On loop playlist : full volume on.
Reach The Top - Fearless Motivation
We Have To Go - Steve Jablonsky
"Mereka battle ditengah kumpulan awan besar di bagian Utara. Sengaja membutakan. Dan satu Sukhoi tertembak lagi."
Olivia memejamkan matanya erat-erat. Dia menarik napas dan membuka mata, menatap kak Ana dengan raut keras. "Let me in!"
"Apa?"
Namun pertanyaan itu tidak diindahkannya, Olivia berjalan cepat menuju jet yang tergeletak mengenaskan itu. Ini semua tidak bisa dibiarkan.
"REY, CEGAT OLI!"
Reynald datang entah dari mana dan menarik kedua lengannya ke belakang. Olivia meronta hebat.
"Halim masih jauh dari sini, kamu mau kesana naik apa, hah?! Seenggaknya tunggu kakak hubungi puskom untuk jemput kamu pakai heli!" ucap Ana ketika sampai di depannya.
"Aku gak bisa tunggu selama itu! Wilayah lain lebih butuh heli-nya," Olivia menyentak kedua lengannya dari kurungan Rey. "Aku akan pakai itu."
Ana melotot, menatap jet yang tergeletak beberapa kilo dari mereka. Lalu membentaknya. "Tapi itu ... kita gak tahu keadaannya gimana sekarang! Kalau ada kerusakan, kamu bisa celaka diatas sana! Lagipula, kita gak punya landasan!"
Olivia bergeming. Dia menatap keluarganya dan seluruh kerumunan yang memusatkan perhatian padanya sekarang.
"Ini bukan soal jumlah, Olli. Tapi soal kecepatan. Mereka gak butuh momentum yang pas untuk mengebom seluruh Jakarta. Mereka akan menciptakan momentum itu sendiri."
Olivia meneguk air liurnya. Dia menatap Ana di manik mata. "Please, let me in! Aku gak akan berdiam diri dan menunggu tempat ini diledakkan. Aku mungkin mengecewakan sebagai anak, sebagai kakak ... dan sebagai saudara. Aku mungkin mengecewakan bagi mereka. Tapi ... aku gak akan mengecewakan kalian untuk yang satu ini. Aku janji!"
Ana tertegun. Olivia menarik turun resleting jaketnya dan melemparkan benda itu ke tanah. Kedua orangtuanya kalap saat melihat dia memakai pakaian dinasnya.
"OLIVIA! DIAM DI TEMPAT!" seruan ayahnya lah yang membuatnya kaget.
Dia berbalik dan menatap pria tua itu tidak percaya.
"Anak kurang ajar kamu ini! Apa kamu sedikit saja tidak merasa kasihan kepada kami yang telah kehilangan Oliver?! Apa kami harus kehilangan kamu juga? Kamu mau lihat kami semua berubah gila?!"
"I know ..." Olivia menarik napasnya. "Oliver pergi karena aku gak becus menjalankan tugas. Tapi kali ini aku gak akan melakukan kesalahan lagi. Oliver gak akan pergi untuk hal yang sia-sia. Dia sudah berjuang keras, Pa. Dan sekarang biarkan Olivia yang melakukannya. Because ... we're born to fly, Dad. We're born to this."
Tarikan tangan sang istri pada lengannya membuatnya kaget, namun apa yang dia katakan lebih mencengangkan lagi.
"Mas ... Mas ... let her go."
"APA?!"
"Ini anak kita, Mas. Olivia anak kita. Kita Cuma harus percaya sama kemampuannya. Jangan menjauhkan dia dari tanggung jawabnya. Dan tanggungjawabnya sekarang adalah menyelamatkan Negara ini," Nahla melihat putri satu-satunya dengan air mata yang berderai. "Lakukan yang terbaik. Mama selalu disini mendoakanmu. Kamu gak pernah mengecewakan siapapun, sayang. Lekas pulang ke rumah setelah kamu selesai, ya?"
Mungkin Nahla terlihat sebagai ibu yang tegar. Amat sangat tegar. Namun nyatanya dia hanya mencoba mengerti keadaan Olivia lebih dalam lagi. Dia tidak ingin melihat Olivia pergi—bukan karena Oliver telah meninggalkan mereka—tapi karena Olivia adalah anaknya. Tempat bagi gadis itu adalah di sisi mereka.
Olivia mengangguk penuh rasa sayang dan terima kasihnya.
"Jadi," Ana berucap. "Apa protokol mu?"
"Take them down, of course," Olivia melihat viper itu. "Karena gak ada landasan ... itu artinya VTO."
Reynald melotot. "Itu mustahil! Terlalu menguras banyak bahan bakar, 2x lipat dari take off biasa—gak akan cukup untuk penerbangan misi lo. Kalau gak ada thrust vector, jetnya gak akan bisa dikendalikan. Sejauh yang gue tahu, cuma F-35B dan Harrier Jump Jet yang bisa melakukan vertical take off."
"I can do this," Olivia mengetatkan rahang. "And even if I can't, I have to."
"Satu lagi F-18 tertembak jatuh," info dari Ana. "Ini yang terakhir, Lettu Olivia. Apa protokol anda?"
Olivia menarik napas dalam. "Bring The Rain."
"I can blow up them all and call it help," lanjut Olivia. "Mereka semua berada di ketinggian di atas 35000 kaki kan? Bantuan apapun dari darat sudah diluar jangkauan radar. Dan ini yang terakhir: tolong perintahkan semua jet fighter untuk mundur, Mayor."
Benar-benar, geram Ana. Olivia akan menghadapi mereka semua sendirian. Tapi tidak ada jalan lagi. Jika mereka semua bergabung diatas sana, maka tembakan bisa salah sasaran lagi. Dia mengangguk dan menekan radionya. "Rencana baru. Tolong perintahkan semua jet fighter kita untuk mundur. Lakukan. Sekarang!"
Paragraph diatas merupakan cuplikan dari part Ending. Jika ingin membaca keseluruhan, bisa menuju ke link berikut ini...
karyakarsa.com/zaigei
Penguncian ini merupakan bentuk dari penyelamatan dan proteksi terhadap karya mamang yang di-plagiariasi site ilegal. Mamang sudah bilang pihak ambassador, dan menurut report pihak wattpad masih menindaklanjuti situs ini. Situs ini juga isinya malware virus, guys.
Bagian mana saja yang dipindahkan? Hanya ending dan epilog, ya.
Yang penasaran, monggo dibuka, harganya hanya 5k/chapter saja kok.
Best Regards,
Huza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Final Masquerade Series (#3) : Bring The Rain
Action🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵 D18+ Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar. Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...