Kamar 102 ( Sandy dan Sammy) 00

33K 585 10
                                    

"Woi... woi... woi nyerobot ae lu bisanya..."

"Dih, siapa yang nyerobot! Tadi emang bola gua duluan! Yang sopan ama yang tua!"

"Sok lu cuman tua 1 menit ae udah sombong!"

DING DONG!

"Pause! Pause! Jangan curang lu yak bang..." Dengan enggan Sammy Almanar berdiri meninggalkan game konsol nya dan berjalan menuju pintu kamar apartemennya. 

Ia intip siapa tamu nya di balik lubang kecil yang terdapat di pintu. Tampak Bu Lestari pemilik apartemen ini. Sammy menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan heran kenapa Bu Lestari mengunjungi apartemennya padahal ia sudah membayar sewa untuk 3 bulan kedepan. Ia memutar kenop pintu dengan pelan lalu tampak Bu Lestari yang tersenyum datar ke arahnya lalu Sammy mempersilahkan Bu Lestari masuk. 

Sandy Almanar kakak laki-laki Sammy yang hanya berjarak 1 menit, ia memandang adiknya dengan bingung ketika tampak Bu Lestari yang mulai mengelilingi seluruh ruangan di apartemen dan mengecek setiap sudut ruangan dengan cermat.

"Lain kali sampah jangan ditumpuk, langsung buang, kalau menumpuk seperti ini akan mengundang berbagai hama dan serangga yang sangat saya benci, kecoa, tikus dan kawan-kawannya," Mereka berdua menanggapi Bu Lestari dengan anggukan pelan. Sandy menghampiri adiknya lalu menyikut pinggangnya, ia menayakan Sammy kenapa Bu Lestari kemari dengan gerakan bibirnya. 

Sammy hanya membalas dengan mengangkat kedua pundaknya dan menggelengkan kepalanya.

"Hem, maaf bu kalau boleh tahu kenapa Ibu kesini ya?" Bu Lestari menoleh ke arah Sandy lalu menurunkan sedikit kacamata nya dan menatap Sandy dengan tatapan bosan.

"Saya setiap sebulan sekali biasanya mengecek setiap kamar penghuni yang menyewa disini, bulan ini giliran cabang yang disini, saya biasanya random ngeceknya, siap-siap aja ya..." Sandy dan Sammy lagi-lagi mengangguk berbarengan. Mereka baru tinggal di apartemen ini selama 4 bulan. Mereka masih belum mengetahui kalau Bu Lestari rutin mengecek setiap kamar penghuni nya dan memperingatkan mengenai pemeliharaan kamar yang ia sewakan. 

 Mereka berdua adalah mahasiswa yang tahun pertama yang kuliah tidak jauh dari apartemen ini. Sammy mengambil jurusan Bisnis dan Sandy mengambil jurusan Jurnalis. Ketika Bu Lestari tampak sudah selesai dengan urusannya, Sammy dan Sandy mengantar Bu Lestari menuju pintu depan kamar apartemen mereka. 

Seketika Bu Lestari menghentikan langkahnya dan memandang ke arah sebuah majalah yang bersampulkan wanita yang hanya menahan bagian dada dan daerah intimnya menggunakan kedua tangannya. Mata Sandy dan Sammy melebar ketiak mengetahui kemana arah pandangan Bu Lestari tertuju. 

Buru-buru Sammy menendang majalah tersebut dan membuat majalah tersebut menghilang di bawah sofa mereka. Setelah itu mereka berdua tertawa kikuk seperti tertangkap telah mencuri sesuatu. Bu Lestari hanya bisa menggeleng dan tidak mempedulikan saudara kembar yang sedang terkena serangan panik karena ketahuan oleh sang pemilik gedung bahwa hobi mereka membaca majalah dewasa, padahal umur kedua nya masih berada di bawah 20 tahun, mereka baru 19 tahun.

 Saat Bu Lestari sudah keluar dari apartemen mereka berdua, mereka melompat-lompat seperti orang gila dan merangkak untuk mencari kemana majalah yang tadi ditendang oleh Sammy.

"woaaah.. gila sih gilaa siih... Bu Lestari kayak Bunda, bener-bener serem,"

"Najis najis anjirr.... gua merinding anjrit! " Sandy memeluk dirinya sendiri dan mengusap-usap kedua lengannya. Ia bisa merasakan sekujur tubuhnya berjengit ngeri ketika Majalah dewasa tersebut terletak diatas meja kecil dan terlihat oleh Bu Lestari.

"Ah, lu sih bang naro nya disitu,"

"Ya mana gua tau ya kalo Bu Lestari bakalan kesini..." Sammy berhasil mengambil majalah tersebut dari bawah sofa lalu meletakkan majalah itu di laci kecil di bawah TV.

"Jangan bilang lu coli di sofa..." Sammy me mimikkan wajah jijik ketika memandang sofa, karena ia membayangkan adegan menjijikkan Sandy ketika memandang foto di majalah tersebut dan membuat nikmat dirinya sendiri.

"Ngarang ae lu! Gua cuman liat-liat, lagian nggak puas kalo cuman gambar, gua butuh yang gerak-gerak..." Sammy bertingkah seperti orang muntah lalu memukul belakang kepala Sandy. Sandy merintih kesakitan lalu membalas tindakan yang sama pada adiknya.

Tidak berhenti sampai disitu saja, mereka berdua melanjutkan perkelahian konyol mereka dengan melempar berbagai benda di sekitar mereka lalu berguling-guling di lantai sampai mereka kelelahan.

"Kampret, ampe lupa kan kita lagi tanding PES!" Sandy berdiri lalu mengambil game konsol nya, Sammy melakukan hal yang sama lalu mendorong bahu kakaknya.

"Awas lu ya curang kayak kemaren... kalo lo kalah traktir gua McD"

"Nggak ngaruh dek gua traktir lo, lagian duit lo kan duit gua juga, Bunda cuman ngasih satu rekening..."

"Njrit, iya..."

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang