Part 59 - Litanmu?

2.2K 282 42
                                    

On loop playing:
As Time Stops - Park Kwangsun

On loop playing: As Time Stops - Park Kwangsun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Olivia menatap kosong ke layar laptopnya. Kursor typing pada layar mengedip-ngedip bersamaan dengan irama jantungnya. Pukul 11 malam dan matanya tidak mau terpejam karena kepikiran permintaan Pak Karta. Dia bingung ingin melaporkan apa untuk hal yang satu ini. Pak Karta sudah memberikan kontak salah satu agen yang ada di BNN, dia juga sudah menghubungi orang itu dan meminta sedikit bantuan.

Olivia bangkit menuju cermin besar pada dinding dan melepas kausnya. Menyisakan bra hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya, dia menatap seluruh luka pada bagian depan tubuh, melihat seluruh luka berpola garis lurus yang berwarna abu-abu dan keunguan pada bagian bawah dada hingga pertengahan perut.

Dia menyentuh luka itu dan hebatnya, dia tidak berjengit seperti biasa. Alam bawah sadarnya seperti mengatakan 'Tak apa, ini sudah berlalu. Tidak perlu lagi ditakutkan' dan mulai terbiasa dengan kondisinya.

Kemudian dia berbalik. Luka garis melintang yang sama persis dengan bagian depan, namun jumlahnya lebih banyak. Lalu melihat titik pusat dari rasa sakitnya selama ini, cap matang itu. Olivia menarik napas dalam dan meraba kembali. Merasakan tekstur dan ukirannya. Dia melakukannya berulang-ulang. Ketika merasa sudah yakin dia mengambil kertas dan pulpen, menulis ulang apa yang terukir disana.

لتنمو

Kepalanya meneleng. "Litanmu?"

Dia mengunduh keyboard Arabic dan membuka terjemah. Artinya dia temukan semenit kemudian.

"Tumbuh," ucapnya lamat-lamat. "Maksudnya?"

Dia membuka browser dan mengkaji ulang. Tab browsernya sudah berjumlah 12 ketika ada satu pesan masuk ke ponselnya. Dari agen di BNN. Pria itu mengirimkan dokumen yang dia minta. Terunduh dalam 2 detik, Olivia membaca dengan khidmat profil dari seorang Herdaru Idrus. Foto yang dia ambil dan foto dalam profile sama persis, hanya saja yang ada di ponselnya lebih gemuk sedikit.

Tidak ada yang mencurigakan. "Anak kedua dari dua bersaudara."

Ponselnya tau-tau bergetar hebat. Kak Zain's Calling.

"Halo?" dia mendengarkan sebentar. "Oke, kak. Gak apa-apa, saya OTW sekarang."

Olivia menutup layar dan kembali memakai kausnya. Dia juga mengambil jaket hitamnya dan kunci mobil. Satu setengah jam kemudian, dia sampai di kediaman pengacara itu. Bangunan rumahnya lebih mirip seperti kondominium daripada rumah pada umumnya. Zain yang menyambutnya langsung di depan pintu utama.

"Maaf kamu jadi keluar malam-malam gini," pria tampan itu tersenyum masam.

"Gak apa-apa, kak. Palingan saya Cuma ketemu sama begal atau enggak setan di jalan."

Zain tertawa kecil. "Masuk-masuk. Kamu nginep aja gimana? Gak usah pulang. Udah pagi begini saya khawatir ada apa-apa di jalan. Saya masih punya banyak kamar kosong kok."

Final Masquerade Series (#3) : Bring The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang