Keep on hearing :
As Time Stop by Park Kwang Sun
Alfino membawa sang ibu ke balik meja kasir. Menyembunyikan ibunya dari bahaya. Sedangkan dia berusaha semampunya untuk menghentikan perampokan ini. Ketika dia berhasil mencegah pria yang ingin mengambil pil-pil multivitamin dari etalase kanan, tubuhnya dilempar ke jendela. Dia merasakan tulangnya bergerak, menimbulkan rasa nyeri.
Salah satu dari mereka melihat siluet ibunya yang gemetaran memegang ponsel, rampok itu mendekat. Alfino memaksa bangkit dan menghentikan pria itu yang ingin menyakiti ibunya. Ibunya pasti hendak menelpon polisi. Belum ada tiga langkah, tubuhnya kembali di banting ke bawah. Sementara rampok itu akhirnya berhasil mendapatkan ibunya. Merampas ponsel yang ada di genggaman tangan dan mendorong tubuh renta itu ke meja.
Kepala ibunya terbentur sisi meja dan mengeluarkan darah. Alfino murka, dia berhasil bangkit dan menyingkirkan rampok itu untuk sementara. Mereka berdua tertawa lalu melanjutkan kegiatan mengumpulkan obat-obatan.
"Ma!" Alfino menyeka darah yang meleleh di pipi sang ibu. Beliau sudah tidak sadarkan diri.
Ditengah-tengah chaos, seorang lagi datang. Memakai helm hitam dan pakaian yang serba hitam. Alfino kira dia adalah anggota rampok yang lain, tapi tak disangka dia malah melayangkan tinjuannya ke salah satu rampok itu hingga terpental jauh ke belakang.
Dia melongo. Itu ... kekuatan yang sangat besar.
Olivia melayangkan tinjuan ganda pada tulang rusuk, membuat rampok yang bertubuh pendek itu menabrak etalase kaca dan menghancurkannya. Siluet pada dinding kaca memberitahukannya bahwa perampok lain sudah berancang-ancang memukulnya dengan kursi roda. Olivia bergeser sehingga kursi roda itu menghantam dinding kaca dan meretakkannya. Olivia meninju sisi kepala pria itu, mengambil kerah bajunya dan menariknya mendekat untuk menendang area dada dengan tempurung lututnya. Perampok itu terhyung kebelakang, Olivia melihat itu sebagai kesempatan untuk memberikan tendangan tinggi ke area bawah dagu. Belum sempat Olivia berbalik setelah membuat salah satunya tumbang, kejutan lain menunggunya.
DOR!
Tubuhnya menegang. Alfino menatapnya horror.
Rasa menyengat yang parah melanda bahu atas bagian kanannya. Tembakan itu tidak bersarang namun juga tidak meleset, hanya lewat di bagian bahu atasnya. Peluru itu menancap di dinding belakang meja kasir. Dalam keterpanaan sejenak, mereka bangkit dan kabur. Olivia mengeluarkan Glock dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menahan laju darah agar tidak keluar dan menetes di TKP.
Seharusnya dia segera menembak mereka saja saat diawal. Ugh. Tapi dia pikir mungkin saja ada fakta baru yang akan terungkap jika dia menunggu dan memasuki medan peperangan. Dan lagi, kepanikan para warga setelah mendengar letusan peluru harus dijadikan pertimbangan.
Dia berbalik lalu lari mengejar kedua pria brengsek itu. Sedangkan Alfino membatu disana, terpana dengan kejadian yang barusaja terjadi di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Action🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...