I Am The Boss! (Sang Pemilik) 06

3K 229 8
                                    

Pemakaman sepupunya tidak berlangsung damai dan tenang. Melainkan sangat ramai dan penuh dengan media dimana pun mereka berada. Bahkan salah satu wartawan ada yang memaksa menuju sesi pemakaman.

Padahal sudah banyak aparat berjaga di sekitar makam khusus keluarga keraton.

Walaupun Lestari tidak begitu menyukai sepupunya itu, kesedihan yang ia rasakan juga begitu mendalam. Mungkin, inilah yang dinamakan keluarga. Keluarga akan tetap sedih dan senang bersama walaupun seberapa hancurnya dan jeleknya keluarga itu. Itulah keluarga.

Kenanga, hanya bisa menangis dan menangis sepanjang pemakaman, bahkan Kenanga harus dilarikan ke rumah sakit karena tekanan darahnya sangat rendah hingga dia pingsan berkali-kali.

Diah, keponakannya walaupun sempat pingsan di bandara dia terlihat paling tegar dari semuanya.

Marven, suami Diah selalu menemaninya dan selalu berada di samping Diah. Lestari sangat menyukai gestur pengantin baru ini. Walaupun mereka sudah tidak terhitung baru sekali, namun Lestari tidak bisa berhenti mengucapkan bahwa mereka tetaplah pengantin baru bagi Lestari.

Lestari sebetulnya juga sangat penasaran dengan anak tiri Haryono yang selalu ia bangga-banggakan itu, kalau tidak salah ingat Gideon Rupasha.

Tetapi sedari tadi Lestari tidak melihat batang hidungnya. Entahlah apakah keluarga inti Notonegoro memberitahunya atau tidak. Walaupun dia bukan keluarga inti betapa sedihnya anak itu nantinya jika tahu Ayahnya sudah tiada. Seharusnya mereka tetap memberitahunya.

Lestari kini berada di kamar rumah sakit dan melihat Kenanga yang bernafas dengan teratur lalu cepat dan teratur lagi. Begitu seterusnya.

Lestari meremas tangan Kenanga dengan lembut lalu mengusap punggung tangannya.

"Kasihan sekali kamu Kenanga, cintamu tidak berbalas hingga akhir hayat suamimu," Lestari tahu Kenanga sebetulnya mencintai Suami yang tidak memperlakukannya dengan baik itu. Suaminya terlalu menyayangi pacar lamanya yang para keluarga Notonegoro tahu bahwa pacar lamanya itu adalah Istri kedua Suaminya tersebut, Ibu dari Gideon. Suaminya sudah mempunyai Gideon setelah anak kedua mereka lahir.

Setahu Lestari, seiring berjalannya waktu perasaan Kenanga makin tumbuh pada Suaminya itu.

"Bulik,gimana Ibu?" Lestari menengok ke arah keponakannya yang berjalan dengan cepat ke arah tempat tidur rumah sakit.

 Keponakannya itu melihat Ibunya dengan tatapan sedih. Marven, suami keponakannya hanya merangkul keponakannya itu dari belakang dan membisikkan sesuatu di telinga keponakannya dan keponakannya itu mengangguka-angguk pelan.

"Nafas Ibumu lebih teratur dari sebelumnya, tenang aja Bulik yang akan nunggu disini,"

"Diah, aja Bulik,malam ini Bulik sudah harus kembali ke Jakarta untuk menjadi pembicara di kampusnya Marven kan?"

"Iya, itu bisa dibatalkan, tenang saja,"

"Let me call pihak kampus bhulik..." Sahut Marven dan Lestari hanya mengangguk pelan. Marven berlari kecil keluar ruangan dan Lestari menatap lagi Kenanga.

"Ibumu, bertepuk sebelah tangan dengan Ayahmu selama ini, dia berharap Haryono membalas cintanya, tetapi Haryono terlalu menyayangi pacar lamanya, Irena," Dahi keponakannya mengerenyit tampak bingung dengan nama yang Lestari sebut barusan.

"Ibu dari Gideon Rupasha, kakak tiri kamu, itu adalah pacar lama Ayah kamu sebelum Kenanga dan Ayahmu di jodohkan," Diah menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan wajahnya tampak terkejut.

"Jadi, Ibu tuh... selama ini beneran sayang dan cinta sama Bapak?" Lestari mengangguk pelan.

"Mau disakiti seperti apapun, Ibumu tetap mencintai Bapakmu seperti kamu mencintai Marven, Kenanga adalah wanita terkuat yang hatinya sekuat baja yang pernah Buliktahu," Air mata mengalir dari kedua mata keponakannya dan kini keponakannya mengambil tangan Kenangan dan mengecup punggung tangannya.

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang