Te Amo Ata | dan akhirnya terjadi

895 33 0
                                    

Ketakutan itu akhirnya terbukti







Darren terbangun dari tidurnya hanya sebentar ia tertidur.  Ponselnya masih terletak di sampingnya dan masih menampilkan gambar altha. Darren tersenyum dan teringat altha, ia segera menghubungi altha. Darren segera menelpon altha.

“hallo darren.” Ucap altha.

“ata..”

“iya ada apa?”

“kamu tadi katanya mau ngomong penting.”

“owh itu tadi... emmm gak jadi.” Ucap altha.

Altha tau ia berbohong tapi ia takut darren marah.

“beneran?” tanya darren sekali lagi untuk memastikan.

“i..iya.” ucap altha gugup.

“bukannya kamu mau ngomong kalau kamu kemarin pulang di anter sama reyhand.” Ucap darren membuat altha mematung saat mendengarnya.

Bagaimana darren bisa tau. Batin altha.

Hening beberapa saat karena altha tidak bisa menjawab, darren pun juga diam menunggu altha menjelaskan.

“maaf.” Ucap altha, ia merasa bersalah atas semua ini
Darren begitu marah dengan altha, ia menerima jika altha diantar pulang oleh reyhand mungkin pada saat itu keadaannya mendesak. Tapi altha berbohong itu lah yang membuat darren marah.

Biasanya altha tak pernah berbohong padanya mungkin faktor ini juga yang membuat darren sangat marah.

“gue kecewa sama loe ta, loe udah hancurin kepercayaan gue. Loe udah boongin gue atau emang loe udah bosen sama gue. .” ucap darren kali ini ia benar benar marah bahkan ia memakai loe-gue dan tidak memanggil altha dengan sebutan ata.

Altha menangis baru kali ini altha dibentak oleh darren. Isakan altha terdengar oleh darren sebenarnya darren tidak tega. Ia tau altha melakukan itu pasti karena alasan tapi emosi itu terlanjur menguasai darren. Rasa cemburu itu terlalu besar hingga mengakibat ia membentak altha.

“aku Cuma takut kamu marah ren.” Ucap altha lalu mematikan sambungan telponnya

“hallo ata..”
“ata maaf..”

Darren menyesal atas perbuatannya, kenapa sampai bisa emosi itu menguasai dirinya. Ia sudah membentak altha bahkan sampai membuatnya menangis. Padahal dia sudah janji tidak akan membuat altha menangis.

Darren mencoba menelpon altha kembali, berkali kali sudah ia coba tapi tidak di angkat oleh altha. Kemudian darren mengetik pesan untuk altha.

me
Maaf
Tapi tidak dibalas oleh altha hanya di read saja.

me
Ata maafin aren ya:(

Me
Ata jangan marah aren bener bener minta maaf, aren tau aren salah maafin aren ya ata:(

Masih sama seperti yang tadi hanya di read saja oleh altha. Darren pun meletakkan ponselnya dan berbaring. Ia tidak ingin menganggu altha untuk saat ini suasana hati altha sedang tidak bagus.
Darren mencoba memejamkan matanya walaupun tidak bisa. Ia berdoa semoga besok keadaannya akan membaik dan altha akan memaafkannya.

💦💦

Altha masih menangis. Altha tau ia salah dan membuat darren marah tapi apakah perlu darren membentak darren. Bahkan dia tidak mendengarkan penjelasan altha terlebih dahulu.
Ponsel altha terus saja bergetar mungkin notifikasi dari group teman temannya. Altha menghiraukan itu kali ini altha benar benar bad mood.

Tok tok tok..

Terdengar suara dari pintu kamar altha, altha langsung membersihkan matanya yang sembab karena air mata.

“masuk.”
Pintu itu terbuka dan menampilkan vian, vian masuk dan duduk di tepian kasur altha.

“kenapa loe bang.”

“ha?”

“elah biasanya loe langsung nyelonong gak ketok dulu.”

“itu kan biasanya sekarang enggak dong.”

“paan cobak.”
Vian menatap altha lekat, ia melihat mata adeknya itu sembab ia sudah mengira jika altha habis menangis.
“loe abis nangis.”

“gak kok bang.”

“jangan bilang loe abis kelilipan, basi tau gak dek.”

“siapa yang bilang gitu, gue gak sengaja habis kecolok sama nih rambut.” Altha menunjukkan rambutnya.

“loe belum boong aja udah ketauan altha.”

“biarin, loe ngapain sih bang kesini males tau gak gue mau tidur siang.”

“tidur aja loe kebo.”

“biarin kalau gue kebo, loe abangnya kebo dong makin parah ahahahaha.”

“sebahagiannya loe dah.”

“loe ngapain sih bang kesini.”

“gue pengen denger adek gue cerita tentang masalahnya.’ Ucap vian mencubit pipi adeknya itu.

“kalau gue gak mau.”

“harus mau.”

“tapi gue gak mau.”

“gue paksa.”

“isshhhh bang sana pergi aja.”

“gue kan udah bilang kalau gue pengen denger cerita tentang masalah loe.”

“entar kalau gue cerita loe ketiduran lagi.”

“emang masalah loe kayak dongeng pengantar tidur dek?” ucap vian polos.

“ihhh bang loe makin bikin gue bad mood deh.”

“heheheh iya iya maaf, ya udah kalau gak mau cerita. Tapi jangan di pendem sendiri ya ceritain noh sama mika atau vio.”

“iya abang ku sayang.”

“atau perlu gue telpon mama biar loe curhat sama mama aja.’

“eh eh gak usah bang.”

“bener nih.”

“iya abang vian yang ganteng.”

“wih makasih pujiaannya ya udah sono lanjutin tidur.”
Vian sudah membuka pintu kamar altha dan akan segera keluar tapi suara altha mengurungkan niattanya.

“bang.” Mata altha sudah berlinang air mata, vian yang tidak tega langsung menghampiri adeknya itu dan langsung memeluknya.
“darren bang.” Lanjut altha, vian mengelus punggung altha untuk menenangkannya.

“cerita.” Ucap vian setelah mendengar isakan altha sedikit berkurang

‘gue takut dia marah bang.” Ucap altha.

“masalah kemarin.” Altha mengangguk."loe coba bicara sama darren pasti dia ngerti.”

“dia udah tau dan dia bentak bentak gue bang.”

“loe udah biacar berarti”

“gue gak bicara sama dia takut dia marah, gue juga bingung dia tau dari siapa.”

“loe yang salah altha.” Ucap vian sambil mengacak rambutnya “ kalau aja darren tau dari loe bukan dari orang lain pasti dia gak semarah ini.”

“gue harus apa bang.”

“minta maaf ke darren, jelasin.”

“oke gue coba.” Ucap altha.

“udah jangan nangis lagi, loe yang nangis tapi gue yang ngerasa sakit.” Ucap vian lalu memeluk altha kembali.








Hay hay readers udah lama nih gak update.. Hehehe.. Maaf ya:)

Sory for typo

Vote:)

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang