Tamara merasa begitu bodoh kembali lagi ke apartemen ini dan kini ia berada di dalam pelukan murid yang telah mengacaukan hatinya dan pikirannya. Kenapa ia tidak berpikir panjang sebelum kembali kesini? Pastinya muridnya ini memeliki kunci kamar ini. Karena memang Tamara yang meninggalkannya sendirian disini.
"Tam... astaga... astaga..." Tamara berusaha melepaskan pelukan Sandy namun tidak berhasil. Ternyata dekapan Sandy sangat kuat di tubuh Tamara.
"Sand... lepas..." Tamara menggeliat di pelukan Sandy dan Tamara dapat merasakan pelukannya semakin erat hingga membuat ia sulit bernapas.
"Nggak Tam... kamu bakalan kabur lagi..."
"Sandy... aku... susah... nafas!"
Sandy melepaskan pelukannya namun ia tak henti-hentinya menatap Tamara dan kini Tamara salah tingkah, apalagi Tamara hanya menutupi tubuhnya dengan handuk karena ia baru saja mendarat di Indonesia dan membutuhkan siraman air hangat karena pesawat yang ia naiki dari Singapore sempat delayed selama lima jam dikarenakan kabut asap yang tebal, karena daerah Riau mengalami hal itu lagi dan imbasnya terkena di Singapore.
"I miss you..." Kata Sandy pelan. Hati Tamara seketika luluh melihat wajah Sandy yang menatapnya seperti itu.
"Kangeeeen bangeeet aku Tam... kangeeeeen!" Tamara ingin sekali menahan senyumnya namun ia tidak bisa menahannya lagi karena melihat wajah Sandy yang begitu tersiksa seperti ini.
"Aku sengaja nggak ganti seprei kamu dari satu bulan yang lalu, cuman buat inget-inget aroma kamu Tam..." Oookay...menurut Tamara itu terdengar jorok tetapi sedikit sweet.
"Terus! Aku selalu tidur di kamar ini! Bahkan aku nggak pulang ke rumah selama liburan semester!" Entah bagaimana bisa Tamara ragu akan perasaan anak ini dan dengan perasaannya sekarang.
"Kamu tahu nggak? Aku dibilang gila sama adek kembarku Tam... karena nggak ngubah posisi kamar tidur kamu sejak kamu ninggalin kamar ini! aku nggak mau kehilangan jejak kamu, karena menurutku jejak make love kita malam itu kayak crime scene kita semalaman..."
Tamara hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan menghela nafas panjang apalagi mengingat kejadian di malam itu begitu intens dan begitu menakutkan baginya.
"Aku ketagihan sama sentuhan kamu, suara kamu, senyum kamu, suara ketawa kamu, bahkan wajah kamu kalo marah dan kesel sama aku, intinya Tam... aku ketagihan semua hal tentang kamu..."
Astaga, sadarkah Sandy bahwa ia seperti membacakan sebuah puisi untuk Tamara dan hal tersebut membuat perasaan Tamara menari-nari?
"So, please!Jangan ngilang lagi Tam... aku bukan Dilan... aku nggak kuat nanggung rasa rindu..." Tamara tak bisa lagi menahan ketawanya karena kata-kata Sandy barusan.
"Tuh, liat deh... suara ketawa kamu rasanya pengen kurekam, takut-takut kamu ngilang lagi,"
Kata Sandy menatap Tamara dengan penuh damba. Tamara menghela nafas panjang kemudian mendekatkan dirinya ke diri Sandy dan mengecup pipinya.
"I'm impressed Sandy... aku kagum sama rayuan gombal dan kata-kata gombal kamu..."
Kemudian Tamara melingkarkan lengannya di leher Sandy dan Tamara dapat melihat bahwa Sandy menahan nafasnya, dan hal tersebut membuat Tamara tersenyum. Berarti Sandy tidak berbohong mengenai efek Tamara kepada dirinya.
"Aku belum dewasa Sandy... memang usiaku udah tiga puluhan tapi aku belum dewasa untuk menerima perasaan yang bikin aku ketakutan sendiri..."
Sandy hanya mengangguk mendengarkan perkataan Tamara.
"Aku, takut sama apa yang akan terjadi di depan... aku takut sama semua ini, sama perasaanku sendiri, sama kamu juga dan sama pandangan orang terhadap kita..."
Sandy mengusap pipi Tamara dengan lembut lalu Tamara mengecup telapak tangan Sandy.
"Aku salut sama kamu yang begitu percaya sama perasaan yang menakutkan ini, aku salut kamu berani take a risk with all of this thing..."
Kemudian Tamara menangkup wajah Sandy dan mengecupnya dengan lembut.
"I'm yoursSandy... I'm yours... let's do this thing together... kalau dilakuin berdua aku yakin kita bisa jalaninnya... I miss you and I love you..."
Tamara dapat merasakan bibir Sandy bergetar lalu ia mengangguk dan Sandy membalas bibir Tamara dengan lembut kemudian ganas.
Tamara merasa tubuhnya terangkat kemudian ia merasa bokongnya berada di meja kayu, meja makan miliknya.
Tamara bergetar dengan senang ketika Sandy mengecup setiap bagian kulitnya yang terbuka dan berkali-kali memuji kecantikannya serta mengatakan 'suka' 'cinta' 'I love you' 'I fucking love you' pada Tamara.
Kemudian mata mereka bertemu dan mereka menempelkan kening satu sama lain dan Tamara dapat menghirup aroma tubuh Sandy yang ia rindukan selama ini.
"Aku seneng kamu bukan Dilan yang nggak bisa nahan rindu ke aku... Sandy... aku senengnya kamu jadi Sandy aja yang selalu nggak kuat kangen sama aku..."
Bisik Tamara kepada Sandy dan Sandy terkekeh.
"With all of my heart... I'll be your Sandy forever and ever..."
Sandy perlahan-lahan membuka handuk yang Tamara pakai dan kini Tamara merasa malu melebihi apapun.
"Tuh, kamu cantik, apalagi kayak gini..." Tamara menggeleng pelan dan terkekeh.
"Emang yah... mesumnya nggak ilang..."
"Sama kamu sih... nggak akan pernah ilang sayang..." Tamara terkikik seperti gadis remaja lalu melingkarkan lagi lengannya di leher Sandy.
"I love you Tam..."
"Aku cinta kamu Sandy..."
Nikahin nggak nih berdua? hahah
ditunggu vote dan comment nya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...