UNA - Chapter 60 : Dansa yang Aneh

58 5 2
                                    

***

" Kalau lo tau, Na. Gue sebetulnya gak suka ketempat kayak ginian. "

Langkah gue langsung berhenti pas dia ngomong kayak gitu.

" Terus ngapain lo ngajak gue kesini kalau lo gak suka? " nada gue agak ninggi. Ya... soalnya gue kesel. Masa seenaknya dia ngomong gitu, gue udah ngorbanin waktu gue sampe mau didandanin kayak gini masa dia ngomongnya gitu.

" Ya... lo liat sendiri kan, bokap gue balik lagi dan baikan sama nyokap gue. "

Gue langsung diem, ya... gue ngerti dan gue cuma bisa ngangguk buat bilang kalo gue " ngerti ".

" Temenin gue yuk, kita dansa. "

" Ah... gue gak bisa dansa. Lagian tangan kanan gue kan gak bisa dipake. " jujur emang gak bisa.

" Udah ikutin aja. "

Tiba-tiba Erga langsung bawa gue ke tengah-tengah tamu yang lagi ikut dansa. Lagu Perfect dari Ed Sheeran mengalun indah mengikuti setiap gerakan para tamu yang berdansa. Tangan kiri gue dituntut keatas pundaknya, sedangkan kedua tangan dia ada di pinggang gue.

" Gue tau, ini adalah dansa yang paling aneh. Tapi seenggaknya kita dansa sekarang. " bisik Erga ditelinga kanan gue.

Ya, walaupun dansa gue sama dia aneh karna tangan gue yang patah jadi ya... mau gimana.

Tanpa gue sadari gue begitu menikmati alunan lagu Perfect yang mengikuti gerakan dansa aneh ini. Gue bahkan udah gak peduli bagaimana gue dan Erga sekarang, yang gue nikmati adalah lagu dan tatapan Erga yang begitu dalam ke gue. Gue tau dan sadar kalau gue gak nyaman ditatap sampe segitunya. Tapi entah apa yang gue tersihir, gue suka dia natap gue.

Lagu Perfect pun terhenti dan memecah keheningan yang nyaman dari telinga gue. Seketika semua tamu yang tadi dansa pun bertepuk tangan pada pembawa lagu yang dengan hebatnya membawakan lahu Perfect ini. Ya, benar-benar sesuai dengan lagunya, Perfect.

" Ya... dansa yang aneh. Tapi... lumayanlah. " kata gue ke dia setelah kita selesai dansa.

" Lumayan? Ohh... jadi lu ceritanya nikmatin nih? "

Wait, kok dia jadi ngegodain gue sih?

" Ya... ya bukan gitu-"

" Bukan gimana? Katanya aneh, tapi kok lumayan? Jadi yang mana nih? "

Sialan!

Gue reflek mukul dia pake tangan kiri gue. Sialan emang.

Mana dia ketawa doang lagi.

" Kita cari bokap sama nyokap gue dulu yuk. Gue pengen nanya sampe jam berapa disini, lo kan gak boleh malem-malem. " kata Erga sambil mengalungkan tangan kanan dia di pinggang gue sambil membawa gue menjauh dari lantai dansa.

Jujur, gue masih gak ngerti sama perasaan gue sendiri. Entah apa yang gue rasain sekarang, intinya gue nyaman ada dideket Erga.

Erga dan gue terus nyariin dimana keberadaan Om Tirtan dan Tante Ayu, pesta yang meriah membuat kita cukup kesulitan untuk mencari dimana keberadaan Om Tirtan dan Tante Ayu.

" Coba kita liat ke taman, mungkin bokap sama nyokap gue ke taman. "

Erga tanpa henti terus membawa gue kesetiap langkah yang dipijakinya. Tangannya juga tetap setia di pinggang gue, seakan dia menjaga diri gue dari keramaian. Langkah gue dan Erga berhenti di taman yang begitu ramai, semua orang tampak berbahagia. Tapi, gue rasa kebahagiaan mereka gak seperti ekspresi Erga yang sekarang gue liat. Tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi datar, gue bahkan bisa ngerasain tangan dia yang melingkar dipinggang gue berubah jadi agak bergetar. Matanya fokus pada satu hal yang bikin gue jadi ikut ngeliat kearah objek yang dia liat. Dan sialnya gue kaget sama apa yang gue liat.

UNA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang