🄵🄸🅁🅂🅃 🄳🅁🄰🄵
D18+
Ada pepatah yang mengatakan "Curiosity kills cat." Itu sangat benar.
Rasa penasaran itulah yang membuat Olivia berani mengikrarkan diri menjadi seorang Jet Fighter Pilot. Mempertaruhkan jiwa, raga, masa muda dan juga ... nam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Olivia berdiri tegak ketika berhasil melumpuhkan kedua lawannya. Rangga melihatnya tercengang sambil menodongkan pistol. Olivia membuka masker hitamnya dan pria itu terkekeh pahit.
"Seharusnya gue gak kaget," Rangga menelengkan kepala. "Krav Maga, huh? Kebanyakan pilot lebih condong ke pertarungan jarak jauh. We both have that."
Olivia menggeleng tak setuju. "I'm not like the other pilots. We're closed enough so we can analyze each other's abilities more deeply. But sad, kita ternyata gak sedekat itu kan?"
Rangga menyeringai. "Sad."
"Ayo, kita pulang."
Sudut bibir Rangga menurun. "Apa?"
"Kita pulang."
Rangga menurunkan todongan pistolnya. "We are already here. Why not just finish it? Penuhi janji lo sama Negara ini. Ini kan pertemuan kita yang kedua."
"Kalau bukan karena janji gue sama kakak lo, udah gue headshot lo dari tadi."
Rangga terlihat tidak percaya. Olivia mendesah dan mengeluarkan sesuatu dari balik seragam tempurnya. Dia menekan tombol benda yang mirip seperti I-pod itu. Kemudian suara seseorang yang sangat dikenalnya terdengar.
"Saya tahu. Tentang Rangga kan?"
"K-kak..."
"Mereka sudah memberitahukannya, beberapa jam sebelum kamu datang. Saya tersanjung. Dia masih berusaha ketika semua orang sudah lepas tangan dengan keberadaan saya. Tapi anak nakal itu malah ... saya gak sangka dia melakukan hal senekat ini. Kalau tahu begini, lebih baik saya mati kan? Secara tak langsung, saya yang mendorong Rangga melakukan hal ini. Dia hanya bingung. Dia tersesat. Tolong dia, Ollie. Saya yang akan bertanggungjawab atas perbuatannya. Jadi saya mohon, tolong katakan ke orang-orang itu untuk tidak membunuhnya di tempat atas pengkhianatan yang telah dia lakukan. Biar saya yang menghukumnya dengan kedua tangan saya. Bawa dia kembali."
Rangga masih memproses semuanya ketika Olivia berbicara. "Cuma lo yang bisa menilai keasliannya. The plan has change, Ga. Well, sedikit sih. Lo mengkhianati Negara demi Gatra, dan gue menunda ngebunuh lo demi Gatra. Walaupun pada akhirnya lo tetap akan diproses setelah pulang. Cuma masalah waktu."
Rangga masih tidak bisa berbicara, Olivia melanjutkan. "Kenapa? Nyesel? Udah gue bilang lo masih bisa mundur. Tapi lo tetep batu dan bikin tambah runyam. Lo dibohongin sama mereka. Apa sih yang mereka bilang ke elo? Gatra masih jadi sandera? For your information, dia pulang bareng gue, tapi terpaksa diisolasi karena keberadaannya masih terancam. Jadi, jangan banyak bacot dan ayo kita pulang."
Rangga melihat Olivia dengan gamang. Olivia membalasnya dengan tajam, juga penuh pengertian. Seperti kata Gatra, Rangga bingung, dia tersesat. Perlu usaha keras untuk menyeretnya kembali, meyakinkannya.