Freya melipat kedua tangannya di dada kemudian melipat kakinya dan Freya menatap pacarnya, Sammy dengan tatapan datar.
"Mau kamu aku harus bagaimana?" Pacarnya Sandy menghela nafas panjang kemudian berusaha menggapai tangan Freya namun Freya sedikit menangkisnya.
"Fre..."
"Apa? Jelasin dulu mau kamu aku harus gimana Kak? Aku kasih tauin kamu kalau aku nggak mau nikah dulu, kamu ngambek, terus aku mau ngabarin kamu entaran aja kalau aku dapet beasiswa kamu ngambek, jadi aku harus bagaimana?"
"Aku maunya kamu cerita dari awal semuanya sama aku, terus sebelum kamu pergi aku maunya kita pasti Fre..."
"Pasti? Kurang pasti apalagi sih Kak?" Freya membenarkan duduknya kemudian mendekatkan dirinya ke meja agar dapat lebih jelas berbicara ke arah pacarnya.
"Gini nih ya Kak... Kak Sandy sama aku udah jelas-jelas saling suka... kita sama-sama akuin kalo kita tuh—" Freya sedikit berat ingin mengatakan hal ini namun ia harus mengatakannya agar lebih memperjelas ,"—cinta... kita sama-sama cinta. Apalagi yang harus diperjelas?" Freya melihat pacarnya seperti menahan senyumnya namun wajahnya berubah serius kembali.
"Kamu bakalan pergi jauh Freya, kita nggak bakalan tahu apa yang terjadi di depan," Freya mendengus kesal kemudian melipat kedua tangannya lagi di dada.
"Jadi, Kak Sammy ragu sama rasa cinta dan sukaku sama Kakak? Ragu? Makanya jadi uring-uringan gini?" Pacarnya menggeleng.
"Bukan ragu sayangku... bukan... aku butuh pegangan yang kuat dari sekedar sayang, suka sama cinta!"
"Apa itu? Apa lagi selain ketiga hal itu Kak?! Nggak cukup apa kita saling sayang aja? Nggak cukup apa kita saling suka dan cinta? Nggak cukup?"
"Nggak Freya-ku sayang... nggak..."
"Terus apa?"
"Kita butuh satu hal lagi yang paling krusial, sayang..."
"Bisa kasih tahu aku itu apa? Karena aku kayak so clueless abis gitu, sama kamu yang uring-uringan semenjak kamu tahu aku bakalan ke UK!"
"Komitmen, Freya! Kita butuh komitmen!"
"Oh..."
"Itu hal terkrusial di dalam hubungan dari dua orang yang saling menyayangi, menyukai dan mencintai," Pacarnya Sammy menggapai tangan Freya kemudian ia mengecup punggung tangan Freya.
"I love you more than anything Freya-ku sayang... ini bukan bullshit-bullshit-an... bukan... aku beneran ngomong gini karena aku nggak mau kehilangan kamu apalagi jauh dari kamu, okay?Istilahnya anak jaman sekarang apa tuh? Bu-cin? Itu deh. Aku bu-cin abis sama kamu—is that sounded weird to you?"
Freya yang tadinya ingin melanjutkan kekesalannya karena kesal dengan sikap pacarnya beberapa minggu terakhir ini menjadi luluh lagi. Apalagi dengan kata-kata randomBu-cinyang diucapkan pacarnya itu. Astaga, apa-apaan sih pacarnya itu? Gemar sekali membuat pernyataan randomdan membuat Freya sulit marah lagi padanya.
"Super duper weird... dasar weirdo!" Freya tidak bisa menahan lagi senyum dan tawanya.
Memang, kalau bukan karena Sammy Almanar yang aneh dan suka random, pasti Freya takkan bisa mencintai dan menyayangi selain manusia super tampan dan aneh di hadapannya ini.
"Jadi... kita baikan nih?" Tanya pacarnya masih menggenggam tangan Freya diatas meja dan mengelus punggung tangannya.
"Dih, emang sejak kapan kita berantem?"
"Tuh kan... kemaren-kemaren apaan coba?"
"Lah, kan kamu duluan yang ngajak berantem gara-gara kamu tahu aku dapet beasiswa dari si Diki, terus pake ngamuk-ngamuk segala... pake ngelamar aku di depan Mami... siapa duluan coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
De Todo21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...