I screwed up. Batinnya.
Melihat mesin simulator pesawat tempur mendadak membuatnya mual. Ini bukan kali pertama dia menaikinya, memang. Tapi taruhan yang dia buat dengan Pak Indra memberi beban baru di pundaknya.
Tidak akan ada yang Pak Indra lakukan kalau dia menyerah. Karena sebetulnya ini bukanlah jenis taruhan seperti itu. Bisa tak bisa, setidaknya Pak Indra tetap akan membelikannya makanan. Ayah satu anak itu peduli padanya, dan menginginkan yang terbaik untuk teamnya.
Dan Olivia masih punya rasa yang dinamakan 'tahu diri' untuk tidak mengacaukan teamnya sendiri.
Ini memang bukan team seumur hidupnya. Teamnya ada di sebelah. Tapi tetap saja mereka berjuang untuk tujuan yang sama, 'kan?
Simulator masih di setting ulang ketika dia menangkap wajah familiar seseorang yang baru keluar dari mesin Full Flight Simulator C-130 Hercules; fasilitas simulator pesawat terbang komersial atau pesawat angkut. Cowok itu terlihat sedikit berkeringat dan tegang.
"Rangga!"
Cowok itu—Rangga terlihat mencari sebelum akhirnya tersenyum saat pandangan mereka bertemu. Dia melambai dan berjalan cepat menghampirinya.
"Bule Pocin!" kekehnya sebelum memeluk Olivia.
Sedangkan Olivia hanya memutar bola matanya, merasa kesal ketika panggilan menjengkelkan itu terdengar lagi di telinganya setelah berbulan-bulan menghilang. Rangga tidak memanggilnya dengan sebutan Bule Depok seperti yang biasa anak-anak lain lakukan, tapi Bule Pocin alias Pondok Cina. Anti-mainstream, katanya.
"I haven't showered in three days." Kata Olivia ketika Rangga tidak kunjung melepaskan pelukannya.
"Masa?" Rangga melepaskan pelukannya dan memandang sangsi. "Tapi lo kok masih cakep gini sih? Bo'ong lo ah!"
Olivia terkekeh. "Lagian betah banget meluknya. Eh iya, kapan lo balik ke sini? Yang di Bukittinggi udah selesai?"
"Belom sih, tapi sisanya udah di handle masing-masing bagian." Rangga tersenyum. "Kayaknya giliran lo tuh, mereka udah selesai. Nanti kita lanjut."
Olivia mengangguk. "Jangan langsung balik lo, ya! Wish me luck."
"Pasti." Balasnya sambil menaikkan dua jempol.
Kabin utama, tempat dimana Rangga keluar tadi, merupakan replika dari cockpit pesawat terbang yang disimulasikan (simulated aircraft), bertumpu pada tiga buah kaki-kaki panjang yang dapat bergerak memanjang dan memendek.
Gerakan ketiga kaki ini mensimulasikan sikap pesawat (attitude), mengikuti aksi yang diberikan pada sistem kendali pesawat (flight control system) baik primary control seperti stick untuk menggerakkan aileron, elevator dan rudder pedal untuk menggerakkan rudder, juga secondary control seperti thrust lever (throttle), nosewheel steering tiller, flap lever dan speedbrake lever. Beberapa Hydraulic Power Unit (HPU) diperlukan untuk menggerakkan ketiga kaki ini.
Kolaborasi peralatan untuk memberikan efek sikap pesawat terhadap aksi sistem kendali terbang ini dinamakan dengan control loading system. Simulator model ini dinamakan dengan Motion-Based Simulator.
Untuk pesawat angkut – yang pasti tidak akan melakukan aerobatik di udara – control loading system-nya menggunakan kaki-kaki.
Sedangkan yang akan dipakai oleh Olivia adalah Full Mission Simulator F-16A. Efek G dihasilkan dari lima buah actuator dan sebuah shoulder harness yang diinstalasi pada High Performance Multi-Axis ACESII G-Seat yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Action🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...