Te Amo Ata | Senja, Rindu dan air mata

431 18 0
                                    

Rindu ku terganti dengan rasa penyesalan















Altha dan vian sekarang sudah berada di dalam mobil. Mobil nya kini menelusuri jalanan kota yang agak ramai.

“mau kemana sih ta.” Tanya vian.

“ketemu seseorang bang.” Vian bingung.

“mika sama vio? Kenapa gak disuruh ke rumah aja sih dek.”

“bukan bang.”

“nah terus siapa?”

“ih bang vian mah kepo.”

“ya udah balik aja ke rumah.” Ucap vian membuat altha meruntuki perkataannya tadi.

“eh eh bang bercanda kali elah baperan nih bang vian.” Altha terkekeh.

“ketemu siapa dek?”

“altha juga gak tau bang.”

“lah kok aneh.”

“dia chatt altha katanya mau jelasin sesuatu.”  Hingga mobil yang vian dan altha tumpangi sampai di tempat tujuan, sebelum vian mengetahui siapa yang akan ditemui oleh adek nya itu. “eh udah sampek ya bang.”

“siapa nama nya ta.”

“nanti bang vian juga bakalan tau, ikut altha aja bang. Altha juga takut sendirian.”

“ya udah dek ayo.” Dengan semangat nya vian sudah berada di luar mobil sedangkan altha masih tercengang dengan kelakuan abang nya itu. Vian yang menyadari altha masih di dalam mobil kembali memanggilnya. “ayo dek buruan.”

“elah kok jadi loe bang yang ngebet.”

“kan gue pengen tau orang nya dek.”

“iya-iya bentar.” Altha kemudian keluar  dari mobil berjalan menuju kea rah vian.

“dimana?” Tanya vian, sedangkan altha hanya menunjuk gedung yang ada di depannya.


🏢🏢

Altha dari tadi  kesusahan menyamakan langkah nya dengan vian, bagaimana tidak vian berjalan seperti lari marathon saja.

“bang tungguin.” Ucap altha setelah keluar dari lift, ya vian dan altha harus menaiki beberapa anak tangga untuk sampai.

“ya dek kita mau kemana sih.”

Lah dari tadi ngibrit sendiri gak tau tujuan. Sok sok ninggal lagi.
Batin altha.

“ke roftoop bang, mangkanya kalau jalan tuh jangan kayak lari tungguin gue kek.”

Sendangkan vian hanya nyengir dengan watados nya. “hehehe.. ya maaf, ya udah loe duluan deh.”

“nah gitu dong bang.”
Akhirnya mereka melanjutkan perjalan mereka yang jauh itu.

🎈🎈

Altha dan vian sudah sampai di roftoop, pertama kali yang mereka lihat adalah pemandangan cowo berdiri.

Vian dan altha masih belum tau itu siapa karena cowo itu membelakangi mereka. cowo itu tidak mengetahui altha dan vian sudah datang.

Entah apa yang membuat cowo itu menoleh ke belakang.

“devon.” Ucap vian ketika melihat cowo itu.

Deg

Altha terdiam, semua kejadian masa lalu terlintas di pikiran altha secara cepat. Seperti altha  di bawah ke masa lalu, kini pikiran altha di penuhi dengan kejadian-kejadian dulu. Ia tertarik masuk ke dalam kenangan.

Setetes air mata tiba-tiba jatuh dari mata altha, kaki nya lemas. Semua kenangan itu kembali membakit, rasa sakit, penyesalan, dan juga dia.

Tangan altha membungkam mulut nya, altha semakin terisak. Menyadari adek nya seperti itu vian langsung memeluk tubuh altha. Setidaknya ia sedikit mengurangi kesedihan altha sekarang.

Lama altha menangis, ia mencoba untuk menata hati nya agar tidak menyuruh air mata terus keluar, agar altha tetap tegar untuk sekarang.

“kita pulang aja ya ta.” Ucap vian.
Vian melepaskan pelukannya dan menatap mata adek nya itu. “kita pulang.” Ucap vian sekali lagi dengan lembut, inilah sisi lain dari sifat  vian yang sebenarnya. Tapi dengan cepat altha menggeleng masih sambil menangis.

Altha mencoba menghapus air mata nya, ia berusaha tegar.

“gue pengen tau bang kenapa Darren benci sama gue.”

“Darren gak benci sama loe dek.”

“bang jangan ada rahasia please gue mohon.”

“tapi dek.” Belum sempat vian melanjutkan omongan nya altha sudah teguh dengan perkataannya.

“gue yakin bang gue bisa, loe tunggu aja ya bang.”

Vian yang melihat adeknya yakin ia pun jadi ikut yakin, masalah ini harus segera di selesaikan.

Sebenarnya ia juga tidak mau melihat adeknya terus seperti ini. Ia tau cepat atau lambat altha akan mengetahuinya tapi jika altha tau dari orang lain itu akan jauh lebih menyakitkan untuk altha dan vian tidak mau itu terjadi. Ia tidak mau mengulang kesalahan yang dulu.

“oke tunggu.” Vian menghampiri devon.

🍁🍁

“vi gue harus jelasin ini sama altha.” Ucap devon sebelum vian berkata.

“gue tau cepat atau lamabat altha harus terima kenyataan ini.” Ucap vian. “gue izinin loe ngomong sama altha. Tapi loe tau kan altha baru aja sembuh.”

“gue tau vi.”

“gue harap loe bisa ngerti kondisi dia von.” Ucap vian pada akhirnya.

“gue usahain gue bakal jelasin ke altha secara pelan-pelan.”

“gue tunggu di bawah, kalau sampai terjadi apa-apa sama altha loe tau kan akibanya.” Devon hanya mengangguk.

🌺🌺

“ta.” Panggil vian. “abang tunggu di bawah, kamu jangan terlalu maksain ini. Inget kamu baru aja sembuh ta.”

“iya bang.”

“altha tau kan gimana khawatirnya abang.”

“iya bang altha juga gak mau buat abang khawatir.”

“abang tinggal.” Altha hanya mengangguk.

Altha menghampiri devon yang tak jauh darinya.



























Nih janji author yang mau double update.

Gimana nih cerita nya?

Terus kasih comment kalian ya guys.

Author butuh saran juga👌





Eh eh vote ya sebagai penghargaan buat tangan author yg udah capek-capek ngetik😂🤣

Oke bye

Sampai ketemu di chapter selanjutnya.

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang