Te Amo Ata | Dia

510 23 0
                                    

Jika hari ini aku dan dia bertemu untuk mengingat kenangan, aku tidak akan pergi.










Bruuuukkk...

Altha terjatatuh buku-buku ia bawah tadi kini sudah berserakan dilantai, altha menabrak seseorang tapi malah altha yang jatuh. Altha merasakan nyeri di bagian dengkulnya.

“maaf ya mbak.” Ujar orang yang ‘ditabrak’ altha orang itu mengulurkan tangannya, altha masih menggeruntuhi dirinya sendiri, kenapa bisa se ceroboh ini coba. “maaf.” Ucap seseorang tersebut membuat altha menerima uluran tangan orang tersebut. Dari sini altha bisa menyimpulkan bahwa orang ini baik karena ia meminta maaf padahal dia tidak berbuat salah, altha lah yang menabrak orang tersebut.
Orang itu juga membantu altha mengambil bukunya.

“seharusnya saya yang minta maaf.” Ucap altha sambil berdiri. Altha mendongakan dan mata altha melihat wajah orang tersebut.

Dan pada saat itu, altha  seperti terbawa pada saat itu. Dimana altha menangis karena kehilangan. Mata altha masih terpaku melihat orang yang ada dihadapannya sekarang. Tapi pikiran altha tidak ada disini melainkan di saat itu, saat altha merasakan sedih yang berlarut.
Tiba-tiba air mata terjatuh dan altha tak menyadari hingga perkataan orang itu menyadarkan  lamunan altha. “maaf..” ucap orang tersebut.

“aku sedang buru-buru.” Kemudian orang itu membantu altha untuk berdiri, tapi altha masih dengan lamunannya. “sekali lagi maaf, ini bukunya.”  Orang itu meninggalkan altha. Altha masih menatap orang itu, hinga sudah jauh altha menyadari lamunanya itu. Altha mengeruntu dengan dirinya sendiri, apa yang telah ia perbuat kenapa altha tidak bertanya saat bertemu dengan dia, kenapa sekarang altha tidak mengejar dia.

Tapi altha terlalu takut, takut untuk kecewa lagi. Altha takut kalau itu tidak mungkin.

Altha berjalan perlahan menuju parkiran mall, altha memutuskan untuk pulang saja. altha mengendarai motor maticnya.

Pikiran altha sedang kalut saat ini, sebenarnya atha bisa saja meminta bang vian untuk menjemputnya saat ini. Tapi altha mengurungkan niatnya, altha tidak tega melihat vian baru saja pulang. Altha juga berniat jika sudah sampai di rumah ia akan memilih dikamar agar bang vian tidak curiga. Altha tidak mau menambah rasa lelah kakak laki-lakinya itu.

Altha melajukan motornya perlahan tapi ia tidak fokus ke jalanan. Langit mulai mendung dan pasti perlahan hujan akan turun. Baguslah pikir altha, setidaknya jika altha menangis orang lain tidak melihatnya.

Pim... pimmm.. suara klakson mobil terdengar jelas di tengah derasnya hujan.

Brukkkk... tapi altha tak menyadarinya, mobil itu menabrak motor altha. Altha terpental kepalanya membentur batu membuat altha mengeluarkan banyak darah.

Pengelihatan altha mulai gelap, perlahan cahaya mulai meredup tapi altha masih mendengar banyak kaki-kaki yang berlarian ke arahnya dan saat cahaya itu mulai hilang hanya gelap altha sudah tidak mendengar apapun setetes air mata jatuh dari mata altha. Perlahan mata altha mulai terpejam entah akan kemana altha saat ini.

“davin.” Satu nama yang altha sebut sebelum ia benar-benar terpejam.













Author kasih double update nih😊

Happy reading

Vote

Vote


Vote readers



Comment juga😊

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang