Freya Celestina menghitung jumlah uang yang baru ia terima dari pelanggannya. Jumlahnya sesuai dengan perjanjian awal pelanggannya dan dirinya, maka ia tersenyum puas. Freya mengganti pakaiannya dengan pakaian sekolah.
Ia melepaskan dress berwarna merah tanpa lengan yang panjangnya hanya menutupi sampai bokong bawahnya. Ia menghapus makeup tebalnya dan melepas wig yang ia pakai, serta melepas kontak lens berwarna abu-abu yang membuatnya menjadi lebih tua 5 tahun dari umur sebenarnya.
Ia keluar dari kamar hotel menuju tempat pemberhentian taksi.
"Pak Apartment 88 ya, BSD," Supir taksi mengikuti arahan Freya lalu menyalakan argo taksinya dan melaju menuju tempat tinggalnya.
Sesampainya Freya di Apartment 88 ia berlari kecil menuju belakang apartemen dan menyalakan rokoknya.
Mulutnya pahit sedari tadi dan ingin menghilangkan rasa yang ia dapatkan dari 3 lelaki yang ia rasakan hari ini. Freya diam-diam berjongkok di halaman belakang namun ia terkejut ada seseorang yang mengawasinya diam-diam, maka Freya melempar putung rokoknya menjauh yang belum sempat ia nikmati.
"Dilarang buang sampah sembarangan dek, nanti dimarahin sama Bu Lestari," Muncullah sesosok laki-laki yang menurut Freya umurnya mungkin tidak terpaut jauh darinya. Tubuh nya tinggi, matanya besar, rahangnya tajam, serta rambut cepak hitamnya yang membuat Freya berdesir.
Sammy si penghuni 102.
Perawakan serta rupa Sammy selalu membuat perut serta hati Freya bergejolak tak karuan.
"Gue nggak tahu kalo itu lo kak," Sammy mengambil putung rokok yang Freya buang lalu menyerahkannya pada Freya, dan Freya mematikan putung rokok tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Merokok membunuhmu,"
"Yap, itu tulisan yang ada di bungkus rokok gue,"
"Habis dari mana dek? Kenapa lo malem-malem baru pulang?" Freya lumayan terganggu dengan sikap penasaran berlebihan Sammy yang setiap malam selalu menanyakan hal yang sama padanya.
Lagi pula untuk apa laki-laki ini selalu menunggunya di tempat yang sama dan selalu menangkap dirinya merokok diam-diam di halaman belakang.
"Kerja," Sammy mengerutkan dahinya.
"Lo? kerja? lo masih sekolah kan?" Freya hanya mengangguk, lalu buru-buru mengangkat tasnya untuk menuju rumah tinggalnya yang berada di dekat power house apartemen dan tower air untuk Apartment 88.
"Trus? Lo ngapain kerja?" Kini Freya merasa sangat risih dengan pertanyaan yang dilontarkan Sammy. Freya mendengus kesal.
"I'm not as lucky as you are kak," Sammy hanya terkekeh.
"Menurut gue lo lucky juga kok punya wajah semanis ini diumur yang cuman segede biji jagung," Freya merasakan wajahnya sedikit merona mendengar kata-kata manis dari Sammy.
"Kayak umur lo udah tua aja kak," Sammy terkekeh lagi.
"Lo kerja apa?" Yap, ini saatnya untuk pergi jauh-jauh dari Sammy dan kembali ke rumah tinggalnya. Freya tidak mau lagi di bombardir berbagai pertanyaan mengenai dirinya.
"Gue balik dulu ya kak, kasian Mami pasti udah nungguin gue di rumah," Sammy menahan tangan Freya lalu tas besar Freya terjatuh ke lantai menyebabkan seluruh pakaian dalam serta dress merahnya menyebar di lantai. Sammy mengangkat salah satu bra Freya yang Sammy pikir mungkin hanya menutup sebagian kecil dadanya dan mengangkat dress merah pendek yang tadi Freya pakai.
"Lo kerja apaan anjir?" Freya berusaha sebisa mungkin mengambil pakaian yang Sammy pegang ditangannya. Karena tinggi Sammy sangat tinggi Freya kesulitan mencapai dress yang Sammy pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...