Keterpurukan memang buruk tapi hal itu lah yang membatu untuk terus bangkit.
--
“ta.” Panggil Chelsea mengelus rambut altha.
“ma..” kali ini altha menatap mama nya. “dia pergi lagi ya.” Ucap altha dengan mata yang sudah berkaca-kaca. “kenapa altha gak bangunin altha ma, sekarang di udah pergi.”
Altha mencoba tidak menangis dihadapan mamanya. “kenapa altha tadi tidur.” Altha menyalahkan dirinya sendiri.
“sayang dia gak pergi.”
“bohong.”
“altha.” Ucap Chelsea lembut.
“altha capek, altha mau istirahat.” Altha mengambil posisi tidur menyamping dan menyembunyikan wajahnya karena altha sudah tidak bisa menahan tangisanya.
Sebisa mungkin dia tidak terisak agar semua yang ada diruangan ini tidak mendengar altha menangis.
Altha tidak mau lagi membuat orang yang altha sayangi khawatir.Altha merasakan tangan Chelsea yang mengelus rambut hitam nya.
Semua orang disana diam, mereka diam dengan pikiran mereka masing-masing tapi sama-sama berpikir tentang kondisi altha.Mereka bingung dengan apa yang altha ucapkan tadi. Darren sama sekali tidak datang kesini, bahkan mereka semua tau darren tidak akan datang.
“apa tadi Cuma mimpi.” Lirih altha di selah-selah isakannya yang tidak terdengar. Semua benar-benar hening, altha tidak mendengar ada yang berbicara sedikit pun.
Bukan ini yang diharapkan altha, ia tidak ingin melihat keluarganya khawatir tapi bagaimana lagi ia sudah tidak bisa menahan semua beban ini.
Altha memutuskan untuk memejamkan mata nya,mencoba untuk tenang dengan apa yang barusan terjadi.
--
Devon, vian, mika, vio, dan bagas serta reyhand sedang berada di salah satu taman rumah sakit.
Mereka disuruh keluar oleh Chelsea dan arga dengan alasan agar mereka sedikit lebih fres jika menghirup udara luar.
Mereka pun tidak mau membantah, toh mereka juga tidak ingin menganggu waktu istirahat altha. Dan pada saat inilah mereka berdiskusi untuk mengembalikan altha yang dulu. Altha yang mereka kenal, altha yang selalu bahagia. Mereka ingin membantu altha bangkit dari keterpurukannya.
Vian paling antusias karena ini menyangkut kebahagiaan altha, ia hanya ingin adeknya itu kembali seperti dulu lagi altha yang cerewet yang selalu membuat ia gemas akan perkataan dan kelakuaanya.
“gue ada ide ni.” Ucap vio. Lantas semua menoleh kea rah vio yang berada di samping bagas. Mereka menatap vio seolah-olah sedang berkata ‘apa’.
“gimana kalo altha sembuh kita ajakin dia liburan.” Ucap vio. “liburannya rame-rame gitu biar altha lupa.” Jelas vio sekali lagi.
“boleh juga tuh.” Vian menyetujui perkataan vio.
“boleh sih, tapi kan pasti altha belum fit nah mau liburan kemana tuh?” Tanya mika yang membuat orang yang bekusi tersebut berpikir sejenak.
“deket-deket sini aja.” Ucap vio.
“ya iya tau kemana pio.” Ucap mika agak kesal.
“hehehe.. kalo itu gak tau.” Ucap vio dengan cengegesan.
Hening sebentar karena mereka sibuk memikirkan tempat untuk liburan, bagas sendari tadi mengusulkan tempat tapi ya begitu lah bagas malah seperti dia sendiri yang akan liburan. Vio pun menyuruh bagas untuk diam dan ya bagas mematuhi ibu Negara nya itu.
“camping aja.” Tiba-tiba devon mengusulkan dengan suara toak membuat mereka yang ada disitu serempak kaget.
“yey biasa aja permen karet bekas.” Ucap vio. “kalo ngomong jangan pakek toak.”
“hehe map hilaf.”ucap devon dengan terkekeh.
Devon sekarang agak dekat dengan mereka, karena devon sudah menjelaskan semua itu. Devon juga berjanji akan memperbaiki semua ini.
“kita camping aja tapi di rumah gimana?”“lah kok dirumah.” Sekarang bagas sudah buka mulut.
“ya gak di dalem rumah juga kali, di taman rumah vian atau gue kan luas.” Ucap devon.
“eh bener juga, kayaknya seruh tuh.” Ucap vian dengan atusias nya pasal nya vian dan altha sudah lama tidak melakukan camping kecil-kecilan seperti itu.
Comment and vote
Next ➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo ata (Seri 2)
Teen Fiction(COMPLETED) Sequel altha Alzalvan Darren LDR hanya sebuah kata bukan pemisah untuk kita. Hanya memisahkan jarak dan waktu bukan memisahkan hati. Aku mencintaimu dan selamanya akan seperti itu. Dan sayang ini tidak akan pernah hilang sedikit pun kar...