Cinta sudah bersiap-siap menuju Seoul untuk kepindahannya sekitar dua hari lagi. Sebastian dan dirinya siap untuk mempertahankan pernikahan serta mencoba untuk mempunyai keturunan dengan bantuan seorang Professor yang dikenal Sebastian di Seoul.
Satu bulan yang lalu Cinta meninggalkan Gita atau tepatnya Gita yang mengusirnya dari apartemen tempat mereka berdua tinggal. Sampai saat ini Cinta merasa sangat merasa bersalah kepada Gita dan suaminya Sebastian. Perasaan yang dimiliki Cinta memang sangat egois. Dia tak ingin melepaskan keduanya, karena dia mencintai mereka berdua dengan cara yang sama.
Hingga kini Sebastian masih belum mengetahui rahasia terdalamnya itu. Karena Cinta sangat merindukan Sebastian selama empat tahun, Cinta dan Sebastian hampir tidak bisa memisahkan diri mereka. Di saat ada kesempatan apapun mereka akan bercinta dan bercinta lalu bercinta lagi.
Cinta masih belum puas merasakan Sebastian di dalam dirinya, dia akan terus menerus ingin lagi dan lagi.
Begitu pula dengan apa yang di rasakan Cinta ketika bersama Gita, dia ingin Gita lagi dan lagi. Dia ingin sentuhannya, di wajah, hidung, pipi, telinga, leher, dada, perut dan miliknya. Dia rindu Gita berada bersamanya seperti tentakel yang takkan bisa menghentikan diri untuk tidak menyentuh Cinta.
Astaga, kenapa dia seperti jalang yang haus akan sentuhan dan belaian kasih sayang dari kedua orang yang memenuhi hatinya ini? apa yang salah dengannya? Dulu Cinta bukan wanita yang seperti ini, entahlah ada apa dengannya.
Cinta kira karena dia jauh dari Sebastian maka dia membutuhkan sentuhan lembut Gita hingga menyesakkan hatinya, nyatanya tidak. Setelah Sebastian berada terus di sampingnya, Cinta masih memikirkan Gita.
Kini Cinta sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper besar yang akan dia bawa nanti dan tampaklah Sebastian keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menempel di pinggang suaminya. Cinta tidak bisa berhenti menatap suaminya, suaminya hanya terkekeh.
"Aku baru mandi, jangan dilihat kayak gitu sayang..."
"Iya, I know...cuman, kenapa coba harus banget handukan doang? Nggak bisa gitu pake baju di dalem kamar mandi? Apa susahnya? Untung rumah segede ini kamar mandinya di dalem kamar kita, kalo Bik—" Bibir suaminya sudah mendarat di bibir Cinta dan nafas Cinta seakan-akan terbang menjauh.
"Beresin dulu bajunya, baru nanti aku bantu," Tangan Sebastian menggerayangi perutnya dan membuat Cinta bergetar senang. Cinta terkikik di bibir suaminya lalu ia menangkup wajah suaminya.
"Yakin mau bantu beres-beres? Atau kubantu yang lain?" Goda Cinta. Tangan Cinta sudah berada di pinggiran handuk yang dipakai suaminya dan handuk tersbeut siap jatuh kapan saja.
"Wife,kamu tuh yah... lebih mesum dari aku tahu nggak?" Cinta hanya bisa terkekeh dan melingkarkan lengannya di leher suaminya lalu memperdalam ciumannya. Terdnegar pintu kamar mereka diketuk lalu mereka buru-buru memisahkan diri. Sebastian sembunyi di balik pintu dan Cinta menggapai kenop pintu.
"Ya?" Tampak Bik Narsih di depan pintu kamarnya.
"Bu, ada tamu buat Ibu," Cinta mengerenyit karena ini sudah pukul delapan malam. Cinta juga tidak punya banyak sahabat dekat atau keluarganya juga jarang mengunjunginya.
"Siapa Bik?"
"Katanya Ibu Gita, temennya Ibu katanya," Hati Cinta mencelos dan kini tangannya bergemetar. Cinta menahan tubuhnya di gagang pintu dan berusaha sebisa mungkin tidak terjatuh disini.
"Katanya penting Bu, gitu..." Cinta hanya mengangguk pelan dan Bik Narsih kembali turun ke lantai bawah. Cinta menutup pintu kamarnya dan merasakan jantungnya hampir lepas. Kenapa Gita kemari? Kenapa Gita mengetahui rumahnya? Kenapa dan kenapa dan kenapa itu yang berkecamuk di pikirannya.
"Sayang? Kok kamu pucet?" Tanya Sebastian yang kini sudah memakai piyama tidurnya.
"Are you okay?"
"I'm fine..."Cinta baru menyadari bahwa dia menampik tangan Sebastian ketika Sebastian ingin mengusap wajahnya. Cinta jadi ketakutan sendiri dan dia pura-pura tersenyum dengan lembut kepada suaminya dan mencapai pipi suaminya untuk ia kecup.
"Aku ketemu temenku dulu,""Aku baru denger namanya deh Gita ya? Temen make up artist?"Cinta harus berbohong maka ia hanya menjawab ,"Ya."
***
Gita bergemetar ketika memencet bel rumah besar dengan pagar tinggi di hadapannya. Apa yang sebetulnya ia lakukan disini? Seharusnya ia tidak kemari ketika dia tidak sengaja melihat Cinta di salah satu Mall dekat rumah ini dan mengikutinya hingga kemari.
Cinta ternyata sangat kaya, sangat sangat kaya raya. Gita tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya. Siapa Cinta yang ia kenal selama ini? siapa dia? Mereka sudah lama bersama tetapi tidak tahu menahu apa -apa mengenai Cinta.
Gita begitu bodoh dengan perasaannya begitu buta. Dia tidak pernah perduli dan menanyakan hal apapun mengenai latar belakang Cinta. Karena selama ini dia hanya perduli pada perasaannya pada Cinta bukan latar belakangnya.
Bahkan adiknya yang dulu mantan pacar Cinta juga tidak mengetahui fakta ini. Tampak seorang satpam membuka pagar dan menatap curiga Gita.
Gita mempunyai tinggi yang sama seperti lelaki, namun memiliki postur tubuh yang sangat kecil, wajahnya terlihat maskulin namun cantik dan rambutnya sangat cepak. Kemungkinan besar satpam ini bingung sebetulnya dia itu apa, dan siapa. Sama seperti semua orang yang baru pertama kali bertemu dengannya, di kategorikan sebagai apakah dirinya itu.
"Ya, cari siapa? Hem... Ma—Mbak?" Semua orang seperti itu terkadang mengira ia laki-laki tetapi baru menyadari bahwa dia perempuan.
"Saya cari Cinta, maksud saya Ibu Cinta,"
"Oh, Ibu? Ada mbak, temennya yah?" Wah, sangat mudah sekali masuk ke dalam rumahnya, padahal seharusnya rumah sebesar ini pengamanan juga sangat ketat. Apakah Cinta mempunyai teman wanita lain selain dirinya yang sering ia ajak kemari tanpa sepengetahuan Suaminya? Kasihan sekali Suaminya itu.
"Ya,"
"Silahkan masuk Bu, kalau boleh tahu dengan Ibu siapa?"
"Gita, Gita Jelita," Gita mengikuti Satpam tersebut. Ada seorang wanita tua yang Gita duga adalah pembantu disini. Pembantu tersebut menuntunnya menuju ruang tamu. Rumah ini begitu besar namun begitu kosong.
Nafas Gita tercekat melihat salah satu foto Cinta memakai pakaian pengantin adat Batak dengan seorang lelaki yang sangat ia kenal. Sangat ia ingat dan sangat ia paham.
"Fuck..." Desis Gita.
Sebastian Nasution. Teman satu SMA nya dan pacar pertamanya. Gita melepaskan keperawanannya dengan pria itu dan hamil dengannya di usia yang sangat muda, mengakibatkan Gita dipaksa oleh Ibu dari Sebastain untuk menggugurkan kandungannya dan tidak boleh lagi menemui Sebastian.
"Shit shit shit!" Desisnya lagi. Gita harus keluar dari rumah ini sesegera mungkin!
Gita buru-buru keluar dari rumah Cinta dengan nafas terengah-engah. Satpam itu meneriakkan namanya dan memintanya untuk kembali karena sang pemilik rumah sudah turun dari kamarnya.
Kenapa takdir bisa begitu pahitnya? Gita mencintai Cinta dan Cinta mencintai Pria yang pernah memenuhi hari-harinya dulu dan merasakan kenangan sepahit kopi hitam. Apakah takdir itu selucu ini? Kenapa dunia sesempit ini?
HALO SEMUANYA!
APA YANG TERJADI SELANJUTNYA NIH YA?? TERNYATA LAKI NYA SAMA ;"
DITUNGGU VOTE DAN COMMENT NYA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Sonstiges21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...