Te Amo Ata | kotak untuk ata

463 16 0
                                    

Berharap kamu disini saat aku mengingat semua tentang kamu.














“gue mau minta sesuatu sama loe.” Devon mengabaikan omongan Darren.

Darren menyetujuinya. “apa, mungkin untuk terakhir kalinya.”

“apa sih loe gak bakal menetap disono, lagian gue jamin loe bakal kangen altha.”

“kalau itu jelas.”

“gue Cuma mau minta loe gak boleh tinggalin altha, loe harus jelasin semua ke altha secepatnya.”

“tapi von.”

“davin pernah minta kan buat loe jangan pernah tinggalin altha, sekarang gue juga minta. Apa loe gak mau nurutin permintaan kedua abang loe.”

“von loe tau kan.”

“gue tau, dan ya gue juga tau kalau loe bisa.” Darren hanya bisa pasrah dan menghembuskan napas kasarnya. 

“sekarang gue yang minta dari loe.”

“apa.”

“jagain altha.”

“untuk sementara  oke, tapi ini tugas loe ren.”

“von..”

“gue gak suka di bantah.” Ucap devon dengan tegas, memang ini lah sifat devon. 

“hmm..” Darren hanya bisa pasrah.

“loe tadi bawa apaan dah.” Devon melihat kota yang dari tadi di bawah Darren, selalu ia bawa di tangannya.

“eh iya, gue nitip ini buat altha.” Darren memberikan kotak itu pada devon, sekang kotak itu sudah berada di devon.

“apaan nih.”

“ye kepo aja lu, buat altha juga.”

“iya iya tau.” Ucap devon dengan ekpresi kesal. “tapi kalau altha gak mau nerima gimana, loe tau sendiri kan ren.”

Darren tersenyum. “gue minta tolong simpen tuh kotak sampek altha mau buat liat.”

“gue bakal usahain biar altha nerima kotak ini.”

“thanks von.”

“no prob.”


🍒🍒

Di rumah sakit.

Sebelum altha sadar.
Vian  yang masih marah dengan perkataan Darren yang meninggalkan altha begitu saja, bagaimana vian tidak marah ia sudah percaya dengan Darren kenapa Darren mengingkarinya.

Sekarang vian sudah duduk di dekat altha  yang masih juga belum sadar.

“dek tiduran mulu ah lu, gue kan gak ada yang nemenin nonton spongebob.” Ucap vian.

Vian mengingat ketika vian sedang asik menonton tv selalu saja altha datang dan merebut remote tv dan menggantinya ke  chanel yang sedang menayangkan kartun. Menjengkelkan tapi masa itu yang membuat vian rindu dengan altha yang dulu.

Vian menggenggam tangan altha, ia menelungkupan wajahnya di telapak tangan altha. Vian begitu menderita melihat adiknya seperti ini, jika ia bisa memilih maka vian saja yang merasakan ini.

Rambut vian terasa seperti ada yang mengusap.

Mungkin altha
Batin vian, ia hanya tersenyum tidak percaya.

Vian merasa ia gila hingga membayangkan altha bangun dan mengusap rambutnya, vian masih terdiam dengan tangan altha yang menompang wajahnya.

“bang.” Ucap seseorang.
Abang tukang bakso palingan
Batin vian. Vian tak menghiraukan.

“bang.. pegel tau tangan altha.”
Ucap seseorang dengan suara serak, membuat vian menoleh ke sumbernya. Dan pertama yang kali vian lihat adalah mata altha yang sekarang sudah terbuka.

Altha sadar ya vian bahagia, ia segera memeluk adeknya itu.

“woy sesek napas gue elahh..”  ucap altha dengan suara serak.

“biar salah sendiri bikin abang loe yang ganteng ini khawatir.” Ucapan vian tadi membuat altha tertawa geli.

“ya udah gue tidur aja lagi.”

“yee.. loe gak kangen apa sama gue.”

“kalau gue bilang iya berarti gue boong dong bang.”

“elahhh lu gak asik mah.” Ucap vian melepaskan pelukannya.

“gak asik gimana sih bang.”

“seharusnya loe bilang ‘bang maaf kan adik mu ini, telah membuat mu khawatir setiap detik nya’” ucap vian mendrama.

“duh bang segini nya ya loe frustasi gara-gara gue  pingsan.”

“adek durhaka loe.” Ucap vian kesal.

“hehehehe… gini ni lo kebanyakan nonton sinetron sih.”

“ya abisnya loe gak bangun-bangun kan gak ada yang ambil remote gue kalo lagi nonton sinetron.”

“wah durhaka loe bang, adek sakit bukannya ditungguin kek malah asik nonton sinetron.”

“pas kan.”

“pas apanya?” Tanya altha bingung.

“adek durhaka sama abang durhaka.”

“hahahaha…” mereka berdua tertawa.

“hemm bang.”

“apa.”

“pas gue  tidur gak ada yang jengukin gue gitu.”

“ada.”
Altha bersemangat mendengar  jawaban vian, sebenarnya ia tau yang dimaksut altha itu siapa.

“siapa bang.”

“vio, mika, sama bagas.”

“selain itu.”

“gue..”

“ye lo mah, jadi gak ada nih yang jenguk gue.”

“gak, emang lu penting bagi mereka.” ucap vian bercanda dengan berlari menjauh dari altha.

“abang durhaka..” ucap altha lantang ya walaupun altha masih belum pulih tapi jika sudah berhadapan dengan vian, altha sudah menjadi macan yang siapa menerka mangsanya. “mau kemana loe bang.”

“ambil hp ,buat hubungin mama kalo anak nya yang songong udah bangun.”

“awas aja loe bang kalo balik.” Ancam altha dengan muka penuh kebencian, dendam, amarah yang tak tertahankan (alay lu thor.)




















Update yeay...

Tuh author dah baik kan ngasih update😁

Comment lah guys, saran, kritik, atau pendapat kalian.

Comment ya guys

Nanti author bakalan next


Thanks ya



Eh sebelum next vote dulu yak😊


Yok tekan bintang nya🙋🙋

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang