A Goodbye ( Cinta & Gita 201) 08

2.7K 194 3
                                    

Kematian Ibu dari Gita Jelita meninggalkan luka yang mendalam bagi seluruh keluarga mereka. Gita juga tak menyangka bahwa Ayahnya menangis hingga meraung-raung ketika ia ditelepon oleh pihak kepolisian ketika diberi kabar kalau mantan Istrinya telah meninggal.

Gita ingat di hari pemakaman, Ayahnya dikawal oleh polisi seperti seorang teroris ketika pemakaman berlanngsung. Ayahnya tidak ingin meninggalkan peti mati yang diletakkan di mimbar dan berkali-kali mengecup tangan Ibu dari Gita yang bersarung-kan tangan.

Gita bingung, bukankah pria itu sudah melupakan Ibunya? Hingga dia rela meninggalkan Ibunya kepada pria lain?

Seminggu setelah pemakaman berlalu, Gita berpamitan kepada band yang ia asuh, Purple Rain. Dihadapannya kini terdapat Cindy yang tidak berhenti menangis, padahal Gita sudah mengajaknya ke tempat makan favoritnya di daerah Blok M.

"Udah, ah gue yang malu nih diliatin orang!" Bukannya Cindy berhenti menangis kini tangisannya makin kencang hingga orang-orang yang berada di tenda makan tersebut menoleh ke arah mereka.

Glenn mengambil kesempatan dengan berusaha merangkul Cindy namun Garrit menepis karena di depan mereka juga ada Diki yang menatap Glenn dengan tatapan tajam.

"Gue cuman ke US,ntar gue juga balik lagi Cindy..." Kata Gita dengan lemah lembut namun hal itu tidak membuat tangisan Cindy reda.

"Sini sayang duduk aja samping aku," Kata Diki di samping Gita.

"Terus gue duduk dimana?"

"Lu, duduk di samping dua kecoa itu kak," Yang dimaksudkan Diki dengan dua kecoa adalah Glenn dan Garrit, Gita tertawa.

"Nggak ah, gue duduk disini aja biar bisa berhadapan dengan tiga orang yang gue sayang ini," Kata Gita kepada Diki sambil menatap ketiga anggota band Purple Rain.

"Gue ke US buat mengambil kesempatan sekolah musik disana, lebih memperdalam lagi manajemen musik gue, ntar kalau gue balik lagi kesini, kan gue bisa memperbaiki sistem manajemen gue yang jelek, so...jangan sedih-sedih ah!"

"Maksud lo, lo bakalan tetep jadi manajer kita?" Tanya Garrit dan Gita mengangguk.

"Iya, kan udah gue bilang, gue cuman sekolah... gue bakalan balik walaupun nggak tahu kapan..." Namun pernyataan Gita barusan membuat anggota band Purple Rain berwajah muram.

"Loh... loh... kok jadi sedih semua?"

"Ya, lu bilangnya nggak tahu kapan sih kak..."

"Soalnya selain sekolah gue juga bakalan cari magang disana, memang usia gue udah nggak muda lagi tapi gue mau cari yang baru, yang menantang setelah sukses semuanya gue akan membawa Purple Rain jadi band nomor satu di Indonesia kalau bisa di dunia, sekarang gue serahin kalian ke Mas Yogi,my dearest friend...dia paham masalah ginian, jadi kalian nggak usah khawatir oke?" 

Mereka semua mengangguk kemudian mereka bertiga menghampiri Gita dan memeluknya. Gita sebetulnya juga sulit membendung air matanya karena harus meninggalkan anak-anak ini. Mereka bertiga sudah seperti keluarga kedua bagi Gita dan seperti anak-anak kandung Gita sendiri. Gita harap mereka menggapai apa yang mereka impikan di masa depan.

Setelah perpisahan yang sedikit mengharu biru itu Gita kembali ke Apartment 88 untuk melanjutkan packing yang sedari kemarin belum selesai-selesai. Saat sampai disana Gita menjatuhkan kunci apartemen ke lantai karena terkejut dengan apa yang ia lihat di depannya, Cinta Rizkia duduk di meja makan dengan mata merah dan wajah sembab. Cinta berlari ke arah Gita kemudian memeluk tubuh Gita. Bukannya Gita mendorongnya menjauh melainkan mengeratkan pelukannya.

Gita seharusnya membencinya dan menyalahkan atas segala sesuatunya kepada Cinta namun Gita terlalu rindu padanya hingga ia membalas pelukannya.

***

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang