Ponsel mira berdering dan menampilkan foto Ibunya yang berada di Surabaya, Mira tersenyum dan hatinya menghangat. Betapa rindunya dia dengan Ibunya itu.
"Halo Bu,"
"Ah, Nduk ... Ibu udah di stasiun gambir sama adekmu, jemput Ibu ya... Ibu mau nginep di kosan kamu," Seluruh darah Mira serasa menghilang, keringat dingin bercucuran dan jantungnya berdebar dua kali lipat lebih cepat. Mira panik tidak sanggup menjawab apa-apa. Apa yang harus Mira lakukan? Bisa berabe kalau sampai ketahuan Ibunya bahwa Mira tinggal berdua dengan pacarnya.
"Halo? Nduk?"
"Y-y-ya Bu?"
"Jemput Ibu ya Nduk, Ibu tunggu deket Mekdi, Ibu takut kalo harus naik grab-graban itu atau taksi-taksian, bawaan Ibu banyak sekalian bawain emping udang sama sambel petis senenganmu,"
"I-i-iya Mira jemput Ibu, tunggu Mira sekitar empat puluh menit kalo nggak macet kalo macet ya sejaman lah Bu,"
"Ho-oh tak tunggu wae wis, ndakapa-apa Ibu udah kangen sama genduk'eIbu," Mira mematikan ponselnya lalu bergegas mengambil mobil milik Dimas.
Ah, Shit! Pikirnya.
Ini kan mobil Dimas bukan mobilnya. Mira tidak punya mobil. Mira juga tinggal di apartment 88 juga menumpang Dimas dan hanya membayar tidak sampai separuh uang sewanya.
Mira mengambil lagi ponselnya dan menekan angka satu di ponselnya dan tersambung ke nomor kekasihnya Dimas Evander.
"Halo Babe?"
"Sayang, Ibuku ke Jakarta, udah sampe di gambir dan minta jemput aku harus gimana?" Tanya Mira panik.
"Loh, Ibu kamu nggak ngabarin dulu?"
"Nggak,"
"Kok tumben?" Tanya Dimas dengan nada heran dari balik ponsel Mira.
"Entah, nggak tahu aku pusing nggak bisa mikir," Mira menggigiti kukunya dan meninggalkan bekas bergerigi dan bergelombang.
"Calm, Babe... calm...kita cari solusinya, kamu sekarang jemput aja Ibu pake mobilku, terus biarin Ibu nginep di tempat kita dan habis ini aku balik kantor beberes barang aku, dan aku bakalan nginep di hotel,"
"Kamu nggak apa-apa nginep di hotel?"
"I'm okay babe,"
"Sorry,Dim... sorry..."
"Sshh, kok malah minta maaf sama aku sih? Harusnya aku minta maaf sama Ibu kamu udah diem-diem tinggal sama anak gadis orang sebelum kupinang," Kelegaan membanjiri Mira, Mira dapat berpikir jernih sekarang.
"Yaudah deh aku jemput Ibu dulu ya kalo gitu, Thankssayang..."
"Iyah, love you..."
"Love you..." Mira mematikan ponsel nya dan bergegas menuju parkiran mobil.
***
Sesampainya Mira di stasiun terlihat Ibunya yang menenteng kardus bekas indomiedan kardus bekas aqua, yang Mira yakin isinya adalah oleh-oleh yang dibawa Ibunya dari Surabaya.
Mira ingin menangis rasanya akhirnya bertemu lagi dengan Ibunya setelah 6 bulan mereka tak bertemu. Mira tidak punya biaya lebih untuk kembali ke kampung halamannya dan bekerja keras mengirimi uang untuk biaya sekolah adiknya dan biaya hidup Ibunya. Mira merengkuh tubuh Ibunya dan kehangatan menjalari tubuhnya. Astaga, dia rindu aroma Ibunya dan kehangatan sentuhan Ibunya. Tak terasa air matanya mengalir deras dan Ibunya menghapus air mata yang mengalir di matanya dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Aléatoire21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...