What a Long Morning (Sang Pemilik) 05

3.9K 222 16
                                    

Lestari panik ketika ia membuka pintu di dapatinya sepupu yang ingin ia jauhi seumur hidupnya berdiri didepan kamar atap Apartment 88. Magdalena.

"Can I come in?" Lestari tidak bisa mengatakan tidak, karena siapa yang mengusir tamu di pagi hari ketika tamu tersebut sudah siap masuk ke dalam rumah?

Lestari sedikit merapikan rambutnya dan baju tidurnya. Astaga, dia baru saja bangun tidur, tentu saja nafasnya tidak enak, pasti wajahnya juga kacau mengingat dia lembur semalam karena mengurusi beberapa proyek disana dan disini.

"Hai, boleh peluk?" Lestari dan Magdalena berpelukan dengan sangat canggung lalu Magdalena memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Lestari. Magdalena seumuran dengan Lestari, tapi entah kenapa wajahnya lebih cantik dan lebih muda darinya. 

Bisa dikatakan dia lebih bahagia, namun Lestari kesal akan kenyataan wanita di depannya ini lebih menikmati hidup yang ia curi dari Lestari.

"So, how are you Lesie?"

"So far... so good..." Lestari merasa tidak nyaman dengan pakaian tidurnya dan menampakkan beberapa tato di paha kanannya yang ia buat bersama Darto saat mereka masih bersama. Tato tersebut bertuliskan Love You Fearlessly yang Lestari tunjukan untuk Darto waktu itu.

"Kamu ketemu Mas Darto ya? Kemarin Mas Darto baru cerita," Lestari hanya mengangguk pelan dan menekan-nekan jarinya.

"Les, aku... aku, bitch banget yah sama kamu?" 

"Kind of..."Jawab Lestari tanpa basa-basi. Tetapi Lestari tidak ingin melihat wajah awet muda Magdalena, karena itu mengingatkannya pada kata-kata Hariyono bahwa Magdalena beribu-ribu lebih baik dibandingkan dirinya.

"Maafin aku Les, maafin," Lestari baru berani melihat sepupunya itu dengan tatapan tajam.

"Udah nggak ada gunanya sekarang Magda, nggak guna, kamu mendapatkan apa yang kamu mau kan? Mas Darto? Kamu menikah sama dia, melahirkan anak yang cantik dan tampan, kamu berhasil merebut dia dari aku, apa yang harus kamu minta maaf dari aku? Nggak ada Magda, akuin aja kamu bangga ngelakuin hal itu ke aku," Kini Lestari lihat Magdalena menitikkan air matanya dan berlutut di depan Lestari lalu menekan-nekan lutut Lestari.

"Nggak Lesie, aku... aku selalu dihantui rasa bersalah, aku selalu dihantui rasa itu, hidupku nggak bahagia selama ini," 

"Well, you deserved it..." Lestari menyingkirkan tangan Magdalena dari lututnya dan membantu Magdalena berdiri.

"Aku akan cerai dengan Mas Darto, Lesie... aku nggak pernah bahagia sama dia, dia terlalu sibuk dengan perusahaannya, dia..."

"Punya wanita lain di luar sana?" Tanya Lestari pelan. Magdalena hanya mengangguk dan terisak lagi.

"Anakku Chrissya yang aku khawatirkan, aku nggak sanggup melakukan perceraian ini," Lestari tahu seharusnya dia menampar Magdalena atau mengusirnya dari apartemennya dan melakukan hal kejam lainnya. 

Namun, yang ia lihat dari Magdalena hanya iba, dia iba pada wanita ini. Magdalena tubuhnya bergetar dan wajahnya pucat seperti orang yang tidak tidur berhari-hari.

"Chrissya kenapa? Maaf aku nggak pernah cari tahu masalah keluarga kamu," Magdalena tersenyum, lalu Magdalena duduk lagi di kursinya.

"Chrissya anakku yang kedua, tertular Toksoplasma dari aku, saat hamil aku menularkan itu ke Chrissya tanpa aku sadari, dokter selama USG juga tidak melihat tanda-tanda ini, anak gadisku itu terkena Celebral Palsy, atau kelumpuhan otak, gerak motoriknya semakin melambat," Lestari memberikan sekotak tisu pada Magdalena dan Magdalena menerimanya lalu menghapus air matanya dan membersihkan ingusnya.

Apartment 88 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang