Soon To Be Yours (Tamara 202) 08

3.2K 247 12
                                    

Setelah kembali ke Indonesia Tamara disibukkan oleh kehadiran Sandy di hidupnya. Tamara juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari Universitas Matraman Jaya milik Wicaksono Group,keputusan ini sebetulnya tidak diputuskan secara sepihak. Keputusan ini diambil dari diskusi keluarganya, Sandy dan adik kembarnya, sertaMr Derrick rekan kerja lamanya.

Sandy dan Tamara memutuskan untuk official dengan hubungan mereka.

Tamara kini menjadi pengajar di salah satu universitas swasta yang memiliki afiliasi dengan universitas di Amerika, kampus alumninya dulu.

Walaupun ia belum memulai pekerjaannya karena semester baru masih belum dimulai, dia memang harus tetap ke kampus untuk pengenalan sebagai dosen baru disitu.

Seperti biasa setiap hari Sandy akan mengantar dan menjemputnya. Walaupun libur semester Sandy juga disibukkan dengan pekerjaan di kantor Ayahnya.

Sandy juga memutuskan untuk lebih serius dengan pekerjaan yang akan ia tangani ke depan, yaitu menjadi penerus Ayahnya.

Tamara sebetulnya tidak terlalu menyukai ide mengenai Sandy yang terlihat seperti terpaksa dalam mengambil keputusan ini, karena Tamara tahu Sandy menyukai dunia perfilman dan fotografi. Namun, dia terpaksa harus mengambil jurusan manajemen untuk keperluan menjadi penerus di perusahaan Ayahnya.

Tamara ingat percakapan mereka beberapa malam lalu ketika lagi-lagi Sandy menempel seperti bakteri di tubuh Tamara.

"Ini murni keputusanku, Tam... aku mau kita serius dan nikah, makanya aku ambil kesempatan untuk belajar di kantor Ayah, aku bisa punya penghasilan sendiri dan kita bisa beli rumah," 

Tamara sebetulnya tidak mau membebani Sandy, apalagi usianya masih muda dan masih harus berkembang. Tamara menangkup wajah Sandy ketika mereka saling merebahkan diri di tempat tidur kemudian mengecup lembut bibirnya.

"Aku sayang banget sama kamu, tapi... aku nggak mau kamu terpaksa nikah karena umur aku udah tiga puluh tahun Sand, kamu masih di awal dua puluh tahun, kamu masih bisa eksplor bakat dan minat kamu, aku nggak mau setelah kita nikah kamu akan menyesali keputusan ini semua," 

Sandy menatap mata Tamara dengan tatapan tajam kemudian memeluk erat tubuhnya hingga wajah Tamara menempel di dada Sandy. Rasanya begitu aman dan nyaman, begitu pas dan sempurna.

"Aku nggak menyesal mengambil keputusan semuda ini, aku nggak pernah menyesal jatuh cinta sama kamu, dan akan menikah sama kamu, yang membuat aku menyesal kalau semua ini nggak aku putuskan dari awal," 

Kemudian Sandy meregangkan pelukannya dan mengecup kening Tamara dengan lembut hingga Tamara merasa meleleh di dalam pelukan Sandy.

"Aku nggak pernah menyesal untuk punya kamu Tam, menikahlah denganku, aku jamin tidak pernah ada kata menyesal dari mulutku, aku akan menyesal kalau kamu nggak akan ada di masa depanku nanti," 

Entah kenapa rasanya ini begitu cepat namun Tamara juga tak ingin melepaskan Sandy begitu saja. Tamara ingin semua ini nyata dan ingin semua ini terlaksana.

"Apa jawaban kamu Tam?" Tamara tidak bisa membendung tangisan bahagianya maka tanpa kata-kata Tamara membenamkan bibirnya ke bibir Sandy dan bergumam ,"Ya, aku mau menikah sama kamu,"

***

Tamara berkali-kali mengecek make up nya kemudian pakaiannya dan lain sebagainya. Disampingnya ada adiknya Andrew dan Ayahnya serta adik bungsunya Bitha. Kini mereka berada di rumah keluarga Wicaksono yang berada di Tebet.

Rumah ini begitu besar dan begitu mewah. Sepertinya rumah ini sudah dibangun sebelum ada bangunan lain di sampingnya. Pasalnya, rumah-rumah disamping mereka tidak sebesar rumah ini. Apalagi pagar rumah ini begitu tinggi dan halaman rumahnya begitu luas, mungkin untuk menampung acara organ tunggal satu kampung yang berada di belakang Apartment 88 sangatlah cukup.

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang