Part 9 - Sing a song

2.6K 312 36
                                    


Olivia nyaris melupakannya. Setelah dia mandi sore dan hendak berpakaian santai, dia baru ingat kalau Pak Indra mengajaknya makan di luar malam ini. Tentu saja kabar mengenai perkembangan terbarunya itu dia sampaikan kepada Lead Pack.

Dia baru memberitahukannya siang tadi setelah solat zuhur dan Pak Indra langsung mereservasi meja di restoran iga untuk mereka isi selepas maghrib nanti.

Pak Indra senang bukan main, dia menanyakannya sampai tiga kali. Takut kalau Olivia hanya sedang bergurau jelek padanya. Tsk, memang selera humornya serendah itu ya?

Alhasil, dia memberi pesan kepada Rangga untuk menunda acara movie marathon mereka. Menggantinya dengan esok hari atau kapanpun Rangga bisa meluangkan waktunya—dan juga selama dia belum pergi bertugas.

Olivia memakai black skinny jeans yang sangat mencetak kaki panjangnya, blouse lengan pendek coklat dan berdandan sedikit. Hanya memakai lipbalm dan bedak tabur, cukup menyamarkan wajah kusamnya akhir-akhir ini.

Rambut sebahunya tampak sempurna dengan agak bergelombang di bagian bawah. Catatan! Dia bahkan tidak melakukan apapun selain keramas saat mandi. Tidak ada treatment yang khusus.

Tapi tampilannya cukup sopan dan tentu saja...perfect!

Rahasianya adalah tentu saja dengan inner beauty yang dia punya. Cukup percaya bahwa diri kalian sendiri cantik. Apa adanya. Beautiful just the way you are, kalau kata Mas Bruno Mars.

Olivia mengambil slip on putih. Memakainya sambil menutup pintu rumah. Andai saja dia bisa memakai Jeep yang sekarang terparkir rapih di garasi, dia pasti tidak perlu memesan ojek online. Tapi kunci mobil ada pada Teguh—yang pasti sudah molor saat ini karena kemarin dia mendapatkan shift malam hingga dua kali untuk membetulkan mesin jet yang bermasalah.

Dia memutar kuncinya dan memasukkan kunci ke sling bag hitam. Baru saja dia mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek, ada sebuah sedan berhenti di depan gerbang. Klaksonnya berbunyi nyaring dan jendela kemudi turun perlahan, menampilkan wajah Rangga yang tersenyum padanya.

"Chat gue gak sampe ya? Kok lo kesini?" tanya Olivia begitu dia sudah berdiri di balik gerbang.

"Restonya di sekitar Kampung Melayu kan? Yuk gue anterin aja."

Dahi Olivia berkerut. "Emang lo mau ke daerah sana juga?"

Cowok itu mengangguk. "Iya, ada barang yang mau dibeli. Jadi sekalian aja."

Mengucap syukur, Olivia mengunci gerbangnya. Lalu masuk ke kursi di sebelah Rangga. "Thanks ya, gue baru aja mau mesen ojol."

"Anytime." Balas Rangga sambil memutar kemudinya. "Kalo sepi setel radio aja."

Olivia mengangguk dan mengutak-atik tombol radio. Mencari channel yang pas dan berteriak girang ketika lagu kesukaannya diputar.

You know I want you
It's not a secret I try to hide
I know you want me
So don't keep saying ours hands are tied

Suara Zac Efron mengalun berat namun juga sangat lembut. Membuatnya tersenyum lebar. "Ah, babang Zac, tiada dua."

"What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find
."

Olivia menoleh ke samping dengan cepat. Rangga tahu-tahu ikut menyanyi dengan suara yang tak kalah beratnya dari Zac.

Bagus juga suaranya. Batin Olivia. Tentu saja dia baru tahu. Rangga tidak pernah bernyanyi secara live di depannya. Tapi yang lebih mengejutkannya lagi adalah Rangga tahu lagu ini. Dia bukan seperti tipe cowok yang suka menonton film.

Final Masquerade Series (#3) : Bring The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang