I Want To Avoid This Feeling (Tamara 202) 06

2.9K 209 0
                                    

Tamara mengecek e-mail kampus nya yang sudah menumpuk dan tidak ia lihat. 

Kolega-nya mengira ia mengundurkan diri menjadi dosen dan tidak kembali, Mr Derrick atau Mr Marven juga menghubunginya melalui e-mail bahwa dia berterima kasih kepada Tamara atas bantuannya selama ini, bahwa Mr Derrick akan pindah tugas ke Jogja dan menemani Istrinya disana.

Tamara pandangi ponsel lamanya yang sudah tidak ia nyalakan selama satu bulan. Selama ini dia memakai ponsel barunya.

Ayahnya mendapatkan pengobatan sempurna berkat Tante-nya. Adik dari Ayahnya tinggal di Singapore, dan memiliki akses mudah untuk pengobatan stroke di Mount Elizabeth Hospital.

Sudah satu bulan juga kedua adiknya di titipkan di rumah keluarga mereka yang berada tidak jauh dari glodok. Karena rumahnya yang berada di glodok kini habis masa kontraknya dan mengharuskan mereka pindah ke tempat baru namun tidak mempunyai uang yang cukup jika harus mencari rumah lain.

Tante-nya, Regina dengan senang hati meminta Ayahnya untuk tinggal di Singapore.

Rencananya kedua adiknya juga akan tinggal disini, tinggal Tamara yang memutuskan apakah ia akan tinggal di Indonesia atau pindah bersama ke Singapore.

Sejujurnya, kampus disini sudah pernah menawari Tamara pekerjaan, namun pada waktu itu alasannya ia menolak karena Ayahnya dan adik-adiknya yang tinggal di Indonesia dna tidak bisa meninggalkan mereka. Tetapi kini alasan itu sudah tidak berlaku lagi.

Apa sebetulnya yang menyebabkan Tamara belum memutuskan untuk pindah ke Singapore? Entahlah, ada sesuatu yang sangat mengganjal di hatinya.

Kini Tamara berada di salah satu café yang berada tidak jauh dari Isetan dan Takashimaya. Ia sengaja ingin mencari ketenangan di café ini dan sedikit ingin merasakan sebagai turis disini. Karena selama satu bulan penuh yang ia lakukan hanya bolak-balik menemani Ayahnya check-up, hingga dia lupa bahwa dia mengambil cuti untuk merileksasikan pikiran.

God, Tamara you feel so good... you're so beautiful... my lovely love Tamara...

"Anjrit..." Umpatnya dengan suara berbisik. Suara itu. Selalu terngiang di pikirannya dan otaknya. Suara Sandy di malam itu, suaranya yang membuat Tamara sedikit gila. Kenapa dia membiarkan hal itu terjadi? Kenapa dia melakukan hal itu dengan Sandy Almanar Wicaksono?

Astaga, sentuhannya, kecupannya, nafasnya, dan aromanya. Segala hal tentangnya masih terasa sangat nyata di benak Tamara dan hal itu membuatnya ketakutan setengah mati.

Bibir Sandy yang memenuhi bibir Tamara ketika mereka sama-sama mengerang dan mendesah. Cahaya lampu temaram di malam itu, Tamara ingat wajah serta mata Sandy yang menatapnya penuh dengan... ah, Tamara tak sanggup mengatakan kata itu. Kata yang menakutkan untuknya.

Kamu cantik... Tamara... I love you...My lovely Tamara...

Bulu kuduk Tamara berdiri mengingat kata-kata yang diucapkan Sandy malam itu. Astaga, bagaimana bisa muridnya itu mengatakan hal yang begitu krusial ketika dia masih sangat muda? Kenapa dia begitu yakin bahwa Tamara-lah yang dia cintai?

Usia Tamara yang sudah tiga-puluh-tahun menjelang tiga-puluh-satu-tahun saja tidak yakin apa itu cinta. Perasaan itu begitu asing dan begitu aneh bagi Tamara.

Malam itu tidak hanya sekali mereka melakukannya. Entah berapa kali, hingga Tamara meninggalkan Sandy sendiri di kamar apartemennya.

Tamara berjalan menutup lapotopnya dan memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa. Selanjutnya dia berjalan menuju smoking room

Dinyalakannya rokok dan ia merasakan tubuhnya menghangat berkat rokok yang ia hisap. Tamara harus melupakan kejadian malam itu. 

For god's sake,Tamara sudah tidur dengan banyak Pria, bukan suatu hal yang besar lagi tidur dengan Sandy kali ini.

I'm coming...

Tetapi kenapa desahan Sandy masih sangat jelas teringat di benaknya? Tamara memperdalam hisapan rokoknya dan membuat pikiran tersebut jauh-jauh dari otaknya.

I love you I love you I love you I love you I love you

Kapan dia bisa menutup memori yang selalu bermain di otaknya ini bagaikan sebuah film? Kapan dia bisa menghapus memori ini? kenapa sangat sulit sekali.

Please, aku pengen peluk kamu semaleman... I need to feel you again sayang... I love you...

Malam itu Tamara tidak menjawab satu pun ungkapan perasaan Sandy. Dia hanya menuruti Sandy yaitu membiarkan Sandy mencium bibirnya dalam-dalam hingga ia lupa bernafas lalu memeluknya dengan erat dari belakang dan membenamkan wajah Sandy di lehernya hingga tidak ada lagi ruang diantara mereka di kasur yang sangat besar itu.

Seketika mata Tamara terasa sangat panas dan rokok yang ia pegang terjatuh di lantai, hingga beberapa orang yang berada di smoking room menegurnya karena membuang sembarangan. Tamara mengambil putung rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah dan berjalan dengan sangat cepat menuju luar ruangan.

Air matanya tidak bisa ia tahan lagi. Rasa ini sungguh rasa yang sangat pelik dan menyiksa. Sandy adalah anak dari pemilik kampus dari tempatnya bekerja, tidak mungkin Tamara membiarkan rasa ini berkembang begitu saja.

Tamara harus melakukan sesuatu agar hubungan yang memusingkan dan perasaan yang membuat nafasnya sesak ini segera berakhir.

Tamara juga tidak yakin apakah mereka sudah memulainya? Tidak, mereka belum memulainya. Mereka hanya saling sentuh sana saling sentuh sini tanpa benar-benar memulainya.

Jika, dia memutuskan tinggal di Singapore dan pindah bekerja disini, dia takkan menyakiti siapapun kan? Karena hubungannya dengan Sandy saja belum dimulai apalagi dia takut jika perasaannya semakin melebar dan benar-benar akan memulai segalanya dengan muridnya itu.

Oh, Tamara tahu kini siapa yang akan ia sakiti jika dia benar-benar memutuskan untuk pindah ke negara singa ini.

Dia akan menyakiti dirinya sendiri karena berusaha keluar dari perasaan yang membuatnya ketakutan ini. 

Kira-kira Tamara bakalan pindah ke singapore apa nggak nih?

ditunggu vote dan commentnya!

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang