Te Amo Ata | "Cepat sembuh dari luka terdalam mu"

338 10 0
                                    

Berterimakasih lah pada ' luka ' karena itu yang akan membuat mu bangkit nantinya





























Vian yang sudah mendengar penjelasan dari devon, sekarang ia mengerti kenapa darren meninggalkan altha begitu saja tanpa ada perjuangan.

Vian tertegun saat mendegar ucapan devon tadi. Awalnya vian tidak percaya dengan devon dikarenakan yang devon selama ini perbuat. Tapi devon tidak berhenti menjelaskan ke vian agar vian percaya, devon pun sempat menangis.

Ia tidak tau kenapa altha selalu dihadapkan dengan kenyataan yang begitu rumit. Vian tidak mau melihat altha terpuruk lagi, vian sangat menyayangi adik nya itu seperti menyayangi Chelsea mamanya.

Vian berjalan menuju kamar  inap altha, ia ingin mengecek kondisi altha.
Apa altha belum bangun juga, bangun ta kamu harus tau lebih cepat agar tidak terlalu sakit nantinya. Batin vian.

Saat vian membuka pintunya vian di kagetkan  dengan seorang gadis yang tergeletak di samping ranjangnya.

Mata vian terbelalak ia segera berlari menuju altha yang pingsan di dekat ranjang nya.

“altha.” Ucap vian.

Ucapan vian tadi begitu keras membuat devon yang masih duduk di depan ruangan altha mampu mendengarnya. Mendengar ada yang tidak beres devon masuk kedalam dan benar saja dugaannya.

Vian mengangkat altha dan meletakkanya di ranjang. Devon yang baru datang pun langsung memencet bel untuk memanggil dokter.

Tidak  butuh waktu lama dokter yang menangani altha pun sudah datang, ia memeriksa keadaan altha.

“dia pingsan lagi.” Jelas dokter. Vian masih panik meliat altha tadi dan devon juga.

“kenapa bisa?” Tanya dokternya. “kan aku sudah bilang, altha tidak boleh kecapekan.” Ucap dokter itu dengan tegas.

“kenapa jadi sampek seperti ini, kamu kan sudah janji mau jagain altha.” Dokter itu terihat begitu frustasi melihat anak dari sahabat nya itu terbaring lemah. Ya dokter yang merawat altha adalah sahabat Chelsea dan arga.

“maaf dok.”

“telpon mama kamu untuk kesini.”
Bukannya melaksanakan perintah vian malah bertanya balik kedokter yang ada dihadapannya itu.
“tidak ada yang buruk, tapi dengan altha yang terus seperti ada yang ingin ku tanyakan pada mama mu.”

“baik om aku akan menelpon mama.” Ucap vian.

“om pamit dulu, terus jaga adekmu kalau dia sudah sadar segera panggil om.” Ucap dokter tersebut melenggang pergi. “jangan khawatir adik mu baik-baik saja.” Ucap dokter dengan pakaian serbah putih itu di ambang pintu dengan senyuman untuk memberi penyemangat.

Dokter itu pun menutup pintu ruang inap altha.

Vian pun segera menghubungi mama nya, ia sebenarnya tidak ingin membuat khawatir Chelsea tapi bagaimana mungkin ia tidak mau membangkang perintah dokter, karena ini juga untuk kondisi altha agar ia cepat sembuh.


--

Setelah vian menjelaskan kondisi altha di telpon, ya vian memberitau mama nya langsung. Karena ia tidak mau Chelsea menuju rumah sakit dengan kondisi kalut.

Vian dan devon yang duduk di sofa yang di hadapan ranjang altha itu kini sama-sama menatap altha dengan sedih.

Keduanya sama-sama tertegun untuk beberapa saat sampai suara vian membuat devon menoleh kearah nya.

“melihat altha yang seperti ini rasanya bukan altha yang terbaring.” Ucap vian dengan senyum kecutnya.

“dia itu gadis yang ceria, tidak bisa diam. Ada saja tingkahnya yang membuat ku tidak bisa diam, terus bermain bersamanya waktu kecil dulu. Sekarang di sudah dewasa, rasanya aku ingin altha tetap kecil saja.” Vian terkekeh. “dengan kebahagiaanya, lihat lah sekarang di penuh luka, luka yang tak terlihat.”
Vian menatap nanar adeknya itu.

“luka lah yang membuat ia bangkit.” Sekarang devon yang berbicara, vian masih menatap adeknya itu.

“aku yakin altha tidak akan terus terperangkap dalam rasa terpuruknya.” Yakin devon.

“aku harap itu.”

“altha itu gadis yang kuat, tangguh walaupun dalam keadaan rapuh sekaligus.”

“aku tau itu.” Vian berdiri. “apapun yang terjadi, aku akan berusaha membuat altha bangkit.” Ucap vian tersenyum. “aku akan menutup luka altha apa pun caranya.”

Vian melangkah pergi meninggalkan devon yang masih duduk. Vian melangkah menuju tepat di samping altha.

Vian mengenggam tangan altha yang dihiasi selang infus, vian menatap gadis yang ada dihadapan nya itu.

“cepat sembuh dek, dari luka terdalam mu.” Vian mengelus rambut altha halus dan tersenyum.





























Hay guys.... Aku balik lagi...

Buat nemenin malming kalian aku bakalan double update😁
(Dikarenakan authornya mood nulis)🤣🤣🤣 ada kejutan lohhh di chapter selanjutnya... Yok ramaikan.

Ya udah lah sampai ketemu di chapter selanjutnya.



Comment guys

Next..

Vote

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang