Tamara terbangun dan mendapatkan Sandy masih memeluk tubuhnya seakan-akan Tamara akan menghilang seketika dari pelukannya. Tamara terlalu mabuk sebetulnya untuk mengingat kejadian semalam secara detail.
Tamara ingat Sandy memintanya pulang, lalu Sandy memukul Gary, lalu Sandy memintanya untuk menutupi tubuhnya dengan jaket milik Sandy lalu...
OH SHIT! Umpat Tamara dalam hati.
Sandy menyatakan cinta pada Tamara dan Tamara menolaknya, namun dia menangis di pelukan bocah berumur dua puluh tahun itu lalu setuju untuk berpelukan semalaman seperti yang sudah mereka lakukan selama seminggu penuh ini.
Mereka memang tidak melakukan apapun selama berpelukan di tempat tidur, mereka murni berpelukan dan berbagi kehangatan, namun perasaan ketakutan menggerogoti Tamara. Dia takut dengan perasaan ini terhadap Sandy, dia takut mempunyai perasaan aneh ini dan dia takut perasaan ini akan menjadi permanen.
Semalam Tamara sedikit ingat dia berganti pakaian di hadapan Sandy dan Sandy hanya melihatnya dan memuji-muji kecantikannya lalu membantunya bergosok gigi lalu menghapus make up nya dan menuntunnya ke tempat tidur dan mencium seluruh wajahnya sambil mengucapkan selamat malam.
Astaga, apa yang harus Tamara lakukan ketika Sandy bangun? Dia merasa perasaan ini lebih intim dari apapun, perasaan intim yang menggerogotinya kini membuatnya ketakutan dan ingin menjauh.
Tamara pelan-pelan mengangkat lengan Sandy lalu diam-diam lepas dari pelukan Sandy. Tamara berjalan menuju kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya. Tamara menghela nafas lega lalu mulai melepaskan pakaiannya dan masuk ke dalam shower untuk merasakan segarnya air hangat yang membasahi tubuhnya.
***
Saat Tamara keluar dari kamar mandi, dia tidak mendapati Sandy di tempat tidur. Tamara tidak mau terlihat bahwa dia merasa kecewa kalau Sandy sudah pergi begitu saja dari apartemennya, apalagi hanya tinggal besok Sandy tinggal disini.
Apakah Sandy merasa sudah bosan? Apakah Sandy memutuskan pergi lebih cepat ke apartemennya tanpa pamit kepada Tamara? Apakah Sandy menyadari bahwa Tamara hanyalah seorang tante-tante yang merepotkan hingga Sandy pergi secepatnya dari kamar Tamara? Apakah Sandy baru mneyadari jika dia lebih tertarik kepada wanita muda seumuran Sandy dibandingkan wanita yang berumur lebih tua darinya?
Ah, entahlah banyak pertanyaan dan pikiran berkecamuk di kepala Tamara saat ini.
Tamara tidak ingin mengakui bahwa dia memiliki perasaan lebih pada mahasiswanya itu, karena dia tidak mau tersakiti dari perasaan permanen, dia takut perasaan ini akan menjadi perasaan permanen yang dapat menggerogoti hatinya dan hidupnya. Dia benci perasaan seperti ini.
"Morning beautiful, aku buatin sandwich mau?" Tamara terkejut dengan Sandy yang berdiri dengan nyamannya di depan pintu kamar Tamara. Ternyata dia masih disini.
Betapa muda nya wajah Sandy, walaupun tubuhnya terbilang sangat terbentuk dengan sempurna, rambut hitamnya yang mengenai matanya membuat sosok Sandy yang hanya mengenakan kaos polos berwarna putih dan boxer tampak sangat menawan.
Mana ada manusia baru bangun tidur sesempurna itu? Sandy tampak seperti model yang muncul dari dalam iklan-iklan pakaian dalam luar negri.
Tamara menyadari dia menahan nafas hanya karena melihat sosok luar biasa yang ada di hadapannya ini. Jantungnya berdegup dengan kencang dan perutnya terasa geli seperti ada kupu-kupu yang mengelilingi perutnya.
Oh! Tidak tidak tidak, dia tidak boleh jatuh hati kepada mahasiswanya ini, apalagi mahasiswanya ini adalah anak dari pemilik kampus tempat dia bekerja, Tamara akan ditendang kapan saja oleh kampus tersebut karena ketahuan mempunyai hubungan dengan anak pemilik kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...