Te Amo Ata | Ice Cream

972 35 1
                                    

Jangan pernah berubah ata







Di mobil darren.

Lantunan nada nada lagu afgan raisa percayalah mengguma di radio mobil darren. Altha yang memang tau lagu dan hafal menyanyikannya dan tidak sadar jika kelakuannya sepanjang perjalanan di lihat oleh darren.

“selamanya kita akan bersama.” Hingga sampai di bagian reff.

“pasti.” Kata darren dengan tiba tiba.

“ih dareen kamu rusak lagunnya.”

“aku Cuma terusin kata kata kamu kok.”

“hufft.. serah deh.”

“ngambekkan.”

“biarin bodo amat.”

Mobil darren berhenti membuat altha yang sibuk dengan ngambeknya menoleh ke arah darren.

“kenapa berhenti, udah sampek.” Tanya altha.

“belum.”

“terus ngapain berhenti.” Ketus altha.

“uluh ketusnya, aku mau beliin pacar aku ice cream biar gak ngambek lagi.” Ucap darren yang mampu membuat altha luluh tapi altha tak memperlihatkannya ia masih mempertahankan wajah juteknya.

“gak ngaruh.”

“beneran? Ya udah kamu disini aja kalau gitu aku mau
Beli ice cream dulu.” Ucap darren yang ingin membuka pintu mobilnya.

“aren..” 

“hehehehe.. tuh kan gak usah ngambek ngambekan lagi deh. Yuk beli ice cream dulu.” Ucap darren.

“kamu sih ngeselin.” Ucap altha.

Darren tertawa  melihat ekspresi altha jika sedang ngambek menurutnya itu sangat lucu. Darren turun dari mobilnya dan seperti biasa membukakan pintu untuk altha.

“ar..”
Belum sempat altha berkata darren langsung menggandeng tangan altha menuju kedai ice cream. Darren tau pasti altha akan perotes karena darren membukakan pintu mobil untuk altha.

Darren dan altha duduk di kursi yang bisa melihat jalan raya dari situ.
“ice cream greean tea 1 sama coklat 1.’ Ucap darren yang sudah tau ice cream kesukaan altha.

“ya kalau aku lagi pengen coklat.” Ucap altha setelah waiters itu pergi.

“kamu pengen yang lain, bentar ya aku pesenin lagi” Tanya darren.

“ehh enggak ren aku kan Cuma bercanda.”

“aku kira kamu bosen coklat terus kalau beli ice cream.”

“kalau suka gimana.”

“iya deh.”
Altha melihat sekeliling kedai ice cream itu. Ia memperhatikan setiap sudut matanya lekat memandang satu persatu tempat. Altha sering kesini karena darren altha jadi tau tempat ini. Darren sering mengajak altha kesini jika altha sedang sedih, bahagia atau ngambek seperti tadi. Sepertinya tempat ini akan menjadi kenangan yang akan altha selalu ingat.

“kenapa ata.” Ucapan darren berhasil memberhentikan aktifitas altha.

“eh.. enggak.” Altha menampilkan senyum kikuknya.

“bener.”

“iya aku cuma menikmati suasana, tempat ini pasti akan mengingatkan aku dengan aren.”
Darren menggenggam tangan altha.

“jangan bahas itu lagi ya.” Ucap darren.

Altha mengangguk patuh.
Sebenarnya hampir saja altha akan membahas itu, altha tau darren akan sedih. Ia tidak boleh egois bukan hanya altha yang sedih saat ini, darren juga. Lagi pula ini adalah keinginan darren, impian davin dulu yang darren ingin wujudkan.

Hingga pesanan mereka sudah datang, altha yang memang suka ice cream apalagi kalau itu rasa coklat altha langsung melahapnya. Bodod amat jika ada yang melihatnya dengan aneh atau mengatainya rakus.

“pelan pelan dong ata.” Kata darren lembut.

“kamu pasti mau bilang kalau aku rakus.”

“enggak kok.”

“tuh bohong.”

“iya deh kamu rakus.”

“ihhh darren...”

“lh salah mulu.” Darren bingung karena melakukan ini salah melakukan itu salah dia harus apa. Huffft....ini gue yang gak peka atau altha yang susah dimengerti sih.

“hehehehe.... lucu ya kamu kalau lagi kesel.” Ucap altha “maaf aku Cuma bercanda.. kamu mau bilang aku rakus atau enggak itu bukan hak aku. Yang terpenting adalah kamu nerima aku apa adanya.” Ucap altha yang mampu membuat darren kagum padanya. Altha memang beda mungkin ini sebabnya hati darren memilih altha.

Darren tersenyum “ini yang buat aku suka sama kamu ata apa adanya gak jaim.” Ucap darren. “tetep kayak gini ya ata.”

Altha mengangguk kemudian ia tersenyum dan memandang darren begitu pun darren juga melakukan hal sama. “aren udah ya pandang pandangannya ice creamnya leleh.” Ucap altha dengan cengirannya yang menyudahi aktifitas favorit darren yaitu memandangi mata indah altha.

“hehehehe... iya abisnya mata kamu terlalu indah untuk di lepaskan.” Kata darren yang mengeluarkan kata kata puitisnya.

“apaain sih ren.”
Hingga ice cream mereka sudah habis berpindah ke perut.

“udah yuk.”ucap altha yang mengajak darren kembali ke tujuannya tadi.

“bentar.”

“kenapa.”

Tanpa menjawab pertanyaan altha jari jemari darren menyetuh bibir altha. Bibir altha terdapat noda sehabis minum ice cream tadi. Darren membersihkannya dengan tangannya.

“duh belepotan.” Ucap darren yang mampu membuyarkan padangan altha ke darren.

“hehehehehe....” altha hanya terkekeh.

“nyisain buat pacarnya apa.” Ucap darren.

“ha..”

“udah yuk .” darren menggandeng tangan altha hingga sampai ke mobil darren.

Darren melajukan mobilnya membela jalanan dengan kendaraan yang padat.
“mau kemana sih ren.” Ucap altha yang dari tadi tidak ada percakapan antara mereka.

“udah nanti liat aja.”

“ya main rahasian nih.”

“hehehehe bukan rahasia tapi kejutan.”

“kejutan?”

“iya kejutan nanti kamu bakalan suka dan akan mengingatnya setiap kamu ingat tentang aku.” Altha tersenyum.

“thanks aren.”

“kan belum tau kejutannya.”

“tapi aku tau itu pasti indah.” Kali ini darren tersenyum ke arah altha yang mampu membuat siapa saja cewek yang melihatnya akan luluh.
“dengan kamu yang ada di sana saja membuat itu akan indah.” Lanjut altha membuat darren bulsing seketika.











Sory for typo:)

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang