Sena mungkin tidak akan melepaskan pelukannya jika Olivia tidak berceletuk tentang cucian piring. Pria itu langsung kaget dan berhenti memeluknya untuk mengumpulkan alat makan kotor kemudian mencucinya di bak cuci. Sena melakukan hal itu dengan semangat.
Sena ... memiliki bakat untuk jadi ibu rumah tangga. Atau bisa jadi sebenarnya Sena lebih sering di dapur tentara, memasak makanan untuk para prajurit ketimbang berlatih manuver dengan jet.
Seakan mendukung pemikirannya, selepas mencuci piring Sena mengelap sekitaran meja dan cabinet dapur yang menurutnya kotor. Olivia hanya menatapnya datar sambil duduk di stool tinggi depan meja mini bar.
"Mau makan apa nanti malam?" tanya Sena seusai bebersih.
"Hah?" Olivia cengo. Masih belum sadar betul dari pemikirannya.
"Gak mungkin Mac n' Cheese lagi. And nope, no snack for dinner."
Kenapa Sena jadi mirip Mamanya sih? Ini menjengkelkan.
"Just buy something."
Sena menjentikkan jari. "Makan ayam bakar madu aja gimana? Saya tau cara buatnya."
"Emm ..." Olivia melirik ke samping lalu menatap Sena lagi. "... make it? Not buy it?"
"Kalo bisa bikin sendiri kenapa beli?" tanya pria itu polos.
Olivia mengerjap bodoh lalu mengangguk amat pelan. "Oookay. Whatever." Dia bangkit lalu berjalan hendak ke kamar. "Better you buying the ingredients now."
Sena menahan lengannya. Dia berkata dengan serius. "Don't go anywhere! Saya Cuma tigapuluh menit paling lama. Kalau kamu keluar, awas aja!"
"Ok, dad," jawab Olivia malas lalu melengos menuju kamar. Dia mendengar suara pintu apartemen yang lebih dulu tertutup daripada pintu kamarnya. Sena sepertinya benar-benar akan cepat kembali.
Dan sekarang rencana selanjutnya. Dia harus mencari cara agar bisa keluar dari apartemen—terutama dari pengawasan Sena dan menemui Haris.
Sena berlarian sepanjang perjalanan menuju apartemen – swalayan – apartemen. Instingnya mengatakan kalau Olivia akan kabur ketika dia tidak ada. Setelah memasukkan bahan terakhir, dia berlari pelan menuju kasir dan mengucapkan terimakasih dengan kilat. Jarak swalayan ke apartemen cukup dekat dan malah akan memakan waktu jika memakai kendaraan.
Apartemen yang baru dia tinggali tigapuluh lima menit—sial, lima menit lebih lama—menyambutnya dengan keheningan. Sena menaruh belanjaannya ke atas counter lalu meneliti keadaan. Hening sekali, apa Olivia benar-benar kabur?
Sena melirik pintu kamar Olivia. Terakhir kali dia melihatnya, gadis itu memasuki kamar. Dia memegang kenop dan memutarnya dengan perlahan. Melongokkan kepalanya di celah-celah pintu, dia melihat tubuh Olivia yang terbaring dan kedua mata yang terpejam rapat. Dadanya naik turun dengan lembut. Mac-book di samping paha Olivia menyala, memutar serial film Blindspot di Netflix. Sena tersenyum lalu membuka pintunya lebih lebar agar dia bisa masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Action🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...