Diah tak habis pikir bagaimana bisa seluruh keluarganya mampu tersenyum seperti ini dikala keadaan asli mereka sebobrok rumah tua? Bahkan rumah tua saja masih ada pondasi yang memegang kokoh bangunan tersebut, sedangkan menurut Diah keluarganya sudah tidak lagi ada pondasi di dalamnya.
"Nggih, niki adek kulo Diah, nggriyonipun wonten Jakarta," Jawab Mas Projo kakak laki-laki pertama Diah kepada salah satu kerabat jauhnya.
Diah mempunyai empat kakak laki-laki. Yang pertama Projo Joyo Notonegoro, kedua Bagus Adiyangga Notonegoro, ketiga Djatmiko Djumanto Notonegoro, dan yang keempat Gentala Gilang Notonegoro.
Dari keempat kakak laki-lakinya Diah sebetulnya paling nyaman dengan kakak keempatnya Mas Gentala. Namun saat ini Mas Gentala masih melanjutkan studi pascasarjana nya di Belanda, dan tidak dapat pulang ke Jogja.
Hanya Diah saja yang tidak menjawab dan tersenyum kepada tamu-tamu undangan ini. Karena Diah kesal Marven tidak diperkenankan ikut ke dalam acara ini karena menurut ayahnya Marven terlalu bule untuk masuk ke acara sakral keraton.
Tak satupun dari kerabat Keraton tahu bahwa Diah sudah bukan gadis lagi, karena memang saat pernikahan Diah Ayahnya sengaja tidak mengumumkannya ke khalayak luar bahwa dia sudah menikah.
"Diah sudah punya calon atau belum? Tak kenalke sama anaknya temenku ya, setahuku masih kuliah, juga masih brondong, tapi yo ndak apa-apa to yo, nunggu selesai kuliah beberapa tahun lagi juga ndak masalah," Merek berdua terkikik tapi tak Diah hiraukan. Kedua kerabat jauhnya itu Bude Lasmi dan Bulik Endah. Mereka keluarga jauh dari pihak Ayahnya.
"Kayak Dek Kenanga itu kan nikahnya umurnya jauh lebih muda dari kamu, apalagi wajahmu mirip banget sama Ibu mu lho Diah," Ibunya bernama Diah Kenanga Sekar Wangi menikah muda dengan Ayahnya saat masih berusia belasan tahun. Diah risih dengan sikap orang-orang yang sok tahu pada hidupnya ini. Saat Diah akan menjawab, Mas Projo memotong perkataannya.
"Wah,Bulik sama Bude ini, tenang saja adik saya laris manis di Jakarta, kalau sudah resmi dan pasti dari pihak calonnya Diah tak kabari Bude sama Bulik tenang aja," laris manis emang lu kata gua gorengan mamang-mamang Mas? Kesal Diah di dalam hati.
Lagipula untuk apa menutup-nutupi kenyataan Diah telah menikah. Apalagi ia menikah dengan lelaki pilihannya dan lelaki yang ia cintai. Diah berdiri dari duduknya lalu Mas Projo menahan tangannya.
"Kemana dek?"
"Cari udara segar, capek juga kalau dikelilingi udara pekat disini Mas," Ayahnya mendengar perkataan Diah lalu menyuruh Diah mengikutinya ke ruang kosong yang berada di dekat tempat acara. Ibunya menggeleng dan menahan tongkat Ayahnya namun Ayahnya menampik pelan lalu mengisyaratkan menggunakan tongkat untuk mengikuti Ayahnya ke ruang kosong tersebut.
Saat Diah sudah berada di dalam ruangan Ayahnya melirik ke kanan dan ke kiri lalu menutup pintu agar tidak ada orang yang tahu bahwa ada mereka di dalam sini.
"Maumu tu opo to nduk?"
"Saya maunya bebas Pak, nggak berbohong sama banyak orang apalagi sodara sendiri, mau saya lepas dari keluarga cemara yang penuh kepura-puraan ini," Ayahnya menampar wajahnya dan Diah memang siap menghadapi hal ini. Diah sudah terbiasa dipukul seperti ini lalu menutupi bekas tamparan atau pukulan menggunakan make up.
"Jaga sikap kamu selama acara berlangsung, atau---"
"Atau apa Bapak? Saya udah nggak pake uang bapak, nggak punya kartu kredit bapak, saya hidup mandiri dan sudah nggak lagi butuh sokongan dari Bapak, ancaman apa lagi yang mau Bapak keluarkan dari mulut itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...