Gita tersenyum lemah ke arah Ibunya yang baru saja di kemoterapi. Wajah Ibunya tampak pucat dan lesu.
Ia menggapai tangan Ibunya lalu mengecup ujung jari telunjuk Ibunya sambil berharap ia takkan menangis sendu malam ini dan berharap kesakitan Ibunya akan segera berakhir.
Adik laki-laki Gita, Stevian Mahesa menepuk punggungnya dan memeluk pundak Gita. Mereka sama-sama saling menguatkan dan berharap cobaan ini akan segera berakhir.
Pintu rumah sakit terbuka tampaklah kekasih Gita, Cinta.
Cinta tersenyum lembut ke arah Gita berharap senyumannya dapat menguatkan hati kekasihnya tersebut. Cinta memeluk Stevian lalu memeluk Gita. Saat Cinta ingin melepas pelukannya, Gita tak ingin melepas tubuh Cinta.
Gita butuh kekuatan saat ini, butuh energi yang harus ia serap dari Cinta. Cinta hanya bisa menepuk pundaknya dan mengecup ujung kepala Gita.
"Untung lo kesini Cin, kalo nggak Gita udah nggak berwarna wajahnya, kayak monochrome," Cinta terkekeh. Gita masih menautkan jari jemari mereka.
"Lo juga Stev, nggak jauh beda sama Gita," Stevian meregangkan otot-ototnya yang kaku lalu duduk di kasur untuk penunggu pasien.
Gita bersyukur sekali kedua orang yang ia sayangi berada di sampingnya saat ini. Berbagi beban bersamanya, dan saling menguatkan. Gita jadi teringat pertama kali bertemu dengan Cinta sekitar 4 tahun yang lalu.
Saat itu status Cinta masih menjadi pacar Stevian. Stevian sering membawa Cinta ke rumah dan Cinta senang membantu Ibu nya yang sedang membuat kue untuk di drop ke beberapa kafe di daerah Cilandak. Semenjak itu Gita dan Cinta menjadi semakin dekat dan Gita merasa menemukan sahabat baru yang sangat click dengannya.
Saat itu Gita masih jadian dengan orang lain, Putri Janetta, produser musik di salah satu label ternama di Jakarta Selatan. Suatu hari Putri memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena merasa hubungannya dan Gita sangat membosankan, tidak lagi seperti dulu.
Gita terpuruk karena ia masih sangat menyayangi Putri. Saat itu Cinta sedang berkelahi hebat dengan Stevian, karena Stevian hampir tidak mempunyai waktu untuk Cinta, Stevian seperti married to his job, dan menjual jiwanya pada perusahaan Asuransi ternama itu.
Cinta menelepon Gita agar bisa mencurahkan isi hatinya mengenai masalah yang sedang ia hadapi dan Gita setuju untuk bertemu Cinta di rumah Cinta.
Malam itu mereka saling menceritakan keluh kesah mereka, menghabiskan waktu dengan menyanyikan lagu sendu dan menonton film Final Destination 1 sampai 3, Cinta merebahkan kepalanya di pundak Gita lalu tanpa sadar Gita mengusap puncak kepala Cinta merasakan kehangatan di hatiny.
Entah kenapa malam itu mereka merasakan hal yang sama, jantung mereka berdegup secara tiba-tiba seperti mesin yang sudah lama tidak bergerak, mereka merasakan rasa satu sama lain. Cinta menatap Gita dan Gita menatap Cinta dengan tatapan yang sama.
Malam itu mereka merasakan bahwa hubungan mereka setelah ini tidak akan sama lagi. Gita mencium Cinta dan Cinta menyambutnya dengan terbuka.
Rasa bersalah terhadap adiknya Stevian sebetulnya masih menggerogoti Gita, namun adiknya yang tampan dan bijaksana itu hanya berkata
," You deserve Cinta more than I am Kak, gue tahu pasti lo akan lebih perhatian dan sayang sama Cinta dibandingkan gue, gue tahu lo siapa Kak, gue paham lo siapa, selalu ada untuk dia bagaimanapun situasinya, gue tahu lo akan jadi pacar yang luar biasa untuk dia."
Gita tersenyum bahagia menatap Cinta dan Stevian yang saling bercakap, dia bahagia sudah dikaruniai dua orang yang luar biasa untuk dirinya.
Ia tatap Ibunya yang masih tertidur setelah kemoterapi tadi, Ia kecup kening ibuya lalu berpamitan pada stevian dan mengajak Cinta untuk kembali ke apartemen mereka.
Di lorong rumah sakit Gita mengecup pipi, kening dan dagu Cinta sambil berkata ,"I love you, makasih udah ada di sampingku sama ini,"
"Love you too sayang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
De Todo21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...