dengan suara parau.

Nafas Daniel semakin terasa berat, seakan udara di paru-parunya direnggut secara paksa. Mendengar itu semua membuat hatinya meraung kesakitan.

"Satu hal yang perlu kau tahu Niel, aku tidak pernah menyesali semua yang telah terjadi diantara kita semua. Kalian adalah hal terpenting di dalam hidupku, kalian alasanku menjalani hidup kembali, kalian keluarga yang sangat berarti didalam hidupku" suara lirih Jonah kembali terdengar.

"Aku atas nama ayahku memohon maaf kepadamu Niel, aku sungguh menyesali tindakannya. Jika kau menginginkan nyawaku maka aku siap, setidaknya aku mati ditanganmu sahabatku sendiri" lanjutnya.

Tubuh Daniel bergetar hebat. "Kenapa?! Kenapa setelah semua yang aku lakukan kau masih berbicara seperti itu?!!" hardik Daniel.

"Aku telah mencoba untuk membunuhmu beberapa kali. Lampu panggung yang jatuh, rem motor-mu yang blong dan mobil itu di malam natal itu" ucapnya dengan suara bergetar.

"Bahkan aku yang menyebabkanmu terbaring di sini" lanjutnya dengan lirih dan kepalanya tertunduk.

Jonah tersenyum tipis. "Karena aku yakin kau tidak akan mampu untuk menghabisiku" jawabnya.

Daniel mendongak dan menatap tak mengerti kepada Jonah. "Ingat saat natal tahun lalu, saat kita beberlanja bersama. Saat itu ada yang mendorongku ke jalan dan sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahku?" Jonah kembali tersenyum tipis.

"Aku yang merencanakannya, aku yang mendorongmu" aku Daniel.

"Tapi kemudian kau menarikku dan malah kau yang tertabrak" Jonah terkekeh kecil seakan apa yang baru saja di ucapkannya adalah sebuah lelucoan.

why don't we? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang