Pagi-pagi sekali Olivia sudah menunggu di depan ruangan para Tactical Lead. Untuk apa? Mencari Leader teamnya tentu saja. Malam kemarin, dia tidak jadi ke mall untuk makan di kedai all you can eat. Tentu saja itu disebabkan 'hukuman' mendadak dari Lead Teamnya. Dan itu cukup membuatnya kesal setengah mati.
Kapan lagi bisa makan banyak dan gratis?
Yeah, betul! Kalau sedang kumpul bersama gengnya, Olivia nyaris tidak pernah membayar apapun untuk makanan yang diinginkannya. Dan gagalnya rencana mereka malam itu benar-benar membuat perutnya patah hati.
Olivia tidak akan tinggal diam kali ini. Dia selalu menjalani hukumannya tanpa mengeluh, tapi kali ini rasanya cukup kelewatan mengingat Pak Indra langsung memberikan peringatan padahal dia sama sekali tidak membuat kesalahan.
Pintu di depannya belum terbuka, dan rapat masih berjalan entah hingga kapan di dalam sana. Beberapa perwira lalu-lalang sambil menyapanya dan bertanya apa yang sedang dia lakukan. Dan dia hanya meresponnya dengan tersenyum canggung. Semoga saja mereka bisa membaca tulisan 'Don't gimme a shit and let me go!' pada wajahnya.
Lima belas menit kemudian—yang terasa bagai lima belas tahun—pintu terbuka dan para Leader keluar. Mereka menyapanya dan untung saja tidak bertanya yang macam-macam. Pak Indra muncul setelah Pak Suryo—yang memberikan kedipan manja sambil melewatinya. Olivia bergidik dan membaca istighfar dalam hati.
"Olivia, ngapain kamu? Nyari saya?"
"Ck. Bukan, nyari Pak Edi. Saya mau protes!" kata Olivia, menyebut Pak Edi sang Instruktur Pelatih Pesawat Baling-Baling.
"Bentar, saya cari Pak Edi dulu."
"Ih Pak Indra! Itu sarkas. Masa dewa sarkas gak paham sarkas." Olivia berseloroh. "Back to topic! Kenapa saya dihukum sih? Salah saya apa?"
Indra terlihat seperti meneliti keadaan disekitar lorong dan ruangan terdekat mereka. Olivia yang heran ikut memastikan juga dan suasana disekitar mereka cukup sepi. Jadi, kenapa?
"Oh itu." Indra berdeham. "Sebenarnya itu hanya gertakan."
Dahi Olivia berkerut. "Saya gak paham."
"Jadi gini. Kemarin Pak Suryo bilang kalau saya terlalu manjain anak-anak, terutama kamu. Dan dia mengoceh sepanjang hari, menasehati saya dan sebagainya. Nah, untuk membuatnya puas, saya menghukum kamu kemarin." Indra meringis. "Kebetulan sekali pas saya lewat kantin dan bareng sama beliau, kita berdua melihat kamu. Jadi dia menyuruh saya untuk cepat-cepat memberikan hukuman."
"Oh begitu." Matanya mengerjap. "Jadi, saya gak benar-benar dihukum kan, pak?"
"Tergantung. Kecuali kalau kamu mau saya hukum."
Terkurung di gudang mesin dan persenjataan untuk menghapal tiap bautnya? Tidak, terimakasih.
Olivia menggeleng kuat. "Big no! Oke, misunderstanding completed."
Indra tersenyum lebar. "Hari ini latihan G Straining Maneuvers, kan?"
Olivia mengangguk lalu teringat sesuatu, "Bapak harus minta maaf sama saya. Karena semalam saya gak jadi makan enak."
Indra menaikkan sebelah alisnya. "Ya maaf deh, ya. Saya ganti kerugian kamu, nanti saya traktir cuanki di depan."
Olivia yang sudah menyengir lebar mendengar kata 'traktir' langsung masam. "Masa cuanki sih? Gak sebanding sama hidangan yang gagal saya makan kemarin."
Indra bersedekap. "Gini deh. Saya akan traktir kamu Kepiting saus asam manis kalau kamu bisa melakukan maneuver sampai 7 G. Deal?"
Olivia terdiam. Terakhir dia mampu menahan G-Force sampai 6, tapi nyawanya nyaris menghilang. Kalau dia bisa menahan sampai 7 G, atau bahkan lebih, maka itu akan menjadi suatu pencapaian yang luar biasa. Mulut-mulut para senior akan terbungkam dan tidak akan berulah lagi untuk beberapa waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Hành động🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...