The Lecturer Hugs Me and The Student Cooks for Me (Sandy&Sammy 102) 03

4.8K 222 13
                                    

Sandy terkejut mendapati dirinya memeluk tubuh dosennya itu di sofa rumah sakit. Setelah melihat sekeliling barulah Sandy ingat, selama dua hari dia menemani dosennya itu di rumah sakit karena Ayah dosennya itu terkena stroke.

Sandy berharap orang di kampusnya tidak ada yang curiga dengan absennya dia dan Bu Tamara di kampus. Sandy pedih sendiri melihat tubuh Bu Tamara yang kurus meringkuk di dadanya.

"Kokoh, cocok sama Cici," Sandy melirik ke arah sumber suara dan didapatinya seorang anak perempuan memakai pakaian merah putih sedang memakan es krim duduk di kursi kecil menghadap ke mereka.

"Aku Tabitha anak terakhir, kemaren ketemu sama Koh Andrew kan? Koh Andrew anak kedua, dia hampir ngamuk loh liat Koh Sandy meluk Cici kayak gitu,"

"Oh, hai Tabitha,"

"Panggil aja aku Bitha," Sandy hanya bisa mengangguk-angguk pelan dan tak bisa bergerak. Sandy melirik ke arah tempat tidur pasien dan tidak ada Ayah Bu Tamara disana.

"Dimana Om Eddie?" Tanya Sandy kepada Bitha yang masih memakan es krimnya. Bitha melirik ke arah tempat tidur lalu menoleh lagi ke Sandy.

"Oh, kata suster dibawa ke ruang terapi, Kokoh mau es krim?" Sandy menggeleng pelan dan meminta Bitha mengecilkan sedikit suaranya.

"Panggil aja Kak Sandy ya Bitha,"

"Oke, Kak Sandy," Pintu rumah sakit terbuka lalu tampaklah Andrew adik Bu Tamara yang umurnya tampak jauh diatas Sandy.

"Masih betah aja lo grepe-grepe Cici gua," Sandy hanya tersenyum datar dan meminta Andrew untuk mengecilkan suaranya.

Sandy ingat semalam Bu Tamara hampir tidak bisa tertidur karena sibuk mengurusi Ayahnya. Berkali-kali Sandy meminta dosennya itu untuk istirahat dan menyerahkan segalanya kepada suster, namun dosennya itu menolak.

Sandy juga tidak tega meninggalkan dosennya tersebut.

Wajahnya pucat dan tak berwarna. Walaupun masih sangat cantik, secantik putri salju.

Dua hari ini dosennya bukan seperti dirinya, begitu rapuh hingga Sandy hampir tidak percaya bahwa yang ia lihat selama dua hari ini adalah dosennya Bu Tamara.

"Pelanin dikit please, Cici lo semalem nggak tidur," Kata Sandy sambil berbisik.

"Trus kesempatan lo gitu meluk-meluk dia?" Seberapa inginnya ia memeluk dosennya di dalam tidurnya dan memimpikan hal tersebut selama beberapa hari terakhir setelah menginap di apartemen dosennya itu, Sandy takkan mau memeluk dosennya itu tanpa persetujuan dosennya sendiri, dia masih laki-laki yang bermatabat.

"Bisa nggak sih, nggak bikin gue jadi kayak tukang cabul disini? Semalem Cici lo ketiduran, gue juga nggak tahu kalo bakalan kayak gini dan please ini canggung abis, kalian berdua liatin gue kayak tontonan film biru,"

"Apa tu kak Sandy film biru?" Sandy lupa kalau ada anak SD disini.

"Latarnya biru kayak laut pokoknya Bitha," Untung saja Bitha langsung percaya kata-katanya.

Sandy melihat lagi rambut panjang hitam dosennya itu yang menutupi hampir sebagian wajah cantik dosennya tersebut.

Lengan dosennya melingkar di pinggangnya, serta wajah dosennya membenam di dadanya. Kaki dosennya mengikat di kaki Sandy. Bisa dibilang memang pose ini sangatlah intim. Sandy merasa malu dan merona dilihat seperti ini oleh kedua adik dosennya itu.

"Kokoh,berisik ih, biarin Cici bobok Koh," Andrew masih menatapnya dengan tatapan tajam, lain dengan Bitha menatap Sandy seperti seorang fans yang kagum pada idolanya.

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang