Pada jam 10 pagi ini, ruang rapat gedung satu sudah rapih dan siap diisi oleh para peserta rapat Agenda Program. Sena dan seluruh pilot—jet dan heli pendukung—yang tergabung di dalam skadron base diwajibkan untuk hadir. Karena rapat ini dibuat untuk mereka semua.
Saat rapat hendak dimulai, Sena dikagetkan dengan kedatangan Olivia yang masuk lewat pintu samping. Gadis itu memakai PDH dan melepas semua atribut berandal-nya yang dia lihat kemarin. Baguslah, gadis itu masih waras untuk tidak memperlihatkannya ke seluruh komandannya.
Olivia duduk di sebelah Ronald, mereka berbincang sebentar sebelum menyapa orang-orang yang ada di sebelah mereka. Pandangannya dengan tuan putri itu sempat bertabrakan selama beberapa detik, tapi Olivia hanya mengedip sekali lalu mengalihkan pandangannya.
Bohong kalau dia bilang itu tidak menyakitinya.
Tsk, apanya yang sudah tidak marah?
Rapat berjalan dengan cukup tegang karena ada perbedaan pendapat di sana-sini. Semua orang seperti berusaha untuk menyampaikan pendapat mereka. Sena melirik gadis itu lagi yang hanya diam dan menikmati perdebatan. Mengunci bibirnya rapat-rapat. Akhirnya rapat berakhir karena sudah menemukan titik terang dan jalan tengah.
Para komandan keluar lebih dulu, Sena melihat Komandan Andriawan menatap satu-satunya gadis berwajah setengah bule disana sebelum keluar dari pintu utama. Olivia mendesah dan pamit kepada orang-orang di sekitarnya lalu melesat begitu saja menuju pintu yang dilalui Pak Andri. Sena sepertinya harus minta maaf sekali lagi.
Sena bangkit dan mengikuti jejak gadis itu. Dia heran karena koridor begitu lenggang dan tidak ada tanda-tanda Olivia melewatinya. Sena maju hingga ke lapangan dan tidak berhasil menemukannya. Dia baru akan berbalik dan menyerah ketika mendengar suara pintu yang ditutup dari koridor sebelah kanannya. Koridor bagian itu juga sama sepinya, namun dia tetap mendekati sumber suara terakhir tadi yang sepertinya berasal dari ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
"Kamu sudah memulainya?" sayup-sayup terdengar suara Pak Andriawan, kecil namun bisa terdengar dengan jelas di telinganya.
Tidak terdengar apapun, Sena tidak tahu jawaban Olivia.
"Kapan ini berakhir? Yang lain mulai bertanya-tanya mengenai ketidakhadiran kamu."
"Saya baru aja mulai, Pak. Saya kira bapak sudah menyatakan status kenon-aktifan saya di sistem."
Mata Sena membulat. Olivia sedang non-aktif? Sejak kapan? Bukankah dia hanya sedang proses recovery?
"Mereka hanya belum tahu saja. Baiklah. Jaga diri kamu baik-baik. Kalau ada sesuatu, cepat beritahu saya."
"Saya pastikan bapak tidak perlu mengintervensi. Batas kekuasaan sudah memperlihatkan garisnya. Saat ini saya bukan seorang pilot. Demi keamanan bapak dan juga saya, dimohon untuk tidak melewati garisnya. Saya akan melakukan yang terbaik, bapak hanya perlu menunggu dan melihat hasilnya saja."
Apa yang mereka bicarakan sih?!
Terdengar suara langkah mendekat, Sena segera bersembunyi di balik tiang di tikungan koridor. Pak Andriawan berjalan melwati selasar koridor—membelakanginya—menuju lantai dua. Sedangkan Olivia belum juga keluar. Kalau Sena masuk, pasti dia akan ketahuan telah menguping. Jadi dia juga pergi dari sana sebelum gadis itu menyadarinya.
Ada satu pesan masuk dari Sylvia. Gadis itu sudah menunggu di parkiran depan gedung dan tidak bisa melewati pintu masuk karena bukan yang berwenang. Sylvia hendak mengembalikan mobilnya yang dia pinjam kemarin.
Beberapa peserta rapat masih ada di sekitaran parkiran. Sylvia keluar dari mobil saat melihatnya datang.
"Lama gak nunggunya?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Action🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...