Crazy Decisions (Sandy&Sammy 102) 01

8.1K 295 23
                                    

Sandy sebetulnya tahu bahwa resleting rok dari dosen dasar-dasar filsafatnya itu sedari tadi terbuka. Namun, ia tidak mau dianggap tidak seru oleh teman seangkatannya karena tidak ikut andil dalam mengerjai dosen muda ini, Tamara Lim. 

Mulut nya sudah gatal ingin berteriak pada dosen polos tersebut untuk menaikkan resleting roknya agar celana dalam berwarna merahnya tidak jadi tontonan mahasiswa satu kelas.

 Ketika salah satu anak menyebalkan di kelasnya Joshua Tan ingin mengabadikan momen ini di instastory miliknya, Sandy berjalan menuju depan kelas lalu berdiri tepat di belakang dosen tersebut yang sedang menuliskan persoalan dalam dimensi aksiologis di papan tulis. 

Sepertinya dosen yang bertubuh mungil itu menyadari keberadaan Sandy yang tiba-tiba berdiri tepat di belakangnya.

"Sandy Almanar kamu ngapain? kembali ke kursi kamu," Dosennya menatap tingkah Sandy dengan heran dan tampak sedikit kejengkelan di wajah dosen tersebut.

"Saya punya minus parah banget bu, saya nggak bisa liat tulisan ibu kalo bukan dari jarak deket," Sandy tersenyum se-meyakinkan mungkin agar Joshua tidak berhasil merekam celana dalam merah dosennya ini. 

Seluruh kelas tertawa melihat sikap Sandy. Dosennya mendesah pelan lalu menekan kedua tangan di pinggangnya.

"Tulisan saya terlalu kecil buat kalian?" Tanya Dosennya ke seluruh penjuru kelas. Hampir dari mereka semua menjawab tidak. Kini Dosennya menatap Sandy dengan tatapan kesal dan lelah.

"Sandy Almanar, kamu tahu hari ini ada berapa kelas yang saya ajar?" Sandy menggeleng.

"lima kelas, dan saya lelah kalau harus meladeni mahasiswa baru iseng seperti kamu, kembali ke kursi mu, dan fokus kepada pelajaran yang saya berikan," Ketika Dosennya berbalik arah lagi untuk melanjutkan tulisannya di papan tulis, Sandy dapat melihat beberapa mahasiswa kurang ajar yang siap-siap mau menyalakan ponsel mereka untuk memasukkan momen ini ke instastory mereka. 

Tanpa berpikir panjang Sandy menarik resleting dosennya sampai atas dan membuat dosennya terkejut dan menoleh ke arah Sandy dengan tatapan jengkel seperti akan marah tetapi Sandy berbisik pelan ke arahnya ,"Sudah hampir 20 menit celana dalem merah Ibu jadi tontonan sekelas, makanya saya berdiri di belakang Ibu supaya nggak jadi viral di Instagram." 

Sandy duduk kembali ke bangkunya dan merasakan tangannya bergetar karena tidak percaya apa yang sudah ia perbuat tadi. Ia memegang resleting rok dosen tercantik di kampusnya dan berbisik padanya tepat di telinga dan menghirup aroma vanila dari tubuh dosen tersebut.

Apa yang gue pikirin anjerr?? Tanya nya dalam hati sambil menahan diri agar bagian bawahnya tidak terbangun dan tidak bersikap menjadi lelaki brengsek seperti Joshua Tan.

***

Sepulang Sammy dari kampus dia langsung berjalan menuju ruang housekeeping. Dada nya berdentum dengan keras, ia mengingat kejadian semalam ketika melihat sekotak penuh kondom keluar dari tas besar yang di tenteng Freya.

 Sebetulnya tanpa perlu Freya menjawab apa yang ia kerjakan tiap malam Sammy tahu jawabannya, hanya saja ia tak sanggup mendengarnya langsung dari mulut Freya. 

Ketika ia akan mengetuk pintu kamar Housekeeping, Freya keluar dari kamar tersebut dan berhadapan langsung dengan Sammy. 

Jujur, Sammy masih belum siap langsung berhadapan dengan perempuan ini. Ketika Sammy akan mengatakan sesuatu Freya menahan mulut Sammy menggunakan tangan dan mendorong Sammy menjauh dari kamar Housekeeping

"Jangan sekali-kali lo bahas kejadian semalem di depan Nyokap gue!" Nada yang keluar dari mulut Freya sangat mengancam. 

Sammy mengangguk tanpa memprotesnya, dan menelan ludahnya sendiri karena cukup takut dengan sikap Freya, padahal umur Freya jauh lebih muda dari umurnya.

"Bagus kalo lo paham," Freya berjalan menjauh dari Sammy namun Sammy masih berdiri kaku di depan kamar Housekeeping. 

Freya menghampiri Sammy dan menyenggol pundaknya.

"Nggak pergi lo Kak?" Ditatapnya mata Freya yang memakai kontak lensa berwarna abu-abu dan rambut bob pendek hitamnya membuat tulang selangka di sekitar leher Freya menonjol keluar. Sammy berpikir Freya betul-betul sosok yang cantik dan sempurna. 

Sammy meringis membayangkan Freya harus bekerja seperti itu untuk hidupnya. Sammy menekan pundak Freya dengan kedua tangannya lalu menatap lurus-lurus mata bulat Freya.

"Fre, lo bisa lebih baik dari ini," Mata bulat Freya melebar lalu raut wajahnya tampak terluka

"Gue nggak punya pilihan,"

"Lo sangat punya pilihan, dengan berhenti melakukan hal seperti ini dan hidup kayak anak SMA pada umumnya," Freya menghempas tangan Sammy lalu berjalan menjauh, tetapi Freya kembali lagi berjalan menuju arah Sammy yang masih berdiri di tempat yang sama

"Nggak semua hidup orang di dunia ini semanis hidup lo Kak, punya kedua orang tua yang bisa biayain apartemen bagus kaya gini dan bayar kuliah di kampus swasta terbaik tanpa lo harus pusing mikirin biaya pengeluaran yang harus lo keluarkan tiap bulannya," Mata Freya tampak memerah seperti akan menangis. 

Hati Sammy terasa pedih mengetahui apa yang sudah ia katakan ke Freya membuatnya bersedih. Sammy tidak bermaksud untuk membuat Freya menangis, ia hanya bersikap peduli pada perempuan ini.

"Pernah nggak Kak lo hampir nggak punya uang makan dan akhirnya lo ngais makanan di sekitar tempat sampah?" Tanya Freya kepada Sammy. 

Sammy meringis mendengar pertanyaan Freya. Ia menggeleng pelan dan masih menatap wajah cantik Freya yang hampir menangis.

"Gue ngalamin hal itu sama Mami hampir satu bulan, can you imagine how? Betapa gue nggak punya pilihan selain melakukan hal ini agar gue yakin Nyokap gue bisa ngunyah makanan yang bukan dari tempat sampah, dan bokap gue masih bisa bernafas di rumah sakit tanpa harus diancam dikeluarkan dari rumah sakit karena nggak bisa bayar biaya rumah sakit?" Kini air mata mengalir dari kedua mata cantik Freya. 

Sammy ingin menghapusnya namun Freya menangkis tangan Sammy.

"Jangan sok peduli lagi sama hidup gue, urusin aja hidup lo sendiri dan jauh-jauh dari urusan gue okay?" Sammy menatap tubuh mungil Freya yang berjalan menjauh darinya lalu sebuah ide terbesit di kepalanya sebuah ide yang betul-betul gila. 

"Berapa biaya lo?" Freya menoleh dengan pelan ke arah Sammy, terkejut dengan pernyataan Sammy yang tiba-tiba.

"Berapa biaya lo semalam?" Tanya Sammy sekali lagi. Freya berjalan mendekat ke arah Sammy dan mendesah pelan.

"dua setengah juta per-jam no nego" Freya menjawab pertanyaan Sammy tanpa jeda.

"Gue sewa lo semaleman," Sammy ingin merutuki keputusan gilanya ini.

 Ia tidak berpikir panjang sebelum kata-kata ini meluncur.

"Bang Sandy hari ini nggak balik ke apartemen, dia nemenin Bunda jaga Oma di rumah sakit, lo gue sewa semaleman dan jangan pergi kemana-mana," Freya menatap Sammy dengan tatapan tidak percaya namun Freya tanpa hitungan detik merubah sikapnya seperti menjadi orang lain. 

Ia tersenyum lembut kepada Sammy dan menatap Sammy dengan tatapan menggoda lalu menekan tubuh Freya ke tubuh Sammy sampai dada Freya menekan keras dada bidang Sammy. Gerakan tersebut membuat Sammy berjengit.

"Full Service deal," Freya menggandeng lengan Sammy dan Sammy menuntun Freya menuju kamarnya.

Shit shit shit shit, apa yang gue pikirin anying, gue ngapain coba, gue ngapaain? Lo ngapain Sammy? Pikirnya dalam hati sambil merutuki dirinya sendiri.

"Cash atau Kredit?" Karena pertanyaan Sammy membuat Freya tertawa geli.

"Service Fairy belom secanggih itu Master, Cash please," Master? Fairy? Pikir Sammy dalam hati.

 Oh, apakah itu nama Freya ketika ia memberikan service kepada pelanggannya dan apakah Master nama panggilan untuk pelanggannya agar ia tidak perlu repot-repot memanggil nama pelanggan yang setiap malam selalu bergantian? 

Sepertinya Freya mengetahui kebingungan yang terlintas di benak Sammy

"Panggil gue Fairy selama lo make service gue," Sammy mengangguk paham lalu membuka kamar pintu apartemennya dengan gugup. 

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang