karena menangis dalam diam itu terasa lebih sakit.Devon sudah sampai di depan pintu ruang inap altha. Baru sampai ia sudah dihadang oleh vian dengan pertanyaan beruntun.
“loe apaain adek gue.” Ucap vian tapi tidak di hiraukan oleh devon, ia meletak altha diranjang dan segera memencet tombol di selah ranjang altha untuk memanggil dokter.
“devon jawab gue..” ucap vian dengan penuh amarah, bahkan terdengar dari nada bicara vian yang membentak devon.
“nanti gue jelasin.” Ucap devon. “sekarang yang terpenting keselamatan altha.” Devon mencoba menekan nekan lagi tombolnya dengan panik, karena dokter belum juga datang.
🌼🌼
Tidak membutuhkan waktu lama untuk memeriksa altha, bahkan devon dan vian tidak di suruh keluar ruangan saat dokter sendang cek kondisi altha.
“gimana dok?” Tanya vian saat dokter sudah berbalik.
“tidak ada yang perlu di khawatirkan, nak altha Cuma kelelahan dan itu membuat dirinya pingsan.” Ucap dokter.
“beneran dok.” Vian memastika.
“altha hanya kelelahan vian.” Ucap dokter itu sekali lagi. “tapi jangan terus-terus membiarkan altha seperti ini akan membuat kondisi altha terus seperti ini.”
“iya dok, saya akan menjaga altha.”
“saya permisi.” Pamit dokter tersebut.
“makasih dok.” Dokter itu hanya membalas dengan senyuma.
Vian menghampiri adeknya itu dan mengelus puncak rambut altha. “cepet sembuh dek.” Ucap vian.
Vian berbalik kea rah devon. “lo..” panggil vian.“oke gue bakal jelasin.”
“itu wajib.”
“tapi ikut gue.”
“kenapa gak disini aja.”
“gue gak mau ganggu istirahat altha lah vi.”
“oh.. oke tapi depan ruangan altha ya.” Devon mejawab dengan anggukan.
**
Devon dan vian duduk di bangku depan ruangan altha, karena mereka tidak mau menganggu waktu istirahat altha.
Baru saja devon menempelkan pantat mulus nya langsung dijejali dengan pertanyaan vian. “kenapa altha bisa pingsan.”
Devon menghembuskan napas nya. “tadi gue kesini Cuma buat liat kondisi altha, tapi gue gak ada niatan buat ketemu altha. Ya loe tau kan kondisinya.” Jelas devon.
Vian menunggu penjelasan devon berikutnya. “pas gue mau ke ruangan dokter yang ngerawat altha buat Tanya kondisinya gue liat altha di taman. Gue putusin untuk berhenti karena liat altha nangis. Gue gak bisa kesana dan loe tau kan alasannya. Gue Cuma bisa jagain altha dari jauh.” Vian masih diam menunggu penjelasan devon berikutnya. “kata- kata yang gue denger terakhir altha sangat merindukan darren.”
Bukannya membaik mendegarkan penjelasan devon, amarah vian semakin memuncak.
“kenapa loe gak hubungin saudara bodoh lo tentang kondisi altha. Dia pasti bahagia liat kondisi altha saat ini.” Ucap vian sinis.
“loe boleh bilang seperti itu tapi darren kebalikan dari itu, dia itu sayang banget ke altha.” Kini devon lah yang sinis.
“kalo dia sayang dia bakalan kesini, liat dia malah ninggalin altha kan.”
“gak bisa.”
“tuh kan loe sendiri aja bilang gak bisa, itu semakin memperkuat.”
“tapi gue sendiri yang tau seberapa besar cinta darren ke altha.”
“terus kenapa darren ninggalin altha.”
“itu karena takdir.” Ucap devon .
Obrolan itu berlanjut devon menceritak sampai ke detailnya.Membuat vian tidak percaya dengan omongan devon tapi devon berusaha untuk mejelaskan nya lagi. Sementara itu disisi lain seorang gadis sudah menahan isakan tangis nya.
Di balik pintu ia membungkam mulutnya agar tidak terdengar oleh siapa pun. Menyakitkan ya karena menangis dalam diam itu terasa lebih sakit.
Holaaaaaa guys author update lagi nih....
Pada kangen altha sama Darren barengan gak nih????... (Yang kangen angkat kaki)
Eh angkat tangan maksut nya😁
Yang kangen comment ya..
Mau altha sama Darren atau altha sama yang Laen??
Atau altha sama mantan nya aja😂😂Yok ramaikan guys
Kasih comment yaaaa abis itu voteSampai ketemu lagi guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo ata (Seri 2)
Teen Fiction(COMPLETED) Sequel altha Alzalvan Darren LDR hanya sebuah kata bukan pemisah untuk kita. Hanya memisahkan jarak dan waktu bukan memisahkan hati. Aku mencintaimu dan selamanya akan seperti itu. Dan sayang ini tidak akan pernah hilang sedikit pun kar...