Jantung Mira berdegup dengan kencang ketika berdiri di depan pintu rumah kedua orang tua Dimas. Sebetulnya ini bukan pertama kalinya Mira ke rumah kedua orang tua nya, hanya saja ini pertama kalinya dia kesini dengan status yang berbeda.
Tunagan. Ya, Mira resmi menjadi tunagannya Dimas.
Pernikahan mereka akan diselenggarakan bulan depan, mengingat gedung yang akan mereka sewa untuk resepsi pernikahan sudahfull booked.Padahal kalau gedung itu tidak penuh, Mira juga mau menikah besok.
Sebetulnya tanpa di gedung-pun asalkan menikah dengan pria yang Mira cintai dan sayangi dia rela kok hanya menikah di halaman parkiran Apartment 88, namun Dimas mengatakan padanya bahwa ini pernikahan mereka sekali seumur hidup jadi harus dirayakan dan diselenggarakan dengan meriah, karena kata Dimas, Mira itu pantas mendapatkan yang istimewa.
Ah, mengingat kata-kata Dimas yang itu membuat Mira merona lagi.
Tampak seorang wanita bertubuh kecil dan bermata besar, yang Mira kenal, Ibu dari Dimas, Tante Netti.
"Tante Netti," Sapa Mira lalu Mira salim kepada Tante Netti dan Tante Netti memeluk Mira.
"Mira, apa kabar? Kamu makin... ehem... subur..." Mira hanya tersenyum datar, karena Mira tahu sebetulnya Tante Netti kurang menyetujui Mira untuk menjadi menantunya, karena yaah... badannya.
"Mommy! Please..." Kata Dimas menggeleng ke arah Ibunya.
"What? Mommy cuman saying the truth, right Mira? Kamu nggak merasa offended sama kata-kata Tante kan?" Sebetulnya Mira mau bilang 'iya tante aku tersinggung', tapi mana mungkin kan dia bilang seperti itu di hadapan calon mertuanya?
"Nggak kok Tante, sama sekali nggak," Jawab Mira pura-pura tenang dan tersenyum se-manis mungkin.
"Tuh, Mira aja nggak masalah, kamu doang yang suka ribut nggak jelas Dimas," Dimas menggeleng lagi lalu menuntun Mira masuk ke dalam.
Tampak seorang Pria bertubuh tinggi berparas setampan Dimas namun rambutnya putih dan memiliki banyak kerutan Mr Evander, itu julukan Mira untuk Ayahnya Dimas.
Mr Evander bernama lengkap Wallace Evander ini sudah tinggal hampir separuh hidupnya di Indonesia terutama di Bandung dan mmebantu beberapa petani di Lembang untuk mengembangkan perkebunan mereka menjadi layak jual dan layak tanam.
"Mira! Welcome home sweetheart!"Mira disambut hangat oleh Mr Evander dan Mr Evander memeluk Mira. Mr Evander menepuk-nepuk punggung Mira lalu menangkup wajahnya dan menciumnya di pipi kanan dan kiri.
Dulu, waktu awal Dimas mengajaknya kemari, Mira sempat terkejut karena dia tiba-tiba diperlakukan begini oleh Ayahnya Dimas, namun sekarang dia sudah terbiasa dengan salam dan sapa ala Mr Evander itu.
"Honey,ini belum menjadi rumah Mira, so don't talk to her like that," Kata Tante Netti dengan nada tajam ke arah suaminya. Mira merasa tidak enak setiap berada di hadapan Tante Netti, dia merasa tersingkirkan dan merasa tidak diterima dengan baik disini.
"Honey, this is soon to be her home, don't be so hard on her, come on..." Terdengar Dimas di samping Mira yang mendengus kesal lalu menarik tangan Mira menuju kamar tidur tamu. Saat mereka akan sampai disana tampak satu lagi sosok tampan yang sangat tampan, entahlah saking tampannya Mira sulit berkata apa-apa lagi.
Dia adalah kakak laki-laki Dimas, July Evander, umurnya sudah tiga puluh lima tahun dan setahu Mira dia sudah putus dari pacarnya yang tinggal di Jakarta dan menjadi seorang dosen disana.
"Eh, Mira... kok bobok disitu? Nggak bobok sama Kang July aja?" Yap, July sangat jauh berbeda dari Dimas, bisa dibilang Kak July ini hobi menggoda para wanita manapun, berukuran tubuh apapun, berwajah seperti apapun, dan umur berapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 88 [END]
Random21+ Rank #1 on #kisahkehidupan 22 Agustus 2018 Rank #2 on #read 13 September 2018 Rank #1 on #read 18 September 2018 Rank #1 on #read 18 oktober 2018 Rank #1 on #read 25 oktober 2018 Rank #5 on #kisah 03 november 2018 Lestari Primastuti, seorang bus...