Sudah satu bulan yang lalu Mira berusaha membuat Tante Netti, Ibu dari calon suaminya itu bangga padanya. Mira diet ketat selama satu bulan demi bisa menyenangkan hati calon mertuanya itu. Mira sendiri juga takjub akan keberhasilannya. Dia berhasil menurunkan berat badan sebanyak delapan kilo gram. Awalnya berat badan Mira adalah delapan-puluh-kilogram menjadi tujuh-puluh-dua-kilogram.
Sejujurnya, saat ini kepalanya pusing dan perutnya mual. Apalagi dia harus menggunakan korset ketat untuk memperindah tubuhnya. Sejujurnya calon suaminya tidak menyukai ide ini. Tante Netty dan Dimas sempat berselisih paham. Mereka beragurmen hebat saat Mira menginap di rumah kedua orang tua Dimas di Bandung.
Tante Netty ingin merestui mereka kalau Mira melaksanakan diet yang diminta Tante Netty. Sedangkan menurut calon suaminya hal itu sangatlah konyol. Tetapi demi menyenangkan Ibu dari pria yang Mira cintai, Mira rela melakukan apapun, walaupun selama satu bulan penuh dia hanya mengkonsumsi Jus Alpukat.
Kalau di pikir-pikir, selama satu hari Mira hanya mengkonsumsi dua-ratus hingga empat-ratus kalori. Hebatnya dia tidak pernah pingsan. Padahal, seharusnya jika diet dilakukan secara drastis, maka orang yang melakukannya tidak kuat atau sering tidak sadarkan diri.
Mira menatap dirinya di cermin. Balutan indah gaun kebaya pernikahannya membuat dia tampak sangat cantik, riasan wajahnya yang begitu sempurna membuatnya tampak sangat manis, rambut yang di sanggul ke atas membuat garis wajahnya terlihat tajam, apalagi setelah dia turun berkilo-kilo seperti itu.
Baru kali ini Mira merasa dirinya tampak cantik dan sempurna. Tidak ada salahnya dia melakukan diet ketat seperti itu. Tetapi Mira merasa ada sesuatu yang janggal di dirinya. Mira mual, pusing dan terasa lemah. Tetapi dia harus kuat, karena hari ini adalah hari istimewanya, dia harus tersenyum ramah kepada semua tamu undangan, berbahagia bersanding dengan kekasih hatinya dan menyenangkan semua orang.
Tampak Ibunya dengan balutan kebaya berwarna emas masuk ke dalam ruang ganti pengantin. Ibunya menangis sejadi-jadinya melihat Mira berpakaian cantik seperti ini, adiknya pun tampak menyusul Ibunya dan mereka berpelukan sambil terisak, karena isakan bahagia.
"Nduk-ku cantik... cantik sekali..." Isak Ibunya. Mira menghapus air mata Ibunya dengan ibu jarinya lalu tersenyum ke arah Ibunya.
"Ibu juga ndak kalah cantik," Kini mereka terkekeh bersama lalu adiknya Raihan juga ikut menangis. Tetapi tangisan adiknya itu di tertawakan oleh Mira, karena adiknya jarang menangis seperti ini untuknya.
"Duh, malu ah... gembeng banget..."
"Jangan lupa sama Raihan ya mbak... pokoknya Mbak Mira tetep harus balik ke gayungan..."
"Iya le...Mbak nggak bakalan lupa lah sama adik Mbak yang rese ini, udah yuk... ditungguin sama penghulu..." Mira menggandeng Ibu dan adiknya menuju tempat ijab.
Tampaklah keluarga besar Dimas dan Dimas sendiri. Calon suaminya begitu tampan di balutan pakaian pengantin berwarna putih, mata coklat muda yang memperjelas garis percampuran antara Barat dan Asia itu membuat jantung Mira selalu berdebar tak karuan.
Seharusnya pengantin yang akan menikah gugup dan terharu menangis, tidak dengan Mira dia cekikikan layaknya gadis remaja yang baru melakukan kencan dengan pacar pertamanya.
Mira duduk di samping Dimas dan menghadap ke penghulu. Dimas menyambut Mira dengan senyuman yang sangat lebar. Entah kenapa Dimas juga ikut cekikikan.
Pak Ali selaku penghulu menjabat tangan Dimas dan mengucapkan kalimat Ijab yang membuat jantung Mira berdetak dua kali lipat lebih cepat. Dimas menjawab kalimat Qabul dengan lantang dan lugas namun sempat terselip beberapa kesalahan hingga dia harus mengulang tiga kali. Sepertinya Dimas gugup sama gugupnya seperti Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
De Todo21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...