Te Amo Ata | Jangan Tinggalin Ata

273 11 0
                                    

Ini lebih menyakitkan dari pada menahan tangisan ku


















“hemm..”

Percikan air membasuh tubuh altha. “ihh aren jangan gitu.” Ucap altha lalu menoleh ke sebelah nya.

Diam. “eh devon maaf.” Ucap altha karena disebelah nya adalah devon.

Altha kecewa, kecewa karena tadi ia membayangkan kenangan dulu  bersama darren. seperti nyata sekali tapi itu hanya ingatan kenangan tentang darren.

Devon mengangguk tidak mempersalahkannya, devon mengerti dengan  kondisi altha sekarang.

“kangen darren ya?” Tanya devon selembut mungkin agar tidak menyakiti hati altha.

Altha hanya mengangguk sambil melihat bawah kaki nya yang sedang memainkan air di kolam devon.

“loe sayang banget sama darren ya ta?.” Devon kembali bertanya, bukan bertanya sih melainkan itu pernyataan. Altha hanya menjawabnya dengan mengangguk.

“lupaain darren.” altha langsung menoleh kearah devon dan menatap nya tajam.

“loe apaan sih.” Nada bicara altha terdengar begitu sinis, dari tadi semenjak devon datang pun altha merasa risih dengannya. “jangan seenaknya.” Kini altha sudah membentaknya.

vian sebenarnya tadi terbangun saat devon keluar dari tendanya, dan mengikuti devon karena ia juga tidak bisa tidur.

Melihat devon yang menghampiri altha, vian mengurungkan niat nya untuk menemui devon.

Seperti sekarang ia hanya mengintip di balik pintu besar yang terbuat dari tanaman yang menghubungkan taman dengan kolam devon.

Vian sempat kaget mendengar sentakan altha ingin sekali ia menghampiri adeknya itu dan menenangkannya sambil berkata ‘dengerin devon dulu dek’ tapi vian sadar jika devon akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vian sempat kaget mendengar sentakan altha ingin sekali ia menghampiri adeknya itu dan menenangkannya sambil berkata ‘dengerin devon dulu dek’ tapi vian sadar jika devon akan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Altha dan devon sudah sama-sama dewasa dan mereka pasti tau menyelesaikan masalah dengan cara yang baik, tanpa ada dendam.

Vian tidak ingin altha sakit hati untuk kesekian kalinya,tapi bagaimana lagi altha harus tau sekarang. Vian lebih memilih diam dan  meliaht apa yang akan terjadi selanjutnya.

“loe kalau benci sama darren jangan sangkut pautkan hubungan gue sama darren.” ucap altha yang menggebu-gebu, kilatan amarah sudah telihat jelas di raut muka altha.

“ta dengerin gue dulu.”

“loe egois  von.” Ucapan altha melemah, tetes air matanya kembali meluncur dipipinya. “loe itu saudaranya von.” Ucap altha begitu lirih, ia semakin terisak.

“darren meninggal ta.” Ucap devon berhasil membuat altha semakin marah padanya. “terserah loe mau marah, benci dan bilang ini drama.” Kini devon lah yang menggebu-gebu.

“gue dulu emang benci sama keluarga gue termasuk darren, gue bisa ngelakuin berbagai cara buat balesin dendam gue tapi gue sadar ta.” Ucapan darren melemah.

“gue sadar seberapa gue jahatin mereka, mereka tetap baik sama gue dan semua itu Cuma salah paham.”
Devon menangis, ya menangis sudah berapa kali ia ingin menyampaikan ini pada altha tapi respon altha tidak percaya pada nya.

“terserah loe mau percaya atau enggak.” Ucap devon. “gue capek.” Devon mengusap air matanya.

“gue capek ta.” Devon meninggalkan altha ditepi kolam sendirian. Altha masih menangis, omongan devon tidak bisa dicerna ataupun diterima oleh altha.

Aren gak akan ninggalin ata. Ucap altha dalam batinya.

Altha semakin terisak kuat,ia tidak bisa berhenti menangis. tidak perduli jika mika, vio, bagas dan rey melihatnya nanti.

Altha tidak mau kehilangan darren. aren sudah menjadi bagian dari hidup altha.

“Ata gak mau ata gak mau aren pergi.”
Ucap altha dengan tangisannya, ini benar-benar menyakitkan lebih meyakitkan dari tangisan yang ditahan.

“aren jahat, aren ninggalin ata, mana janji aren.” Ucap altha, ia benar-benar sakit, seperti ia sudah tidak bernyawa.

Terasa ada tubuh yang memeluk altha, orang yang sendari tadi diam meliahat mereka berdua. Ya vian segera menemui altha saat devon pergi.

Ia mengusap usap punggung altha, memberikan ketenangan.  Ini lah yang vian takutkan,altha seperti ini.
Bukan hanya altha yang sakit, vian pun juga merasakan saat melihat altha seperti ini.

“nangis aja dek, tuangin semua rasa sakit kamu sekarang. Kamu boleh nangis sepuasnya jangan ditahan karena itu akan semakin terasa sakit.” Ucap vian yang bajunya sudah basah dengan air mata altha. Vian tidak memperdulikannya, ia sangat menyayangi adeknya ini, seperti menyayangi mamanya.



END





















TAPI BOONG😂

Yeay update..
Udah mau ending ni guys😁
Maaf kalau ending nya gak sesuai sama yang kalian inginkan.
Soalnya ini udah author rencanain dari pertama kali author nulis ini

Tapi

Nanti author punya kejutan di akhir cerita..
Ditunggu yaa..

Bye guys

Comment untuk chapter ini.
Jangan jadi silent reader kesayangan author yaa.. vote cerita author.😘

Ig : @bunganovella

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang