Te Amo Ata | Bukan lagi senja yang hangat

458 21 0
                                    

Ingin memiliki, tapi ini mungkin jahat untuk memaksakannya.










“devon.” Ucap gue pertama kalinya, bunda sama ayah terkejut saat gue panggil nama itu.

“loh ternyata kalian udah saling kenal.” Ucap bunda.

“loe kok bisa ada disini von.” Tanya gue.

“sini dulu duduk dulu dong Darren.” Perintah bunda gue turutin.

“bunda kenal sama devon.” Bunda tersenyum.

“biar devon aja ya yang jelasin.” Ucap bunda.

“kenapa harus devon bun.” Tanya gue.

“gimana kita biari Darren sama Devon ngobrol berdua bun.” Ide ayah.

“iya juga ya yah.”

“gakpapa kok bun.” Ucap devon.

Kok bun nih sih devon niru a nih ltha apa manggil bunda gue juga bun, eh dia kan belum kenal atha.

“gakpapa devon lebih baik kalian ngobrol berdua saja.”

“ya udah deh bun.” Ucap devon, dan gue Cuma  bisa diem nunggu penjelasan dari devon.

🍁🍁

2 bulan kemudian.

Altha pov.

aku sekarang berada di roftoop di dekat rumah, entah kenapa aku jadi suka banget di roftoop ini. Mungkin ini kesukaan aku dulu, sebelum aku lupa tentang semua hal.

Tapi aku bersyukur  masih mengingat mama papa, dan seseorang yang berharga dihidup ku.

Dia yang selalu ada di saat aku sedih, dia yang masih bertahan walaupum aku pernah nyampakin dia.
Dan sekarang aku ingin dia bahagia setelah semua yang dia alami.

aku masih nikmatin indah nya senja di roftoop ini, kadang aku menikmati senja ini dengan dia. Itu kenapa aku suka lama lama disini, karena senja akan terasa lebih indah dan menenangkan jika aku melihat dengan senyumannya.

Saat mata ku menelusuri  indah nya setiap sudut langit yang terbalut warna orange, tiba tiba gelap penglihatan ku.

Aku tersenyum tidak merasa takut, karena tangan yang menutupi mata ku ini adalah tangan dia tangan hangat yang selalu memeluk ku.

Tangan yang selalu menggenggam tangan ku dan tak akan melepaskannya.

“senja pasti minder, karena yang melihatnya saja jauh lebih indah dari dia.” Ucapnya membuat senyum ku semakin melebar. “bahkan mata ini saja tak mau berkedip sedikit pun untuk melihat indahnya ciptaan tuha ini.”

Dia melepaskan tanganya, tapi tangan ku menahanya.
“jangan melepaskannya tangan mu begitu hangat, aku suka.”

Tapi tangannya benar benar tidak menhalangi penglihatan ku lagi.

“kenapa kamu lepas.”

“karena tangan ini ingin memeluk tubuh gadis yang ia sayangi.”

Dia memeluk ku begitu erat
“DEVON.” Ucap ku.

“apa.”

“kata katanya ah.”

“tapi kamu suka kan.”

“hmmm..” aku mengangguk.

“altha.”

“hmmm…”

“kamu mau gak janji sama aku.”

“janji apa.”

“untuk kita terus sama sama.”

“I’m promise.”

“beneran.”

“untuk ini aku gak bisa mengingkarinya.”

“walau kamu gak mencintai aku.”

“maksutnya.”  Aku bingung dengan perkataan devon.

“lupain deh.” Ucap devon singkat. “altha.”

“hmm.”

“Te Amo.”

“ha.”

“aku cinta kamu.”

Diam

“altha.”

Aku hanya bisa tersenyum berbarengan dengan rasa sakit di kepala ku.  Aku masih bisa mendengar devon tapi aku tidak kuat untuk menjawabnya atau bicara sedikit pun karena kepala ku terasa sakit sekalu. Sakit sekali hingga aku tidak tahan lagi aku pingsan mungkin masih di pelukan devon.

“altha.”

“ta.”

“altha.”












Olaaaa author update lagi..

Gimana nih kok yang sama altha si devon..

Penasaran gak? (Kagak thoorr)

Yang nungguin chapter selanjutnya comment yak.

Nanti kita bakal ketemu siapa ya di chapter selanjutnya altha? Pasti darren? Atau devon.

Terus tungguin cerita author ya...




Vote dulu kalau udah selesai baca ya..:)

Bye bye....

Comment😍

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang