Biasanya pada saat liburan akhir semester Sandy menghabiskan waktunya untuk berlibur bersama teman-teman terdekatnya. Entah itu dia bepergian ke luar negeri atau sekedar eksplor keliling Indonesia. Tidak kali ini, dia menghabiskan waktunya di Apartment 88. Kedua orang tuanya sampai bertanya-tanya, untuk apa dia menghabiskan waktunya disini.
Kini Sandy di hadapan kedua pasangan yang terkadang membuat dia ingin muntah, Sammy dan Freya. Astaga, ingin sekali rasanya Sandy melemparkan jus Alpukat yang sedang dia minum ke wajah adik kembarnya itu. Betapa bahagia dan kasmarannya adiknya itu.
Jujur, setelah tahu siapa Freya awalnya Sandy sedikit underestimate Freya. Namun, setelah tahu latar belakang Freya kenapa dia melakukan hal tersebut, Sandy menjadi respectkepada gadis berusia delapan belas tahun ini, pemikirannya lebih dewasa dibandingkan dia dan Sammy.
"Muka lo kontrol dek jangan cengengesan," Kata Sandy dengan wajah menyebalkan. Sammy menatapnya dengan tatapan kesal dan Freya tertawa.
"Fre, gimana kalau lain kali kamu nggak usah ajak-ajak Bang Sandy lagi? Dia sungguh mengganggu Fre... sungguh loh..."
"Ya, masa kita tinggal sih Kak Sandy? Kan kasihan Kak..." Sandy langsung mengangkat tangannya dan high five dengan Freya. Senang sekali dia menggoda adiknya seperti ini. Freya terkikik dan hal tersebut makin membuat Sammy kesal namun Sandy menikmati hal ini.
"Kampret lu Bang... Freya lu ajak-ajak kan kesel gua," Sandy hanya terkekeh karena senang adiknya kesal.
Setelah mereka bertiga selesai makan untuk menghibur Freya yang sudah berhasil mengerjakan satu minggu penuh Ujian Nasional, kini Sandy menjadi obat nyamuk lagi. Freya bergenggaman tangan dengan Sammy lalu mereka berdua berbicara hampir berbisik, seakan-akan dunia ini milik mereka berdua yang lain ngontrak. Entahlah sudah berapa lama Sandy menjadi obat nyamuk bagi mereka berdua.
Setelah mereka bertiga sampai di Apartment 88, seperti biasa Sandy akan menunggu mereka di taman agar tidak tampak berdua saja dan melakukan hal-hal yang diinginkan (tahu kan apa? Yang diinginkan oleh kaum-kaum kasmaran seperti mereka?)
Dari arah taman Apartment 88 Sandy dapat melihat keseluruhan gedung. Tampak Pak Bagas yang keluar membawa gulungan kertas dan Diki yang membawa beberapa barang, mereka menuruni tangga dan tampak penghuni baru yang mengisi kamarMr Derrick, Sandy juga belum sempat berkenalan dengan penghuni baru tersebut.
Setelah itu dilihatnya lantai dua. Tunggu sebentar, Sandy tidak berhalusinasi kan? Bukankah itu kamar Tamara? Kenapa lampu depannya menyala? Sandy tidak lupa mematikan lampu kamarnya kan?
Sandy sudah tidak memerdulikan untuk mengawasi sekitar, ia berlari dengan cepat menuju depan kamar Tamara, dengan tergesa-gesa Sandy membuka kunci kamar Tamara yang memang masih ia pegang.
Jantungnya berdetak dengan sangat kencang hingga ia bisa mendengar detakan jantungnya sendiri. Perutnya melilit menabak-nebak apakah benar Tamara kembali ke apartemen ini?
Saat pintu terbuka seluruh lampu kamar menyala dan berdirilah wanita yang ia rindukan hanya memakai handuk kecil melilit di tubuhnya dan handuk melilit di atas kepalanya. Mata Tamara melebar melihat Sandy yang berdiri terpana melihat dirinya.
"Tam..." Sandy mengatakan hal itu dengan nada bergetar. Tamara mempererat ikatan handuknya dan tanpa berpikir panjang Sandy menghampiri Tamara lalu memeluk erat tubuhnya.
"Astaga Tam... aku kangen banget sama kamu... kamu kemana aja sayang? Kamu kemana?" Sandy tak ingin melepaskan wanita ini lagi, Sandy takkan ingin melepaskannya, Sandy ingin Tamara berada di pelukannya selama-lamanya.
***
"Bang Sandy kok ngilang?" Sammy baru mneyadari bahwa kakaknya sudah tidak berdiri lagi di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...